I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 94

 Disclaimer: This novel isn't mine.

XXXXXXX

Boss preman itu sepertinya tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia hanya menatap Alicia dengan mata terbelalak. Di lain pihak, Alicia hanya berdiri diam dengan kapak yang masih terangkat. Wajah gadis itu menjadi semakin keruh detik demi detik.

Alisnya mulai berkerut dan wajahnya tertekuk seakan dia sedang mengarahkan semua kekuatan yang dia miliki... seakan dia sedang berusaha menggerakkan badannya. Alicia pasti sedang melawan sihir Liz Cather dengan seluruh ototnya, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada otot yang tidak berkontraksi untuk melawan sihir milik saintess, tapi tubuh Alicia sama sekali tidak bisa bergerak. Sepertinya suara Alicia juga ikut tersegel.

... Yah, namanya juga saintess. Tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam soal kekuatan sihir.

Aku melihat ke arah pintu dan berteriak dengan keras. "Liz Cather, berhenti!"

Tapi, sepertinya gadis itu sama sekali tidak bisa mendengar kata-kataku. Atau mungkin, meski dia mendengarnya dia tidak mengerti kenapa aku memintanya berhenti.

Teriakanku sepertinya membuat boss preman itu tersadar dari lamunannya.

"Gahahahahaha!!! Kau nggak bisa gerak, neng!?" tanyanya dengan nada menghina dan senyum bengis di wajah. Dia merogoh saku jaketnya dan mengambil sebuah pisau kecil.

Untuk pertama kalinya sejak pertarungan ini dimulai, aku melihat wajah Alicia yang terlihat tidak sabar.

"Alicia!!"

Aku tahu jika berteriak sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah, tapi tidak ada yang bisa kulakukan selain ini. Teriakan itu keluar begitu saja dari tenggorokanku saat aku melihat boss preman itu berjalan ke arah Alicia dengan sebuah pisau yang terhunus.

Rasa takut tiba-tiba menusuk tubuhku dan aku mengutuk ketidakberdayaanku saat ini. Tidak peduli seberapa keras aku mencoba menggerakkan kakiku, mereka sama sekali tidak bisa bergerak se senti pun. Saat itulah aku sadar jika tulang kakiku sudah patah.

Aku sama sekali tidak punya waktu untuk menyadari hal ini sebelumnya.

Aku pun menyerah menggunakan kakiku dan mencoba merangkak dengan menggunakan tanganku. Aku menyeret tubuhku ke arah Alicia. Tapi, saat aku hampir mencapai tujuanku, aku melihat boss preman itu berjalan ke arahku. Dia lalu mengangkat kakinya yang diselimuti boot kulit tebal dan kemudian menginjak tanganku dengan sangat keras.

"Ugh... Gyaaaa!!!"

Aku bisa mendengar tulangku yang patah di bawah tekanan kakinya.

"Ahahahahahaha!!!"

Aku juga bisa mendengar tawa gilanya saat dia terus menginjak dan memutar tumitnya di atas tanganku.

Aku mencoba mengangkat kepalaku untuk menatapnya, tapi sebelum aku bisa melakukannya dia langsung menendang perutku dengan sangat keras. Seluruh tubuhku langsung terangkat dan melayang ke udara.

Waktu berjalan dengan sangat lambat. Aku berputar beberapa kali di udara dan saat aku melihat wajah boss preman itu, aku bisa melihat senyum kejinya. Lalu aku melihat Alicia. Gadis itu menatapku dengan wajah ketakutan.

'Daripada khawatir soal aku, kau harusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri.' aku mencoba menyampaikan hal itu lewat tatapan mataku.

Beberapa saat kemudian tubuhku pun menyentuh lantai dan gubuk itu dipenuhi dengan suara debuman yang keras. Aku bisa merasakan sakit yang sangat luar biasa di sekujur tubuhku. Rasanya sangat sakut hingga tidak aneh jika aku mati saat ini juga.

Tapi daripada rasa sakit ini... aku lebih tidak mau jika Alicia harus pergi meninggalkan dunia ini. Jika tubuh rusak ini cukup sebagai bayarannya, aku akan memberikannya dengan senang hati.

Akan kuberikan nyawa yang tidak seberapa ini. Ambil semuanya, Tuhan! Jangan biarkan Alicia mati!

Aku tidak akan sakit hati lagi kepada-Mu. Aku tidak akan mengeluh karena sudah dilahirkan di dalam desa neraka itu atau karena sudah mengalami banyak hal tidak masuk akal selama aku hidup. Tapi tolong... selamatkan Alicia. Aku mohon! Aku mohon dari hatiku yang paling dalam!

Aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk merangkak ke arah Alicia sekali lagi. Saat aku mencapai kakinya, aku pun menjatuhkan tubuhku karena kehabisan tenaga.

"...!"

Aku mendengar suara tetasan sesuatu, dan beberapa saat kemudian aku bisa melihat tetesan darah tepat di depan mataku. Saat itu aku merasa jika semua darahku berubah menjadi air es yang terasa sangat dingin.




Chapter 93     Daftar Isi     Chapter 95

Komentar

Postingan Populer