I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 117
Disclaimer: Novel ini bukan punya saya.
^ω^ ^ω^ ^ω^
Perlahan aku membuka mataku dan saat aku melakukannya pandanganku dipenuhi dengan warna hijau. Setelah itu aku menarik nafas dalam-dalam.
Kami ada di… sebuah hutan? Kemanapun aku melihat, hanya ada
pohon di sini. Sama sekali tidak ada tanda-tanda manusia di tempat ini.
“Kemana kau membawa kami?” tanya Gilles sambil melihat ke
sekeliling.
“Tenang~ Kita masih ada di dalam akademi.” jawab Mel dengan
senyum santai.
Aku tahu jika ada sesuatu yang tidak beres darinya. Aku tahu
jika dia pasti akan melakukan hal seperti ini.
“Karena tidak ada orang lain yang mendengarkan, kita bisa
berbicara sepuasnya disini~.”
“Bicara soal apa?” tanyaku sambil menatapnya dengan waspada.
“Ma-ka-nya~! Santai saja lah~! Kalian tidak punya alasan
untuk sewaspada itu kepadaku.”
“Kami punya banyak alasan.” kata Gilles sebelum aku bisa
mengatakannya.
Pipi Mel menggembung selama beberapa detik saat dia menatap
Gilles. Wajahnya terlihat sangat imut.
… Aku tidak percaya jika makhluk seimut ini lebih tua dariku!
“Kalian akan baik-baik saja~. Aku suka sekali dengan
Ali-Ali.”
“Kenapa kau bisa berkata begitu padahal kita baru bertemu
hari ini?”
“Setidaknya aku pernah melihat Ali-Ali sebelum ini. Dia kan
sangat terkenal.”
“Kau menyukainya hanya karena itu?”
“Ya~! Dan aku bersedia melakukan apa saja jika itu untuk
Ali-Ali~.”
“Mana mungkin aku percaya kata-katamu.”
“Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu percaya?” tanya
Mel dengan wajah cemberut.
Pembicaraan mereka terus mengalir dengan lancar meski aku
tidak mengatakan apa-apa.
Tapi ada sesuatu yang tidak kumengerti. Kenapa Mel
menyukaiku? Kami tidak pernah bertemu sampai hari ini… atau mungkin kami
pernah, tapi aku melupakannya karena itu adalah sesuatu yang tidak terlalu
penting?
“Hei! jadi apa yang terjadi pada matamu?” tanya Mel sambil
menatapku. Wajahnya terlihat sangat penasaran.
“Apa yang kau suka dariku?” tanyaku tanpa menjawab
pertanyaannya.
Karena dia lebih tua dariku, aku seharusnya berbicara dengan
lebih sopan… tapi setelah 2 tahun tidak berbicara pada siapapun, kemampuan
sosialku pun jadi agak merosot. Rasanya kata-kataku tidak bisa keluar dengan
mudah. Yah, mau bagaimana lagi… setidaknya kemampuanku yang satu itu bisa
kembali dengan mudah.
“Aku bertanya duluan~! Tapi, kalau kau ingin bicara soal
itu, oke lah. Ngomong-ngomong, aku pertama kali melihatmu di perpustakaan tua
akademi. Dulu, kupikir kau hanya gadis pintar biasa. Tapi saat aku melihatmu di
pesta minum teh itu… aku benar-benar terpikat. Seluruh tubuhku gemetaran saat
melihatmu!” katanya dengan berapi-api.
Wajahnya terlihat sangat bahagia saat menjelaskannya
kepadaku. Tapi semua itu berubah menjadi raut benci dalam sekejap.
“Aku benci…! Aku benci…! Aku benci sekali! Liz Cather! Dia
sangat menyebalkan! Sikap sok baiknya benar-benar membuatku mual! Hoek!”
Wajah Mel terlihat semakin merah dan merah. Dia benar-benar
seperti anak kecil.
“Jika kau membawaku hanya untuk mendengarkan keluhanmu, aku pergi saja.” kataku sambil beranjak untuk pergi.
“Bukan hanya aku yang membencinya, kau tahu.” lanjut Mel
dengan nada lebih tenang. Wajahnya terlihat serius.
“Ali-Ali, aku tahu seberapa pragmatis dirimu. Setelah pesta
teh 2 tahun yang lalu, kau sudah mencuri hatiku. Tapi sekarang… Ugh! Saat kau
memukul Jane hingga terbang, itu terlalu menakjubkan! Aku jadi jatuh cinta
padamu sekali lagi! Seperti BAM!! Dan kau tahu? Gadis itu sangat mengagumi Liz
Cather. Bisa dibilang dia menyembahnya.”
Mood Mel terus berubah dengan cepat. Sedetik dia menatapku
dengan penuh antusiasme, dan di detik lainnya dia menatap ke kejauhan dengan
wajah yang siap menggebuki seseorang hingga babak belur.
“Yah… aku hanya ingin memberitahu jika aku ada di pihak
Ali-Ali.”
“Terima kasih, tapi itu tidak perlu. Aku tidak perlu
sekutu.” kataku dengan nada manis.
“Apa yang kau lakukan di luar sini?” tiba-tiba aku mendengar
suara yang sangat familiar. Suara itu terdengar merdu… merdu… dalam… sexy… dan
sangat maskulin. Apa itu suara… Duke-sama?
Aku menoleh ke asal suara itu.
Huh? Aku rasa dia tambah tinggi ya… Rambutnya juga jadi
lebih pendek dari sebelumnya, tindikannya juga sudah bertambah. Sebuah batu
jade berkerlip di sebelah batu biru. Duke-sama seperti sedang diliputi dengan
aura yang sangat terang hingga aku tidak bisa menatapnya langsung.
2 tahun benar-benar bisa membawa banyak perubahan untuk
seseorang.
Ohh…. lihat dagu lancip itu! Dan mata sebiru lautan itu!! Waah… kulit tan nya
juga terlihat sangat lembut… dan otot itu terlihat menggoda!” kata Mel dengan
nada nafsu.
“Mel… kau suka pada Duke-sama?”
“Tentu saja tidak. Tapi karena kau tidak mengatakan apa-apa,
aku menggantikan dirimu untuk menyampaikan isi hatimu.”
“Aku tidak berpikir begitu?”
“Tapi dia kan tunanganmu?”
“Kurasa bukan…?”
“Dia benar. Aku bukan tunangannya.” kata Duke-sama. Mata Mel
yang sudah lebar, sekarang menjadi semakin lebar.
“Jadi, rumor itu…”
“Aku sudah menyerahkan proposal lamaranku, tapi pertunangan
kami belum resmi karena Alicia (calon tunanganku) tidak ada di tempat.”
Saat aku mendengar kata-katanya, aku langsung melepas nafas
yang kutahan selama beberapa detik sebelumnya.
Terimakasih Tuhan…
Tunggu. Karena Duke-sama ada di sini, mungkin aku bisa tanya
soal kakek Will sekarang!
“Hei, Ali-Ali kelihatannya sangat lega setelah
mendengarnya?” kata Mel dengan kerlip mata aneh.
“Duke, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Gilles curiga.
“Aku bisa merasakan keberadaan Alicia.” jawab Duke-sama.
“Benar~~! Dia memang punya aura yang spektakuler~.” kata Mel
dengan nada bahagia.
“Dia juga cantik.” timpal Duke-sama.
“Uwaah! Aku tidak pernah mendengarmu bicara seperti ini
sebelumnya, Duke! Wow. Aku tidak pernah menyangka kalau kau bisa menunjukkan
ekspresi semanis ini. Ali-Ali pasti sangat spesial untukmu~.” kata Mel.
“Kau selalu merengut saat kau tidak bisa bertemu Alicia.
Rasanya kerutan diantara alismu itu adalah sesuatu yang permanen.” bahkan
Gilles tidak segan untuk sedikit menggoda Duke-sama.
“Iya, benar! Kau harus melihatnya! Dia berjalan dengan aura
hitam mengerikan di sekelilingnya tiap hari! Rasanya di bilang ‘Jangan dekati
aku, kalau tidak AKU AKAN MEMBUNUHMU!!’” Mel mengucapkan 3 kata terakhir dengan
penuh tekanan dan beberapa detik kemudian dia tertawa.
“Mel, kau dan Duke punya hubungan seperti apa?” tanya
Gilles.
Saat aku sedang memikirkan kakek Will, sepertinya
pembicaraan mereka berlangsung dengan lancar.
Sepertinya Gilles juga sudah tidak curiga pada Mel. Ah, tapi
mungkin itu hanya akting.
“Duke adalah Master ku!” jawab Mel dengan senyum lebar.
“”Apa!?”" kataku dan Gilles bersamaan.
Apa itu artinya Mel adalah pelayan Duke-sama?
Tiba-tiba pikiranku jadi campur aduk hingga aku tidak tahu
mana atas dan bawah. Otakku rasanya meleleh karena menampung informasi yang
terlalu besar.
“Karena itu aku sangat tertarik pada gadis yang dicintai
Duke!! Ufufufu.” kata Mel sambil tertawa seram.
“Tapi itu bukan satu-satunya alasan… Aku memang
benar-benar jatuh cinta pada kecantikan dan kecerdasan Ali-Ali~!” kata Mel
dengan bangga.
… Aku benar-benar tidak bisa mengikuti perubahan mood nya.
Komentar
Posting Komentar