I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 93
Disclaimer: This not miiinee
ππππππππ
meskipun preman dengan tubuh paling besar itu gemetaran dengan hebat, dia tetap mengangkat pedangnya dan menyerang Alicia, tapi anehnya bossnya sama sekali tidak melakukan apa-apa. Boss preman itu hanya menatap Alicia dengan mata terbelalak.
"Uwaaaaaahhh!!!!" teriak preman itu sambil berlari ke arah Alicia. Dia melakukan hal yang sama dengan serangan pertamanya... Dia hanya berlari dan mengayunkan pedang dengan sembarangan. Dasar idiot.
Selama beberapa saat Alicia sama sekali tidak bergerak. Dia hanya berdiri diam dan menatap ke arah pintu seakan sedang berusaha mendengarkan suara dari luar gubuk. Tapi saat preman itu mendekatinya, Alicia langsung berbalik dan mengayunkan kapak yang ada di tangannya. Kedua senjata itupun beradu dan kapak yang ada di tangan Alicia berhasil keluar sebagai pemenang. Dalam sekejap, pedang yang ada di tangan si preman hancur berkeping-keping dan jatuh ke lantai dengan suara nyaring.
Aku tidak percaya dengan apa yang barusaja kulihat. Aku tidak percaya jika pedang preman itu bisa hancur dengan sangat mudah.
Aku tahu jika Alicia memiliki kecepatan yang bagus, jadi aku tidak kaget saat melihatnya berhasil menahan Serangan itu. Tapi aku sama sekali tidak menyangka jika dia bisa mengimbangi kekuatan penyerangnya.
Bagaimana mungkin tangan kecil Alicia bisa mengimbangi tenaga preman bar-bar itu!? Aku sudah merasakan kekuatan tangannya saat menjadi samsak dadakannya, jadi kupikir Alicia pasti akan terdorong beberapa langkah saat menahan Serangan itu. Aku sama sekali tidak menyangka jika Alicia malah berhasil menghancurkan pedang itu duluan.
Aku tidak tahu jika Alicia bisa sekuat ini tanpa sihir...
Ah, iya... Aku belum melihat sihir Alicia sama sekali, apa mungkin para preman itu menemukan cara untuk menyegel sihirnya? Tali yang mengikat tangannya sudah pasti tidak punya efek seperti itu... Jadi mungkin alat penyegel itu adalah collar yang ada di leher Alicia.
Masuk akal... Aku juga pernah membaca soal benda seperti itu dalam buku.
"Pedang... ku..." gumam preman itu sambil menatap pedangnya yang sudah berantakan, yang tersisa di tangannya sekarang hanyalah gagang pedang dan sedikit pangkal pedang yang masih menempel.
Alicia sama sekali tidak membuang waktu. Dia langsung meletakkan kapak besar itu di lantai dan melesatkan badannya. Gerakannya terlihat seperti sebuah peluru.
'Kakinya kuat juga...' pikirku.
Saat Alicia berhasil mendekati preman itu dari udara, dia langsung memegang 2 sisi kepala si preman dan menghujamkan lututnya ke arah muka penjahat itu.
Preman itu terhuyung mundur sambil memegangi mukanya. Ada banyak darah yang menyembur dari sela-sela jarinya, tapi aku tidak tahu dari mana asal darah itu... Apa dari mulut atau hidung?
Alicia langsung mendarat di lantai dan mengambil kapak yang ada di lantai, lalu dia mengangkatnya tinggi-tinggi.
Preman itu menatap Alicia dengan 1 matanya yang masih tersisa, tubuhnya gemetaran, dan dia sama sekali tidak bisa bergerak. Dia hanya berdiri diam dengan wajah ketakutan.
Alicia menjejak lantai dengan kuat dan melesat ke arah preman itu.
Jika dilihat dari arah serangannya, aku berpikir jika Alicia ingin menyerang bagian dada si preman, tapi Alicia tiba-tiba menghilang.
Saat aku berhasil menemukan sosoknya, dia sekarang berada di tembok yang ada di sebelah si preman. Alicia menjejakkan kakinya di tembok itu, badannya berada dalam posisi paralel dengan lantai. Sesaat kemudian Alicia melesat dari sana.
Alicia meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah preman itu dan dia berhasil menyerang leher si preman dalam 1 sabetan yang terlihat sangat elegan.
Di mataku serangan itu terlihat sangat mudah, tapi... kecepatan dan gerak gerik itu, semuanya tidak terlihat seperti level seorang manusia. Tidak ada gerakan sia-sia dalam serangan Alicia. Meski dia melakukannya untuk membunuh seseorang gadis itu sama sekali tidak ragu.
Kapak itu membelah leher si preman dengan sangat mudah, di saat yang sama darah segar pun memancar dari luka itu. Gubuk kecil ini pun dipenuhi dengan noda darah. Aku merasa sebal saat melihat banyaknya darah yang mengenai baju dan wajahku. Setelah ini aku harus melakukan pengecekan menyeluruh untuk memastikan jika kami berdua tidak tertular penyakit milik preman itu.
Aku bisa melihat kepala milik preman itu melayang selama beberapa detik di udara, lalu jatuh ke lantai dengan suara keras, dan kemudian menggelinding keluar gubuk. Seluruh proses itu terlihat seperti gerakan lambat untukku dan aku yakin jika aku akan mengingat momen ini seumur hidupku.
Saat kepala itu menyentuh lantai aku juga bisa mendengar bunyi 'splat'yang keras. Aku terus menatap kepala itu seolah ada sesuatu yang mencegahku untuk memalingkan wajahku.
XXX
"Kyaaaaa!" aku mendengar teriakan dari arah luar gubuk.
Suara menyebalkan ini... Aku mengangkat wajahku untuk melihat pemiliknya.
Sudah kuduga... Liz Cather datang ke tempat ini.
Ah, makanya tadi Alicia sempat menoleh ke arah luar. Dia pasti sudah mendengar kedatangan mereka.
Tepat di depan pintu gubuk aku bisa melihat Liz Cather yang sedang dikelilingi oleh para ksatrianya. Sungguh sebuah perkumpulan yang sempurna bagi para orang-orang bodoh.
Tapi aku tidak melihat Henry diantara mereka semua... Duke juga tidak ada.
Mereka semua berdiri dengan wajah terkejut dan mata yang membelalak.
Liz Cather bahkan terlihat gemetaran seperti daun dan kakak Alicia... Pemuda itu menopang saintess itu dengan sangat lembut.
Aku butuh beberapa detik untuk mencerna apa yang sedang terjadi di depanku, lalu aku menatap Alicia. Sekarang aku sama sekali tidak punya waktu untuk mengurusi orang-orang bodoh itu karena masih ada 1 preman yang tersisa.
Alicia sama sekali tidak bereaksi saat mendengar teriakan Liz Cather. Mata tajamnya terus tertuju pada boss preman yang masih bertahan hidup.
"Bye-bye." ucap Alicia dengan nada santai dan senyum kejam di wajah. Alicia mengangkat kapaknya sekali lagi dan mengayunkannya ke arah boss preman itu.
"Berhentiiiii!!!"
Teriakan Liz Cather memenuhi gubuk kecil ini dan Alicia tiba-tiba berhenti bergerak.
Mungkin deskripsiku tidak terlalu tepat...
Yang sebenarnya terjadi adalah Liz Cather menghentikan gerakan tubuh Alicia dengan menggunakan sihir miliknya.
Komentar
Posting Komentar