I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 96

 Disclaimer: I don't own this novel

XXXXXXXXXXX

"Pelakunya Neil dari keluarga Johnson." kata Duke.

... Siapa itu? Aku kira dia bangsawan, tapi kenapa aku tidak pernah mendengar namanya?

"Siapa itu... Neil?" tanya Alicia sambil mengedipkan matanya beberapa kali ke arah Duke.

Jadi Alicia juga tidak tahu... aku lega sekali. Aku pasti akan merasa sangat mali jika hanya aku yang tidak tahu siapa dia, iya kan?

"Keluarga Johnson... kau tahu, orang yang menggunakan sihir tanah?" pancing Henry. Alicia hanya menatap kakaknya dengan wajah datar.

"Ayolah, kau ingat kan? Dia laki-laki dari kelompok Liz yang kau lihat di pesta teh... yang memanggilmu sialan?" lanjut Henry. Sepertinya dia juga terkejut dan merasa lucu saat tahu jika kami berdua tudak tahu siapa Neil Johnson itu.

Tapi, yang terakhir itu... benar juga, aku ingat. Dia adalah laki-laki berisik bodoh yang tidak tahu apa yang dia katakan. Dia adalah salah satu fans fanatiknya Liz Cather.

"Jadi, dia berpikir jika aku mengganggu Liz-san... karena itu dia memutuskan untuk membunuhku?" tanya Alicia. Kedengarannya dia sangat bahagia saat mengatakannya.

... Kurasa Alicia juga bisa disebut sebagai orang bodoh. Semuanya sudah tertera di wajahnya... 'Aku sudah menjadi wanita jahat yang hebat hingga ada orang yang ingin membunuhku!' seperti itu. Tapi Alicia, merasa bahagia karena mengalami hal berbahaya seperti ini... itu bukan pilihan yang cerdas. Itu pilihan bodoh, Alicia.

"Ali, ini bukan sesuatu yang bisa disyukuri." ingat Henry pada adiknya sambil menghela nafas lelah.

Aku merasa masih ada sebuah rahasia besar di balik semua ini, tapi kurasa aku salam. Orang bodoh yang memiliki rasa obsesif dan posesif ternyata lebih mengerikan daripada yang kuduga.

Aku melirik Duke dan mata kami bertemu. Mungkin ini pertama kalinya kami saling bertatapan seperti ini. Hanya dari sinar matanya saja aku tahu jika dia sangat cerdas.

"Namaku Gilles."

Aku memperkenalkan namaku tanpa pikir panjang. Sejak aku lahir, mungkin ini pertama kalinya aku berinisiatif untuk memperkenalkan diriku terlebih dulu pada lawan bicaraku.

Kilat membunuh di mata Duke menghilang dan dia menjawab dengan senyum kecil di wajahnya. "Namaku Duke."

Wajahnya terlihat sangat tampan. Aku yang laki-laki saja sampai terpesona saat melihat wajahnya.

"Gilles, kau tajam juga."

"Tentu saja. Dia itu asistenku."

Jawab Alicia dengan nada bangga. Kata-katanya membuat hatiku terasa sangat hangat.

Jadi Alicia merasa bangga kepadaku? Aku tidak pernah merasa sebahagia ini... ini pertama kalinya aku merasa seperti ini. hatiku terasa penuh dan aku bisa merasakan air mata mulai memenuhi pelupuk mataku.

Beberapa tahun yang lalu, aku mungkin tidak peduli jika semua bangsawan mati begitu saja. Tidak, pikiranku bahkan lebih buruk dari itu. Aku ingin mereka semua menghilang dari dunia ini. Aku ingin mereka dihabisi tanpa sisa.

Tapi, semua berbeda sekarang. Aku tahu ada beberapa bangsawan yang baik dan mereka ingin agar aku tetap hidup. Alicia, Henry, bahkan Duke... Aku merasa sangat bahagia karena mereka masih hidup dan aku bisa melihat perkembangan mereka dari sekarang.

"Semua ini sama sekali tidak masuk akal..."

Saat aku menatap mereka bertiga, aku tidak bisa menahan keraguanku. Mereka menatapku dengan wajah bingung.

"Maksudku... hanya karena dia adalah seorang saintess, dia harus menyelamatkan dunia? Kalau begini terus, aku bahkan ragu kalau dia punya kemampuan untuk membawa kedamaian pada negara kita... apalagi seluruh dunia."

Saat mendengar pendapatku, mata Alicia melebar. Henry dan Duke sepertinya juga setuju dengan pendapatku.

"Karena Liz Cather dan para pengikutnya adalah orang bodoh, aku tidak bisa membayangkan jika mereka bisa mendapatkan hasil yang bagus." lanjutku dengan nada dingin.

Alicia mungkin tidak peduli, tapi aku masih merasa marah pada saintess karena dia hampir membuat Alicia mati. Sengaja atau tidak sengaja, Alicia memang benar-benar berada diujung tanduk tadi."

"Apa kau sedang menghina kakakku dan para bangsawan yang menjadi pengagumnya Liz-san?"

"Ya, kurasa begitu." jawabku santai.

Wajah Alicia terlihat lebih rileks.

"Cinta memang sesuatu yang mengerikan." katanya sambil tersenyum sinis. Untuk beberapa alasan, dia terlihat senang.

Ekspresi wajahnya terlihat manis dan imut. Aku hampir tidak bisa percaya jika tadi gadis ini terlihat begitu mengerikan.

Karena tidak ada yang mengatakan apa-apa, aku pun menanyakan 1 pertanyaan yang ada di kepalaku sejak tadi.

"Alicia, bagaimana caranya kau bisa menusuk jantung preman tadi hanya dengan sekali serang?"

Alicia langsung berjengit saat mendengarnya. Matanya melihat ke dinding saat dia sedang memikirkan jawaban yang akan dia berikan.

Henry dan Duke sepertinya juga terkejut dengan pertanyaanku. Mereka mungkin tidak pernah berganggapan jika Alicia bisa membunuh seseorang hanya dengan sekali tusuk di dada. Alicia terlihat enggan untuk menjawabnya, tapi pada akhirnya dia menyerah.

"Jujur saja, tadi itu aku cuma beruntung saja. Aku tahu di mana posisi jantung dalam tubuh manusia. Terima kasih pada buku yang pernah kubaca dulu, aku jadi bisa menggunakannya untuk menyerang musuhku. Tapi aku tidak pernah berpikir jika aku bisa mengalahkannya dalam sekali serang... aku sangat lega jika tusukanku tepat sasarang."

Penjelasannya sangat tidak terduga hingga kami sama sekali tidak bisa mengatakan apa-apa. Alicia memang benar-benar berbeda dari orang lain. Biasanya seorang nona muda tidak akan bisa mencapai level itu hanya dengan membaca buku saja... Alicia benar-benar luar biasa.

Henry dan Duke sepertinya tidak tahu harus merasa kaget atau malah kagum.

"Bukannya ini saatnya keluar dari gubuk ini?" tanya Alicia sambil melirik pintu.

Oh, aku lupa. Liz Cather dan pengikutnya masih menunggu di luar.

"Kau benar." kata Duke. Dia menjentikkan jarinya dan barrier yang mengelilingi gubuk langsung menghilang.

Aku mulai menyadari hal ini beberapa saat yang lalu. Sepertinya ada 2 tipe sihir yang ada di dunia ini. Ada sihir yang membutuhkan jentikan jari dan ada yang tidak. Karena Alicia selalu menjentikkan jarinya saat menggunakan sihir, aku tidak pernah menyadari hal ini. Tapi Duke dan Henry sama sekali tidak menjentikkan jari mereka saat menyembuhkan kami berdua...

Sebagai orang yang tidak bisa menggunakan sihir, sistem ini benar-benar baru untukku.

"Kalau begitu, kita keluar sekarang?"

"Ee?? Apa yang...!?"

Suara Henry dan Alicia bertumpuk, lebih tepatnya teriakan Alicia menenggelamkan suara Henry.

Saat aku melihat ke arah mereka berdua, Duke sedang mencoba menggendong Alicia dengan menggunakan tangannya yang tidak terluka.

"Tolong turunkan aku."

"Tapi kau terluka."

"Aku bisa jalan sendiri."

"Jangan merengek. Aku mungkin bisa menjatuhkanmu jika kau terlalu banyak bergerak." Alicia berusaha meronta dari gendongan Duke, wajah gadis itu terlihat sangat merah. Warna merah itu bahkan sampai di telinganya. Ini pertama kalinya aku melihat Alicia semalu itu.

Hari ini aku melihat sisi Alicia yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Duke kelihatannya sangat senang dengan respon Alicia. Meski sebenarnya emosinya tersembunyi di balik topeng wajah datarnya, aku bisa tahu jika dia sangat khawatir dengan kondisi Alicia.

"Gilles, kau juga. Jadilah anak baik dan jangan meronta, oke." kata Henry... ini artinya aku juga akan digendong seperti Alicia.

"Huh? Aku bisa jalan sendiri."

"Kakimu baru saja patah, tapi kau masih berani bilang begitu?" tanya Henry sambil tersenyum sadis. Sepertinya dia sangat menikmati kondisiku saat ini.

Henry adalah pemuda yang beberapa tahun lebih tua dariku dan dia juga sudah melatih tubuhnya sejak kecil... Aku sama sekali tidak bisa menang melawannya. Meski begitu aku tetap mencoba. Aku mulai menggerakkan kakiku... Eh? Keduanya sudah bisa kugerakkan? Sejak kapan kakiku sembuh? Rasanya kakiku seperti tidak pernah patah.

... Sihir benar-benar menakjubkan. Aku berhasil dibuat kagum sekali lagi.

"Kakiku baik..."

"Baik saja kan~~, tentu saja. Itu karena sihirku sudah menyembuhkan keduanya. Tapi kau masih harus istirahat." potong Henry. Dia mengedipkan matanya dan tersenyum menggoda ke arahku.

Aku tahu jika dia benar-benar khawatir kepadaku, jadi aku berhenti melawan dan membiarkannya menggendongku. Rasanya menyenangkan saat tahu jika ada orang yang benar-benar mengkhawatirkanmu...

Setelah itu kami berempat pun keluar dari dalam gubuk itu.





Komentar

Postingan Populer