I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 110

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya.

πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

Ini adalah ke-5 kalinya aku pergi ke desa Roana selama 2 tahun belakangan ini. Dan sebenarnya ini adalah kunjungan pertamaku di tahun ini.

Pada kunjungan pertamaku tahun lalu, aku menjelaskan situasi Alicia pada kakek Will dan Rebecca. Aku melakukannya karena mereka harus tahu kenapa Alicia tidak akan bisa mengunjungi mereka selama beberapa tahun ke depan. Dan seperti dugaanku, mereka berdua merasa sangat terkejut dengan berita itu, tapi untungnya mereka bisa menerimanya dengan cepat.

Beberapa kunjungan berikutnya sama seperti kunjungan yang biasa kami lakukan berdua, tapi aku sudah tidak pernah pergi ke sana karena tenggelam dalam studiku. Hingga sekarang, sudah setahun aku tidak pergi ke sana... dan kali ini aku akan mengunjungi mereka bersama dengan Alicia.

Saat berdiri di depan dinding kabut itu, semuanya masih tampak sama dengan ingatanku. Dinding kabut itu adalah sebuah lapisan besar yang membentuk sebuah barrier tepat di depan mataku… dan aku tahu jika yang ada di dalamnya adalah desa asalku. Tempat yang sudah menjadi neraka pribadi untukku.

Alicia tiba-tiba menepuk kepalaku dengan lembut, pasti itu karena aku memperlihatkan raut benci saat menatap dinding tak berbentuk itu. Sikapnya benar-benar baik dan membuatku nyaman, dengan begitu aku bisa memasang topengku dengan lebih mudah.

Setelah aku menenangkan diriku, kami berdua masuk ke dalam dinding kabut itu.

Aku memang sangat membenci kebobrokan yang ada di desa ini, dan dalam beberapa detik semua kejelekan itu nampak dengan jelas di depan mataku. Tapi, berbeda dengan perkiraanku, rasanya tempat ini menjadi sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan kedatanganku yang terakhir.

Apa ini hasil kerja kakek Will dan Rebecca?

Saat kami baru saja melewati barrier, ada banyak mata yang menatap kami. Semua mata itu menatap kami dengan tajam.

Ini buruk. Jika begini terus, Alicia bisa diserang... aku melempar tatapan khawatir padanya.

Tapi Alicia sama sekali tidak terganggu dengan semua mata itu. Dia hanya menatap mereka semua dengan tatapan mata yang tenang.

... Sepertinya aku mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Alicia selalu seperti ini... berani, tidak pernah menyerah, dan tidak mudah takut. Tentu saja hal seperti ini tidak cukup untuk mengganggunya.

"Ada apa?" tanya sebuah suara yang sangat kukenal.

Para warga desa langsung membuka jalan dan seseorang dengan wajah yang kukenal berjalan ke arah kami.

Aku merasa jika gadis itu lebih tinggi dari setahun yang lalu. Mata coklat gadis itu membelalak saat melihatku dan Alicia. Rambut silver panjangnya terkuncir rapi dan tatapannya sangat tajam.

"Ali...cia?" tanya Rebecca ragu.

Kakek Will berdiri tepat di belakang Rebecca. Meskipun laki-laki itu tidak berdiri di depan, dari ekspresi dan dari sikap para orang desa, aku tahu jika kakek Will adalah pemimpin desa ini secara de facto.

Apa yang terjadi selama 1 tahun aku tidak datang ke tempat ini?

Atau mungkin aku harus bilang 2 tahun. Karena aku hanya datang saat malam hari, aku tidak tahu perubahan apa saja yang sudah terjadi di desa ini. Apa saja yang sudah terjadi seama 2 tahun ini?

"Hei, Rebecca. Senang bertemu lagi denganmu." kata Alicia dengan nada lembut dan senyum di wajahnya.

... Seperti yang kuduga, Alicia tidak terlihat seperti seorang wanita jahat, setidaknya dia tidak sejahat 2 tahun yang lalu. Kenapa wajahnya terlihat sangat tenang hari ini?

Saat Alicia membuka mulutnya, semua mata yang ada di sana tertuju kepadanya. Dan dari keramaian itu, aku bisa melihat 1 atau 2 orang yang terpana dengan kecantikannya.

Tidak perduli apa niat Alicia yang sebenarnya, para warga pasti melihatnya sebagai seorang saintess... orang suci yang dikirimkan surga untuk mereka semua. Tapi, meski kau mengacungkan pedang ke leherku, aku tidak akan pernah mengakui jika Alicia lebih cocok menjadi saintess ketimbang wanita jahat. Setidaknya itu yang akan kulakukan jika aku ingin Alicia tetap berada di sisiku.

Dan lagi, aku paham betul jika Alicia memang tidak pernah memiliki niat untuk menyelamatkan desa ini, seperti yang (mungkin) akan dilakukan saintess... jadi aku lebih suka membiarkan anjing galak tidur untuk sementara waktu.

"Kau jadi sangat cantik." puji Rebecca.

"Benarkah? Terima kasih." balas Alicia dengan jujur.

Menemukan wanita yang bisa menerima pujian dengan jujur sangat jarang ditemukan di negara ini. Tata krama mengajarkan jika seorang wanita harus segera mengalihkan pembicaraan atau menolak pujian itu dengan halus agar tidak dipandang sebagai orang narsis.

Jika dia adalah Alicia yang dulu, aku yakin jika jawaban itu sudah diperhitungkan olehnya.

Alicia sudah menjelaskan kepadaku beberapa kali jika soerang wanita jahat tidak boleh mundur hanya karena diaharuskan bersikap sopan. Wanita jahat harus mengakui kecantikan yang dia miliki dan memamerkannya pada semua orang, menunjukkannya bak sebuah pedang di medan perang, seperti sebuah mawar yang bisa menarik perhatian semua orang meski dia memiliki duri tajam di tangkainya.

Tapi, kata terima kasihnya yang barusan... aku sama sekali tidak bisa merasakan niat dan perhitungan seperti itu. Sikapnya hari ini terlihat jujur dari hati terdalamnya.

"Alicia." sapa kakek yang sekarang berdiri di samping Rebecca.

Seperti biasanya, postur tubuh kakek terlihat tegap dan berwibawa. Rasanya dia seperti diselimuti aura pemimpin yang sangat kuat.

Meskipun rambutnya sudah memutih dan matanya sudah tidak bisa melihat, kau masih bisa tahu jika dia memiliki tubuh kuat dan tegap... intinya kakek Will memang tampan. Kebijaksanaan dan kebaikannya juga bisa terpancar dengan jelas di wajahnya.

"Kakek Will!" sapa ALicia dengan ceria.

Saat dia berada di depan kakek Will, sikap Alicia berubah menjadi layaknya seorang gadis biasa. Sepertinya dia benar-benar merindukan kakek Will.

"Sepertinya kau sangat bahagia hari ini." kata kakek Will dengan senyum lebar di wajah.

Tanpa menunggu lagi, Alicia langsung melemparkan tubuhnya ke arah kakek dan memeluknya dengan erat.

Sesaat kakek Will terdiam dan merasa sedikit terkejut, tapi wajahnya menjadi lebih lembut dan dia menepuk kepala Alicia dengan pelan.

... Apa mungkin Alicia tidak terlihat seperti wanita jahat hari ini karena dia kangen dengan kakek Will? Mungkinkah dia terlalu bersemangat karena bisa bertemu kakek hari ini?

Meski aku sudah menghabiskan banyak waktu dengan Alicia—karena kita tinggal 1 rumah—sepertinya dia memiliki hubungan yang sangat dalam dengan kakek.

Aku tahu sejak awal jika mereka berdua memang sangat dekat. Meski aku belum mengenal kakek Will sepenuhnya, setidaknya aku tahu jika kakek adalah orang tercerdas yang pernah kutemui.

Dan karena itu... aku tidak kaget saat mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat. Rasanya semua masuk akal untukku.

"Kakek Will, apa nanti kau ada waktu?" pinta Alicia. Kakek Will mengiyakan dengan wajah penasaran.

Mereka tidak mengatakan apa-apa lagi, dan kami semua hanya diam dan menatap mereka dengan rasa ingin tahu.

Tiba-tiba Alicia mendekati kakek Will dan mendekatkan mulutnya ke dekat mata kakek.

Aku terdiam saat melihat Alicia mulai merapal sebuah mantra. Suaranya terdengar sangat halus, lembut, tapi jelas... namun, entah kenapa aku tidak bisa memahami apa arti kata-kata itu. Kata-kata yang diucapkan Alicia tidak pernah kudengar sebelumnya. Dan jika dilihat dari bagaimana dia mengucapkan beberapa huruf fokal dan konsonannya... aku merasa jika Alicia seperti sedang menyanyi.

Alicia terus melakukannya hingga dia dan kakek Will diselimuti cahaya yang berpendar halus.

... Semakin aku mendengarkan, semakin aku yakin jika Alicia sedang menyanyi dengan menggunakan bahasa kuno Duelkis. Tapi ini hanyalah hipotesa belaka karena aku belum pernah melihat seseorang (bahkan yang sudah mencapai level 100) menggunakan mantra seperti itu.

Orang-orang yang bisa memahami bahasa ini pasti sudah tidak ada di dunia ini. Dan meski ada dari mereka yang bisa mengenalinya, mereka mungkin mendapatkan pengetahuan itu dari kakek dan nenek moyang mereka, dan aku yakin jika jumlah mereka sangat sedikit sekali. Menurutku, meski mereka bisa mengenali bahasa ini, mereka mungkin tidak bisa membaca atau mengartikannya.

Aku tahu seberapa rumitnya bahasa kuno karena aku pernah melihatnya di sebuah buku. Tapi tidak perduli seberapa keras aku mencobanya, aku sama sekali tidak mengerti isi dari naskah itu.

Kudengar para akademisi menghabiskan puluhan tahun agar bisa memahami bahasa kuno itu. Karena itu, kupikir bahasa itu adalah kemampuan yang sangat sulit untuk di dapatkan, jadi kenapa Alicia malah susap payah mempelajarinya?

Jangan bilang jika dia mempelajarinya agar bisa menggunakan sihir yang seperti ini! Bukannya bahasa kuno itu dianggap sebagai ilmu yang sudah hilang (lost art) dari negara ini?

Suaranya menggema di tempat yang sunyi ini. Di saat yang sama, pendaran cahaya putih mulai menyelimuti tubuhnya dan kakek Will. Cahaya itu sangat terang hingga aku harus menutupi mataku.

Cahaya itu menjadi semakin terang benderang dan aku sama sekali tidak bisa melihap apapun. Rasanya mataku seperti terbakar, padahal aku sudah menutupnya erat-erat.

Saat aku ingin mengangkat tanganku dan memberi mataku perlindungan lebih, cahaya itu tiba-tiba menghilang. Beberapa saat kemudian Alicia pun berhenti merapal mantranya.

Perlahan, aku membuka kedua mataku.

... Jadi ini memang benar-benar sihir. Meski aku sudah menduganya sejak awal, fakta itu masih bisa menamparku dengan keras dan membuatku bulu kudukku berdiri.

Semua penduduk desa yang ikut menyaksikan hanya bisa terdiam di tempat dengan ekspresi terkejut dan kagum. Beberapa dari mereka bahkan membuka mulut lebar-lebar dan tidak menutupnya untuk waktu yang cukup lama.

Aku bahkan bisa melihat Rebecca yang terus gemetaran, dan diwajahnya terdapat seringai yang sangat lebar.

"Whoaaah..." bisiknya dengan mata berkaca-kaca yang penuh dengan rasa kagum.

Ini memang pemandangan yang tidak bisa dipercaya. Aku bahkan sempat meragukan penglihatanku.

Tepat di depan mataku, sesuatu yang mirip seperti asap hitam keluar dari mata kiri Alicia. Dan di depannya, soket mata kiri kakek Will yang tadinya kosong sekarang diisi dengan mata ber-iris emas yang bersinar dengan sangat indah.

 


Komentar

Postingan Populer