I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 92

Disclaimer: Novel ini bukan punya saya, all rights reserved for the author only.

****************

Tiba-tiba Alicia terlihat seperti orang asing untukku. Mata gadis itu terlihat seperti mata seseorang yang haus darah... Aku tidak pernah melihat tatapan semematikan itu. Saat aku menatap mata Alicia, darahku seakan berubah menjadi air es yang sangat dingin.

"Sialan! dasar ja***g!" teriak boss preman sambil mengayunkan tangan besarnya ke arah Alicia.

... Tunggu, di mana Alicia sekarang? Dia sudah tidak berada di tempatnya berdiri, padahal aku selalu menatapnya. Kenapa dia bisa menghilang dengan begitu cepat?

Aku langsung mengedarkan tatapanku ke seluruh gubuk dan aku berhasil menemukan sosoknya. Entah bagaimana caranya, dalam sekejap Alicia bisa mengitari tubuh si boss dan berdiri tepat di belakangnya. Jujur saja, aku benar-benar kehilangan Alicia selama beberapa detik... Aku bahkan tidak tahu jika Alicia bisa bergerak secepat itu.

2 preman lainnya juga terkejut sepertiku. Mereka terus terdiam tanpa melakukan apa-apa. Mereka sepertinya tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi di depan mereka.

"Aku akan membunuhmu belakangan." ucap Alicia tepat di sebelah telinga boss preman itu. Senyuman Alicia terlihat sangat kejam dan sadis dan itu adalah sebuah senyuman dari seseorang yang sudah tidak bisa diajak untuk berkompromi. Dan 2 mata itu... Itu adalah mata predator yang sedang mengincar mangsanya.

Sebelum boss preman itu bisa melakukan sesuatu, Alicia langsung mendaratkan tendangan roundhouse ke bagian belakang kepalanya. Meski tubuh kecil Alicia sedang melayang di udara, dia berhasil mendaratkan tendangan telak kepada musuhnya. Boss preman itu langsung tersungkur ke lantai sedangkan Alicia berhasil mendarat dengan mulus.

Gerakannya terlihat sangat presisi dan lincah... Seperti seekor kucing. Aku sama sekali tidak percaya jika Alicia bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan mudah, padahal lengannya terikat sangat kuat.

"Gilles, bisa kau lepaskan ikatanku?" pintanya sambil menatapku. Alicia lalu membalikkan badannya dan menunjukkan lengannya yang masih terikat erat.

Aku mengumpulkan semua sisa energiku dan berhasil duduk dengan susah payah. Lalu aku meraih ikatan itu dan mulai menariknya. Ikatan tali itu sangat amat kuat, saking kuatnya hingga aku merasa jika tali itu benar-benar terbenam ke dalam kulit Alicia. Bahunya pasti juga terasa sangat sakit. Sepertinya para preman itu menggunakan pola menyilang agar Alicia tidak bisa menggerakkan tangannya sama sekali.

aku berusaha keras untuk membuka ikatan itu, dan aku bisa merasakan nyeri yang mulai menjalar ke seluruh lenganku. Meski begitu aku tidak menghiraukannya. Aku terus menarik, menarik, dan menarik hingga aku hampir tidak bisa menggerakkan tanganku. Ikatan itu terlalu kuat! Tapi aku harus segera melepaskannya karena jika tidak nyawa Alicia akan berada dalam bahaya.

Alicia bisa mati!!

Saat aku memikirkan hal itu, rasanya kepalaku penuh dengan teror mengerikan.

Aku tidak bisa membiarkan Alicia mati di sini! Tidak boleh!

Rasa takut dan adrenalin yang terus terpompa di dalam tubuhku membuatku bisa menggunakan tenaga yang lebih besar dari biasanya. Berkat hormon itu juga aku bisa terus menarik tali sialan itu. Aku hampir berteriak lega saat tali itu mulai mengendur.

"Janan seneng dulu, bocah!!" preman dengan tubuh paling besar meraung dengan suara keras. Dia berlari ke arah Alicia dengan pedang yang terayun.

"Alicia, awas!!" teriakku.

Tapi Alicia tetap terlihat tenang. Dia hanya menoleh ke belakang punggungnya dengan wajah datar. Lalu, seperti dalam adegan slow motion aku bisa melihat sesuatu... Meluncur dari dalam mulut Alicia.

Detik itu juga aku bisa mendengar teriakan preman besar itu. Dia langsung memegang salah satu matanya sambil berteriak dengan sangat keras.

Aku bisa melihat darah yang terus mengalir hingga membasahi pipi dan dagunya, seperti air mata.

Preman itu terhuyung dan kepalanya mulai berayun. Setelah beberapa saat, dia berhasil menarik sebuah benda kecil dari matanya dan membuangnya ke lantai.

... Apa itu? Warnanya merah karena darah, tapi setelah benda itu menggelinding sebanyak beberapa kali aku bisa melihatnya dengan lebih jelas. Itu adalah sebuah gigi.

Apa gigi Alicia ada yang patah?

"Kau! Sialan!" raung preman itu. Dia menatap Alicia dengan mata memerah karena amarah. semua ototnya berkontraksi dan pembuluh darahnya menyembul seperti ular. Tangannya berukuran 3 kali lipat dari tangan Alicia.

Saat aku dipukuli oleh mereka, pukulan preman yang ini adalah yang paling sakit.

Yang lainnya... Tunggu, di mana preman ke-3? Aku tidak bisa melihat sosoknya.

"... Oww..."

Saat aku mendengar rintihan Alicia, aku langsung menoleh ke arah gadis itu untuk memastikan keadaannya. Gadis itu sekarang sedang mencoba meregangkan lengannya sambil meringis kesakitan. Beberapa saat kemudian aku bisa mendengar suara tali yang jatuh ke tanah, dan karena tangan itu sudah tidak terhalang lagi, aku akhirnya bisa melihat kondisi tangan Alicia yang sesungguhnya. Ada banyak bagian kulit yang berwarna keunguan.

Dari itu saja aku bisa menebak seberapa erat ikatan itu, tapi sepertinya Alicia sama sekali tidak perduli. Dengan tangan yang sekarang sudah bebas itu, Alicia pun menunjukkan sebuah seringai mengerikan.

Punggungku langsung dipenuhi keringat dingin saat menatapnya.

Para preman itu semakin bertindak hati-hati dan mereka tidak terlihat ragu sama sekali... Namun sayang, mereka tidak memiliki kerja sama yang baik. Itu adalah pilihan terburuk dalam situasi terdesak seperti ini. Tapi, memangnya apa yang kuharapkan? Para preman itu mungkin sama sekali tidak punya kapasitas otak yang cukup untuk membuat sebuah rencana.

Ketiganya menyerang Alicia di saat yang sama, tapi aku hanya memperhatikan Alicia saja. Aku berusaha sangat keras untuk mengikuti pergerakannya.

Meski begitu, aku sama sekali tidak bisa melihat apapun. Alicia langsung menghilang dan beberapa saat kemudian dia muncul di belakang 2 preman itu dengan sebuah pedang di tangannya.

... Apa Alicia sedang memanfaatkan tubuh kecilnya untuk melawan 2 preman itu? Tubuh Alicia memang lumayan kecil, dan dia merundukkan badannya agar bisa terus berada di titik buta 2 musuhnya.

Baik dari segi kecepatan dan teknik berpedang, Alicia sudah melampaui kedua preman itu. Mereka sama sekali tidak punya kesempatan untuk menang.

Aku sudah tahu jika Alicia memiliki refleks yang sangat bagus, tapi aku tidak menyangka jika kemampuannya bisa sebagus ini.

Indra bertarungnya juga sangat luar biasa. Dia berhasil menggunakan titik buta para preman itu untuk menghindar dan menyerang mereka. Dia bahkan berhasil merebut pedang si boss dengan mudah. Ini bukan sesuatu yang biaa dilakukan oleh wanita jahat biasa. Ini adalah gerakan seorang ratu... Seorang ratu ksatria yang siap memimpin pasukannya menuju garis depan.

Alicia juga bisa beradaptasi dengan cepat dan bisa membuat keputusan dengan kepala dingin. Dia memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, kecantikan di atas rata-rata, dan kemampuan sihir yang gila... Dia adalah wanita kelas 1!

Dia pasti bisa menjadi legenda negara ini di masa depan... Aku percaya jika hal ini akan terjadi suatu hari nanti.

Meski situasi kami masih genting, aku bisa merasakan ototku yang mulai rileks. Kurasa aku bahkan bisa tersenyum kecil sekarang.

Aku tidak pernah berpikir jika aku akan menjadi asisten dari seseorang yang luar biasa.

Aku terduduk dengan wajah kagum sedangkan 2 preman di sana tetap diam di tempat... Sepertinya mereka tidak tahu harus melakukan apa. Tapi tiba-tiba sebuah bayangan muncul dari belakang Alicia. Itu adalah preman ke-3! Dia berhasil menghancurkan pintu dengan sebuah kapak, lalu dia mengayunkan senjata besar itu ke arah Alicia.

Alicia berhasil mendeteksi keberadaan preman ke-3 sebelum aku bisa melihatnya. Dia berhasil menghindari sabetan pertama dari si preman dan kemudian mengitari tubuh preman ke-3. Sebelum preman ke-3 bisa mengangkat kapak itu lagi, sebuah pedang sudah menancap di bagian dada kirinya. Alicia berhasil menusuk preman itu dengan pedang yang baru saja dia dapatkan.

Alu terkesima... Gerakan Alicia terlihat sangat halus dan indah hingga aku tidak bisa memalingkan mataku.

Preman ke-3 sama sekali tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Dia hanya terbatuk sebentar dan kemudian jatuh begitu saja di lantai.

Sayang sekali... Padahal dia sudah repot-repot membawa kapak, tapi dia sama sekali tidak berguna.

Sepertinya Alicia berhasil menusuk jantung preman itu dalam sekali serang. Tidak bisa dipercaya... Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh semua assassin pro... Tapi di sini, ada seorang gadis 13 tahun yang bisa melakukannya dengan sangat mudah.

Semua rasa sakitku langsung menghilang saat aku melihat sosok Alicia. Wajah dan bajunya memang kotor karena darah, tapi dia tidak berhenti dan langsung mengambil kapak besar itu. Alicia lalu menatapku, dan saat mata kami bertemu jantungku berdetak dengan sangat cepat.





Komentar

Postingan Populer