I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 119
Disclaimer: Sampai kiamatpun, novel ini nggak bakal jadi punya saya.
🐯🐯🐯🐯
“Tapi kau adalah pasangan yang dipilih Duke… tentu kau punya sesuatu yang bisa menarik perhatiannya.” Tambah Mel yang sepertinya
belum ingin menyerah.
“Maaf karena sudah memanggilmu kejam.” Katanya dengan serius
sambil membungkukkan kepalanya padaku.
Aku terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba seperti itu. Sepertinya
Gilles juga sama kagetnya denganku, karena dia menatap Mel dengan mata
terbelalak.
Aku tidak pernah menyangka jika ada orang yang akan minta
maaf kepadaku, seperti Mel.
Sebagai seorang wanita jahat aku tahu... tidak akan ada satupun orang
yang akan meminta maaf jika mereka membuat suatu kesalahan pada kami,
dan lagi sekarang aku hidup di dunia para bangsawan. Di tempat ini, harga diri
lebih penting dari nyawamu, karena itu hampir tidak ada dari mereka yang mau
meminta maaf jika sudah membuat suatu kesalahan. Mengakui kesalahan yang sudah
diperbuat adalah suatu hal lumrah di dunia modern, tapi di sini… meminta maaf
sama artinya dengan menarik gigimu sendiri.
Jadi, saat Mel meminta maaf kepadaku seperti ini… dan dengan
sepenuh hati…? sepertinya dia dibesarkan
dengan tata krama yang sangat baik. Dia mungkin bukan orang jahat…
“Tapi, kau tahu? Kupikir master juga kesusahan selama beberapa
tahun belakangan ini, Ali-Ali~. Aku tahu, aku tahu~~. Kau sama sekali tidak ada
hubungannya dengan ini dan ini bukan salahmu. Tapi tetap saja. Maukah kau
mendengarkan penjelasanku sebentar?” tanya Mel dengan senyum getir di wajahnya.
Aku menganggukkan kepalaku.
Sekarang kelas sedang berjalan, jadi tidak akan ada orang
yang mengganggu kami. Ini adalah waktu yang tepat untuk bercakap-cakap.
“Apa kau tahu? Liz Cather memang sesuatu sekali sejaaaaak
awal. Pertama kali dia memperlihatkan wajahnya di depan Duke dan
teman-temannya, dia langsung berceloteh soal betapa anehnya kami karena
membedakan seseorang hanya berdasar status sosial. Soal kau tidak boleh menilai
seseorang hanya dari status sosial mereka. Dan soal bangsawan yang juga manusia
sama seperti rakyat biasa, lalu ‘tidak bisakah kita menjadi teman?’.
Albert-sama dan Gayle-sama pasti menganggapnya menawan dan unik. Karena keluarga
mereka ada di pucuk rantai makanan, mereka sudah terbiasa melihat semua orang
yang selalu menghormati mereka, iya kan?”
Setelah Mel mengatakan nama Liz-san, wajahnya terlihat berkerut
seakan dia baru saja menggigit serangga dengan giginya.
Apakah dia sangat tidak suka pada Liz-san? Tentu
saja, orang normal pasti merasa orang seperti Liz-san (yang asal berbicara hal-hal
tidak masuk akal di pertemuan pertama) adalah orang gila.
Para rakyat biasa di dunia ini harusnya tahu dan memahami
bagaimana cara kerja sistem strata yang berlaku. Dan Liz-san sudah menyalahkan
seluruh sistem politik negeri ini di depan para pemimpin masa depan Duelkiss… semua
orang juga berpikir kalau gadis itu sudah gila.
Tunggu, apa dia bilang Albert-sama dan Gayle-sama? Jadi dia
memanggil nama Masternya hanya dengan nama, tapi dia menambahkan suffiks pada
teman-temannya?
“Kau sudah memperhatikan mereka sejak awal?” tanya Gilles
pada Mel dengan wajah aneh.
Tunggu, itu poin yang penting. Jika Mel sudah mengamati aksi
Liz-san, kenapa bukan dia yang ditunjuk sebagai pengamatnya?
“Tentu saja. Aku biasanya ada di sekitar Duke, lagipula aku
punya kemampuan menakjubkan yang bisa membuatku menghapus keberadaanku.” Kata Mel
sambil menepuk dadanya dengan bangga.
Jadi, meskipun penampilannya sangat mencolok, dia bisa
menyembunyikan keberadaannya dengan mudah?
Yikes. Orang paling menakutkan adalah orang yang tidak bisa
kau baca pikirannya.
“Jadi… Liz Cather muncul dengan sikap keras kepala dan polosnya, lalu dia membuat semua orang merasa tidak nyaman, iya kan? Lalu semua orang
mulai penasaran kepadanya karena sikapnya yang terasa baru, berkilauan, dan sangat
imut. Itu tidak apa-apa. Rasa ingin tahu itu bagus! Tapi dia salah mengartikan
rasa penasaran mereka sebagai ketertarikan yang sesungguhnya! Maksudku, bagaimana
bisa dia sebebal itu!? Gadis itu sama sekali tidak bisa membaca suasana meski
seseorang melemparnya ke wajahnya. Lalu, banyak hal gila mulai terjadi
setelahnya. Rasa penasaran dan sebal mereka mulai berubah menjadi sesuatu yang
lain. Tidak lama kemudian mereka merasa senang berada di sampingnya... Dan semuanya berakhir.”
“Di titik itu, dia sudah berhasil mengontrol hati mereka... meski dia melakukan hal itu secara tidak sadar.” Potong Gilles yang merasa
setuju dengan pendapat Mel.
Mel menggigit kukunya sambil menatap tanah dengan tajam.
Tapi wajah cantiknya tidak membuatnya terlihat imut saat
melakukannya. Dia benar-benar sangat membenci Liz-san.
Nada bahagia dan cerianya beberapa saat yang lalu terasa
seperti mimpi. Sekarang, semua kata-katanya terdengar berat dan tajam, seakan
semua yang dia katakan penuh dengan racun mematikan.
“Mel, apakah kau pernah berinteraksi secara langsung dengan
Liz-san?” tanyaku.
“Aku hanya melihatnya dari kejauhan.”
“Kenapa Duke-sama tidak jatuh dalam pesona Liz Cather?” gumam
Gilles sambil memegang dagunya.
Benar juga. Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama. Kenapa Duke-sama
tidak jatuh cinta pada Liz-san? Bukannya dia itu cantik, kharismatik, tidak
mementingkan diri sendiri, baik hati, polos, dan punya hati yang bersih seperti
malaikat… bukannya dia itu gadis impian semua laki-laki?
“… Hm~ kenapa ya. Bukannya itu karena dia sudah bertemu
dengan gadis yang lebih menarik dari dia?” kata Mel sambil melirikku.
Huh? Dia bicara soal aku?
Meski aku mengakui jika aku bukan gadis bangsawan normal,
aku masih jauh dari tipe ideal Duke-sama.
Apakah meninggalkan kesan yang lebih kuat dalam pikiran
Duke-sama sebelum Liz-san muncul adalah sebuah kesalahan? Tapi aku harusnya menjadi
seorang wanita jahat… tentu saja aku harus bisa menarik perhatiannya…!
“Ali-Ali, pikiranmu sangat berbeda dengan Liz Cather, iya
kan? Idealisme Liz Cather memang sangat bagus dan pikirannya tidak sepenuhnya
salah. Tapi pada akhirnya, itu hanyalah sebuah idealisme semata.” Kata Mel
sambil tersenyum seram.
“Dia tidak melakukan apa-apa soal itu (kata-katanya). Tapi,
Ali-Ali kau berbeda, kau selalu menatap masa depan dengan realistis. Idemu memang
terdengar kejam, tapi semua itu bisa dicapai, dan kau berusaha mewujudkannya…
misalnya seperti saat kau mengunjungi desa Roana dengan teratur…”
“Huh?”
Mel langsung berhenti dan menutup mulutnya dengan tangan. Wajahnya
terlihat seperti dia baru saja mengatakan sesuatu yang tidak boleh dia katakan.
… Bagaimana dia tahu kalau aku sudah pergi mengunjungi desa Roana?
Apakah dia tahu dari Duke-sama?
“Mel, bagaimana bisa kau tahu soal itu?”
“Um…”
“Apa kau mendengarnya dari Duke? Seorang pelayan biasanya
dipengaruhi oleh majikannya. Itu bisa menjelaskan kenapa kau tidak suka pada
Liz Cather dan kenapa kau sangat suka pada Alicia meski tidak pernah berbicara
dengannya.”
Meskipun Gilles hanya mengatakan spekulasinya, semua itu berdasarkan fakta yang ada, jadi dia yakin jika perkataannya 100% tepat
sasaran. Apa dia benar-benar masih 11 tahun? Kenapa dia terdengar lebih cerdas daripada orang dewasa yang sebenarnya?
“Tepat sekaliiiiii!! Seperti dugaanku! Kau cepat paham ya! Gilles,
kau dari desa Roana, iya kan? Master sudah memeriksa latar belakangmu, sejak
awaaaal~! Ooh, wajahnya terlihat sangaaaaat tidak biasa saat membaca apa yang
dia temukan. Dia sangat mengkhawatirkanmu, Ali-Ali, tapi dia tidak pernah memperlihatkan
hal itu kepadamu, iya kan?” tanya Mel dengan nada gembira dan senyum lebar.
Wajah dan sikapnya benar-benar bisa berubah dengan sangat
cepat. Dari semua orang yang sudah kutemui, dia adalah orang dengan spektrum
sifat yang sangat luas.
Jadi, kenapa dia malah tidak ada di dalam otome game itu? Aku
merasa jika keadaan ini sangat aneh.
Aku tahu jika dia bukan salah satu karakter utama di game
itu, tapi aku yakin jika dia bisa mengumpulkan bayak penggemar meski dia hanya
tokoh sampingan biasa.
“Ali-Ali, dia benar-benar sangat mengkhawatirkanmu dan terus
memeriksa siapa saja yang berada di sekelilingmu. Oh! Tapi dia tidak
memata-mataimu atau apa, loh. Jadi jangan khawatir! Kurasa dia benar-benar
menahan dirinya dengan baik dan hanya memeriksamu saat dia punya waktu luang. Tapi…
kau tidak pernah tahu kapan dia memperhatikanmu, jadi yang kau lakukan tadi itu
agak keterlaluan~~.”
… Ooow. Perkataannya menyakitkan. Tapi aku memang pantas
mendapatkannya. Lagipula nasi sudah menjadi bubur, aku harus bertanggung jawab
soal itu.
“Kira-kira setahun sejak kau berhenti datang ke akademi,
tiba-tiba semua orang mulai bicara buruk tentangmu. Kurasa… lebih dari
sebelumnya? Mereka berpikir jika kau tidak akan kembali lagi ke sini!” kata Mel.
… Semakin lama aku berbicara dengannya, aku semakin merasa
bisa menjadi teman baik dengannya.
“Kau sama sekali tidak gugup saat mengatakan hal itu langsung
didepan orangnya langsung, ya?”
“Kau kan tidak peduli soal itu, iya kan Ali-Ali?”
“Kau sudah tahu sejauh itu? Hebat juga.”
“Ali-Ali memujiku~~!!”
“Bukankah seharusnya kau orang yang tertua dan terbijak di
sini? Cepat katakan saja intinya.” Kata Gilles sambil menatap langit dengan
lelah. Wajahnya menunjukkan jika dia sudah lelah dengan semua cerita ini.
Gilles mungkin memang yang paling dewasa diantara kami
bertiga.
Mel sedikit merajuk saat mendengarnya, tapi dia pun melanjutkan
ceritanya meski dengan nada yang tidak seberagam beberapa saat yang lalu.
“Tentu saja, semakin buruk gosip yang beredar,
perasaan Duke menjadi semakin buruk. Setiap hari alisnya berkerut. Dia bahkan
tidak pernah tersenyum lagi… dan saat itulah Liz Cather mulai bergerak. Dia terus
mendatanginya dan mengganggunya, ‘Bisakah kita minum the berdua?’, ‘Aku
benar-benar ingin melihatmu tersenyum.’, dll, dll.”
Kalimat itu benar-benar terdengar seperti dialog heroine
dalam game.
Biasanya, kalimat itu pasti bisa membuat heroine bisa menguasai
situasi, tapi karena Duke-sama menyukaiku… mendengar hal seperti itu pasti
membuat perasaannya jadi lebih buruk. Beberapa saat setelah itu, dia pasti tidak
akan mau melihat wajahnya.
“Ali-Ali, seperti bayanganmu. Sikap Duke padanya menjadi
semakin lebih dingin.”
“Tapi Liz Cather sama sekali tidak paham situasi. Dia berpikir
jika Duke sedang merasa kesepian dan sedih, jadi dia menjadi semakin
menjadi-jadi. Gadis itu mulai menempel padanya dan berusaha keras agar Duke mau
membuka hati untuknya.” Tambah Gilles. Dia menjelaskan semua itu seakan dia
melihatnya sendiri.
Mata mel membelalak saat mendengarnya.
“Kau sudah dengar?”
“Tidak. Tapi karena yang kita bicarakan ini Liz Cather,
kurasa dia akan melakukan yang seperti itu.”
“Oooh~~.”
Mel menatap Gilles dengan mata berbinar. Padahal tadi dia
menatapnya dengan dingin.
Sepertinya perubahan ini tidak buruk juga…
Sebaliknya, aku senang melihatnya.
Jika Liz-san tahu Gilles berasal dari desa Roana, dia pasti
akan memperlakukannya seperti anak yang harus dikasihani. Dia pasti akan
menunjukkan simpatinya dengan mengatakan, ‘Meski kita semua adalah manusia,
tapi kau harus mengalami semua kesedihan itu! Kasihan sekali!’
Tapi, Mel bersikap waspada pada Gilles sejak awal dan dia
mengamati anak itu dengan hati-hati. Setelah dia mengamatinya, tidak perduli
darimana asal Gilles, Mel merasa tertarik padanya sebagai seorang manusia. Aku
yakin jika pada akhirnya dia akan menyukai Gilles tidak perduli apa latar
belakang anak itu. Apa yang dilakukan Mel lebih bermakna ketimbang rasa belas kasihan
yang ditunjukkan Liz-san.
Mel juga bilang jika dia menyukaiku dari awal, tapi aku
yakin dia mengambil kesimpulan itu setelah mengamatiku cukup lama.
“Um, Mel? Apa kau tahu di mana Duke-sama sekarang?”
“Sekarang…? Mungkin dia ada di kafetaria.”
“Dia di kafetaria?” tanya Gilles dengan nada kaget.
Duke-sama benar-benar pergi ke kafetaria? Tidak mungkin. Aku
tidak bisa membayangkannya.
“Yah, meski kubilang itu kafetaria, yang kumaksud adalah
teras yang hanya bisa digunakan oleh para anggota osis saja.” Tambah Mel saat
melihat wajah tidak percayaku.
Ah! Jadi itu maksudnya. Tentu saja orang seleval
Duke-sama tidak akan pernah menyantap makanannya dengan murid biasa.
“Ali-Ali, apa kau mau prgi ke tempat Duke sekarang?”
“Ya. Aku punya sesuatu yang ingin kukatakan dan kutanyakan kepadanya.”
kataku sambil berjalan keluar dari hutan.
Aku mungkin hanya menghadiri akademi dalam waktu singkat,
tapi setidaknya aku masih ingat di mana letak kafetaria yang Mel maksud.
Aku tidak tahu berapa langkah yang kuambil sebelum aku sadar
jika hawa keberadaan Mel menghilang sepenuhnya. Gilles sepertinya juga
menyadari hal ini.
… Kemampuan yang mengerikan. Jika dia bisa menyembunyikan
keberadaannya seperti ini, tidak aneh jika dia bisa muncul di mana saja dengan
mudah.
Sasuga, asisten Duke-sama.
“Sihir macam apa yang digunakan oleh Mel?”
“ Ini adalah sihir tanah~.”
Padahal aku hanya bergumam, tapi tiba-tiba aku mendengar
suara Mel entah dari mana… kurasa dia masih ada di dekat sini.
Tapi tunggu, tadi dia bilang sihir tanah kan? Ini pertama
kalinya aku melihat orang menggunakan elemen sihir itu!
Aku selalu merasa aneh karena penyihir elemen tanah selalu
diperlakukan sebagai mob dalam game… bukannya itu salah satu elemen penting di
negara ini?
Tapi, tidak ada gunanya aku memikirkan ini sekarang. Aku
harus menemui Duke-sama secepatnya.
Dengan pikiran seperti itu, aku mempercepat langkahku.
Komentar
Posting Komentar