I'll Become A Villainess That Will Go Down In History Chapter 109
Disclaimer: Novelnya bukan punya saya.
πππππππ
"Ibumu?"
"Yap."
Aku tidak pernah mendengar Alicia membicarakan ibunya.
"Sepertinya dia sangat sibuk belakangan ini, jadi beliau sering tidak ada di rumah." jelas Alicia sambil menghindar dari beberapa
semak yang ada di depannya.
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Dia memberiku informasi soal level sihir setiap orang.
Misalnya, ibunda memberitahuku jika Albert-oniisama, Gayle-sama, dan Curtis-sama
sudah berhasil melewati level 80, lalu level Duke-sama sudah melampaui level
100. Oh iya, sepertinya Liz-san juga sudah berhasil mencapai level 100."
"Ha!? Cih...!" informasi itu terdengar sangat lucu
untukku.
Selama ini aku sudah terputus dengan dunia luar, jadi aku
tidak tahu jika mereka berhasil berkembang secepat itu.
Tapi saat aku mengingat kembali, kurasa Duke memiliki 1
tindikan baru di telinganya. Dia menambahkan permata hijau di samping permata
biru. Dia pasti melakukannya setelah berhasil melewati level 100.
... Berhasil mencapai level itu bukan hanya menakjubkan. Itu
sama sekali tidak normal... pada dasarnya itu sesuatu yang sangat mustahil!
Hingga sekarang hanya ada beberapa orang saja yang bisa
mencapai level 100, tapi sekarang kami punya seorang pemuda yang bisa
melampauinya dengan mudah? aneh sekali. Aku ingin bilang kalau semua ini omong
kosong... tapi aku tahu jika ini nyata.
'Ini gila." gumamku pada diri sendiri. Aku melakukannya
karena meski itu adalah sesuatu yang mustahil, aku tidak bisa menyangkal jika
itu memang benar terjadi.
"Tidak juga... sebagai tokoh utama dalam otome game,
kurasa mereka semua memang sangat hebat." kata Alicia pelan.
Suaranya sangat pelan hingga aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Nadanya berada di level pianissimo yang hampir tidak bisa
didengar.
Jika aku memintanya untuk mengulanginya, aku tidak yakin dia
akan melakukannya, itu karena aku tahu dia tidak ingin aku sampai mendengarnya.
"Ah, ngomong-ngomong soal Liz Cather, kudengar dia
menjadi sangat terkenal di kota-kota sekitar."
"Oh ya? Sudah kuduga! Apa dia sudah pergi ke desa Roana juga?"
"Tidak mungkin. Wanita itu hanya bisa bicara omong
kosong. Kurasa dia pasti akan langsung terbunuh jika pergi ke sana."
"Yah tidak masalah. Karena dia sudah jadi favorit
masyarakat, kurasa menyebarkan namaku sebagai wanita jahat yang kejam akan
menjadi sangat mudah. Dengan sikap antagonisku, aku pasti bisa langsung
terkenal hanya dengan sedikit argumen. Rumor buruk tentangku pasti akan
langsung menyebar dengan cepat." kata Alicia dengan senyum lebar.
Cara berpikirnya memang benar-benar aneh.
Sebagai seorang wanita jahat, seharusnya dia melakukan
sesuatu hanya untuk keuntungannya sendiri, jadi kenapa dia malah bahagia saat
tahu dirinya akan dibenci semua orang? Ini tidak masuk akal, tapi aku tidak
bisa mengatakannya pada Alicia. Aku tidak mau menghancurkan kebahagiaannya,
meski kebahagiaan itu didapatkan dengan cara yang tidak lazim. Saat Alicia
tersenyum seperti itu, aku merasa seperti dia sudah berhasil menggenggam
seluruh hidupku... tapi aku tidak punya keinginan untuk melawannya.
Dengan sosok Alicia yang sekarang, aku yakin bukan cuma aku
yang akan terpesona. Para orang dengan kemampuan tinggi pasti akan
mengerubunginya seperti ngengat. Alicia sangat mempesona. Aku tidak akan kaget
jika dia ternyata adalah dewi yang diutus ke bumi ini.
"Apa ibumu tidak mengatakan hal lain kepadamu?"
tanyaku cepat.
"Hm, tidak juga. Dia hanya memberitahu level terbaru
orang-orang dan hal remeh lainnya. Setelah itu dia berkata jika aku tidak boleh
setengah-setengah saat melakukan sesuatu. Ibunda berkata jika aku harus
menyelesaikan semuanya hingga akhir."
"Hanya itu? Saat kau bilang ibumu datang ke sini, aku
punya bayangan yang berbeda dari ceritamu."
"Itu karena ibunda adalah orang yang tidak biasa.
Biasanya dia akan terlihat sangat lembut dan anggun, tapi untuk beberapa hal
dia akan tetap teguh pada pendiriannya... dan lagi aku tidak pernah tahu apa
yang dipikirkan ibunda. Seperti kataku, dia hanya... tidak biasa."
"Kedengarannya dia sangat eksentrik sekali."
Yang ingin kukatakan adalah, nyonya Williams sangat mirip
dengan seseorang yang kukenal... tapi aku tidak mengatakannya pada Alicia.
"Aku bisa melihat dinding kabutnya... oh iya juga, kau
tidak kelihatan bersemangat, padahal kita akan bertemu kakek Will... apa kau
pergi ke sana sendirian? Bagaimana caramu masuk ke dalam sana?"
"Dengan ini." jawabku sambil mengeluarkan sebuah
botol kecil dengan cairan pink di dalamnya.
Alicia menatapku dengan terkejut.
Kurasa dia tidak pernah membayangkan jika aku memiliki benda
ini.
"Itu... bagaimana kau bisa mendapatkannya?"
"Ayahmu memberikan ini padaku."
"Ayahanda...?" bisik Alicia.
Gadis itu terlihat terkejut, tapi ada rasa bahagia yang
tercampur di dalamnya.
"Yup. Sepertinya nama ramuan ini adalah Abell."
jawabku sambil menyeringai ke arahnya.
Komentar
Posting Komentar