I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 121
Disclaimer: this novel isn't mine.
⛩️⛩️⛩️⛩️⛩️
Tangga itu berada di ruang terbuka dan tidak ada orang yang menghalangi jalanku. Siapapun bisa naik ke atas sana dengan bebas. Apa tidak apa-apa jika tempat khusus seperti itu bisa dimasuki semudah ini?
Aku menaiki tangga itu dengan langkah santai yang tetap tampak anggun. Dan saat aku sedang berjalan aku berpikir... Ekspresi seperti apa yang akan mereka tunjukkan saat melihat kedatanganku? Terkejut... Tentu saja. Tapi aku berharap beberapa dari mereka memasang wajah kesal dan terganggu.
Akhirnya aku mencapai anak tangga terakhir. Aku mengangkat kepalaku dan mengamati semua wajah yang ada di sana dengan seksama.
"Sudah lama tidak bertemu, semuanya." kataku dengan nada riang dan senyum lebar.
"Ali-chan, apa yang terjadi pada matamu?" tanya Curtis-sama dengan nada khawatir. Dia pasti sengaja berakting seakan dia tidak bisa merasakan perubahan mood di tempat ini.
"Ada perlu apa kau datang kemari?" tanya Albert-oniisama. Ekspresinya sangat bertolak belakang dengan Curtis-sama. Alisnya berkerut dan wajahnya terlihat dingin. Sepertinya dia tidak suka saat aku ada di tempat ini.
Jadi ini sikapnya setelah bertemu dengan adik yang sudah tidak pernah dia temui selama 2 tahun belakangan? Harusnya ini kan jadi reuni bahagia untuk kami! Bukannya ini saat yang tepat untuk saling berpelukan dan melepas rindu?
Memangnya mereka melihatku sebagai apa?
Dari reaksi yang tidak antusias ini, aku bisa menebak apa yang sedang mereka pikirkan. Mereka pasti berpikir jika aku adalah orang jahat yang tidak pantas untuk berada di tempat ini bersama mereka semua.
Kurasa aku harus berterimakasih pada para tukang gosip yang sudah menyebarkan nama burukku. Aku senang karena mereka telah membantu memperkuat image wanita jahatku, tapi aku penasaran... Dari mana asal semua rumor tidak jelas itu?
Semua akan sempurna jika seua rumor itu benar adanya. Tapi sayang, semua rumor itu hanya kebohongan tidak masuk akal yang sengaja dibuat seseorang. Aku harus segera melakukan sesuatu agar semua rumor bohong itu digantikan dengan perbuatan jahat yang benar-benar kulakukan.
... Wow. Aku tahu jika para laki-laki ini adalah target dalam otome game. Dalam 2 tahun ini mereka semua menjadi sangat tampan. Mereka semua memiliki kharisma yang unik dan penampilan mereka terlihat sangat menarik. Mereka sangat berhak memiliki patung penghormatan yang bisa dilihat oleh anak cucu kelak.
"Apa kau benar-benar memukul Jane sampai pingsan?" tanya Albert-oniisama lagi saat aku tidak segera menjawab pertanyaan pertamanya.
"Kenapa kau tega melakukannya!? Jane adalah temanku!" teriak Liz-san penuh dengan nada marah dan takut.
Bahkan dalam situasi seperti ini aku masih merasa jika suara Liz-san terdengar sangat merdu seperti musik... Padahal dia sedang marah. Tapi aku memang sudah memukul salah seorang temannya, jadi ekspresinya kali ini sudah tepat.
"Jadi gadis itu adalah temanmu?" ejekku.
Hmm... Dibandingkan dengan sebelumnya, aku merasa seperti sudah kehilangan kemampuan untuk merasa simpati pada sesama manusia.
"Ya! Dia temanku yang berharga!" teriak Liz-san dengan suara melengking.
"Tapi dia bukan temanku."
"Lalu? Apa maksudnya itu?"
"Liz-san. Kau dan Jane-san adalah teman baik. Memangnya hal itu ada hubungannya denganku? Jangan berpikir jika statusnya sebagai temanmu bisa merubah hubunganku dengannya."
"Kau lagi-lagi tidak menggunakan bahasa sopan pada seniormu." bisik Gilles.
Sepertinya anak itu sama sekali tidak keberatan saat aku melakukannya. Dia pasti merasa jika Liz-san tidak pantas mendapat perlakuan sopan dariku dan dia.
Aku melirik Gilles, dan ya... Dia sedang tersenyum sadis ke arah Liz-san dan para pengikutnya. Seringaian itu terlihat seperti senyum setan kecil. Dan, apakah ada partner terbaik untuk wanita jahat selain setan kecil yang imut sepertinya?
"Tapi dia tetap temanku! Bagaimana mungkin aku hanya duduk diam dan tidak melakukan apa-apa setelah kau memperlakukannya dengan kejam!?"
"... Jika yang marah padaku saat ini adalah Jane-san, aku bisa menerimanya. Jika Jane-san tiba-tiba datang dan berusaha memukulku maka aku tidak akan terlalu memikirkannya. Tapi Liz-san, jika kau berniat membalas dendam untuknya... Aku tidak akan berbuat sebaik itu."
"Apa maksudmu?"
"Jangan campuri urusan yang sama sekali tidak ada hubungannya denganmu." kataku dengan nada riang, tapi dia pasti menyadari peringatan yang terpancar dari tatapan mataku. Aku merasa senang saat melihatnya terbelalak setelah mendengar ucapanku. Rasanya dia tidak bisa mempercayainya.
"Mulutmu benar-benar kotor." gumam Gayle-sama sambil menatapku tajam.
"Dasar gila." umpat Eric-sama dengan nada jijik.
"Ya ampun... Itu bukan cara yang benar saat berbicara pada seorang lady." cemoohku.
"Kau tidak pantas disebut lady."
"Padahal dulu kalian memperlakukanku seperti lady. Tapi kalian berubah setelah kita pergi ke kota bersama saat itu."
"Isi kepalamu lah yang berubah!"
"Hm... Kau benar-benar berpikir seperti itu?" tanyaku sambil berusaha untuk tetap tenang.
Yes! Aku belum kehilangan sentuhan wanita jahatku! Bagus sekali! Nilai plus untukku!
"Yah... Itu tidak penting. Aku tidak punya waktu untuk bertukar kata dengan kalian. Aku datang ke sini karena aku punya masalah yang belum selesai dengan Duke-sama." kataku sambil berjalan ke arah Duke-sama.
Dia sedang duduk sendirian di sebuah sofa mewah. Saat aku semakin mendekatinya, semakin aku merasakan tekanan yang menguar dari tubuhnya.
"Apa maumu?"
"Kupikir kau sedang menangis karena mendengar jawabanku tadi."
Saat mendengar jawabanku, Duke-sama mengernyitkan alisnya.
"Apa kau pernah dengar istilah 'kebaikan yang salah tempat'? Aku tidak pernah memintamu untuk menjagaku. Dan yang terjadi tadi adalah bayaran manis karena kau telah melakukannya tanpa memberitahuku terlebih dahulu." kataku sambil menatap mata Duke-sama.
Gilles yang berpikir aku datang untuk minta maaf pasti merasa sangat terkejut.
Untuk yang lainnya... Mereka juga sama terkejutnya dengan Gilles, bahkan rasanya mereka sampai melupakan kebencian mereka kepadaku karena merasa sangat amat kaget. Tidak ada seorangpun yang berbicara dalam ruangan besar ini. Ini adalah kesunyian yang tercipta setelah aku berhasil menutup mulut mereka semua.
"Tapi kau melakukan semua itu karena khawatir padaku dan aku sangat menghargainya. Aku sangat senang karena kau mau mengkhawatirkanku, jadi terima kasih." lanjutku sebelum Duke-sama bisa mengatakan apapun. Setelah itu aku membungkukkan kepalaku ke arahnya.
Aku sudah memikirkan ucapanku padanya beberapa saat yang lalu. Harusnya aku tidak sekasar itu pada orang yang berniat baik kepadaku. Perbuatannya tidak membahayakan dan mengganggu rencanaku, jadi aku merasa malu karena telah mengatakan semua hal kejam itu kepadanya. Aku hanya bisa berharap jika dia bisa merasakan penyesalanku.
Karena aku belum mengangkat kepalaku, aku tidak tahu ekspresi seperti apa yang ada di wajah Duke-sama dan aku tidak yakin jika dia akan menerima permintaan maafku begitu saja.
Beberapa saat kemudian aku bisa melihat bayangan tangan Duke-sama yang mencoba untuk meraihku.
"Uh... Dan 1 lagi." kataku.
Sebelum tangan Duke-sama menyentuhku, aku langsung meraih kerah bajunya dan menariknya kearahku. Aku pasti sudah membuatnya sangat kaget karena dia sama sekali tidak melakukan perlawanan. Tapi, meski dia melakukannya, aku yakin bisa menghentikannya dengan kekuatan fisikku.
Aku sedikit terkejut dengan beban yang kurasakan di tanganku. Ternyata tubuh laki-laki itu lebih berat dan kuat dari yang ada dalam bayanganku.
Akhirnya aku menatap Duke-sama yang terlihat membelalakkan matanya. Sepertinya dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di sini.
"Kau bilang kau selalu melihatku kan? Jika kau ingin melakukannya, kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku? Kuharap kau tidak berpikir jika melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi akan membuatmu terlihat lebih keren! Kau salah besar soal itu. Jika kau tidak mengatakan isi hati dan kepalamu kepadaku aku tidak akan pernah mengerti... Sama seperti sekarang. Aku tidak pernah tahu jika kau selalu menjagaku selama ini!"
Duke-sama tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatapku dengan wajah kaku.
"Jika itu aku, aku akan memastikan seluruh dunia tahu jika aku akan selalu menjagamu. Aku akan terus berada di sampingmu dan selalu melindungimu!"
Setelah mengatakan semuanya aku melepaskan cengkeramanku. Meski begitu Duke-sama sama sekali tidak bergerak. Dia tidak kembali duduk di kurai empuknya dan terus menatapku dengan mata terbelalak.
Semua orang di kafetaria hanya diam dan melihat saja. Aku tidak pernah berpikir jika aku akan ditatap oleh orang sebanyak ini.
Aku berjalan ke arah tangga sambil merasakan semua tatapan itu.
Setelah itu aku menuruni tangga dengan wajah masa bodoh, seakan aku bukan pusat perhatian dari mereka semua. Saat aku baru akan melangkah melalui kafetaria lantai 1, aku mendengar suara tawa yang keras dari lantai 2.
Suara tawa itu terdengar sangat bebas seperti hujan. Ini pertama kalinya aku mendengar Duke-sama tertawa lepas seperti ini.
Aku berbalik dan menatapnya.
Wajah Duke-sama terlihat bahagia saat menatapku balik. Dia meletakkan sikunya di pagar dan menatapku dengan mata berkerlip.
"Aku akan mengatakan semua yang kupikirkan kepadamu mulai sekarang." kata Duke-sama dengan seringai iseng di wajahnya.
Saat Duke-sama mengatakannya... Entah kenapa aku merasa seperti sedang diburu oleh seekor predator.
"Aku tidak pernah melihat Duke bertingkah sperti ini." gumam Finn-sama sambil menatap punggung Duke-sama.
Benar. Aku juga belum pernah melihatnya...
"Wow... Ali-chan! Kau sangat luar biasa!" kata Curtis-sama dengan bahu gemetaran karena menahan tawanya. Aku bisa melihat air mata yang mulai berkumpul di pelupuk matanya.
Aku yakin dia tidak punya niat buruk. Lady killer seperti Curtis-sama pasti akan mengatakan hal seperti itu sebelum berjalan pergi meninggalkan wanita yang sedang digodanya.
Aku menatap Curtis-sama dengan tajam.
"Gadis luar biasa itu bilang kalau dia akan terus berada di sisiku dan melindungiku. Aku sangat senang saat mendengarnya."
"Enaknya~~. Aku juga ingin dilindungi Ali-chan~." kata Curtis-sama sambil tersenyum.
"Alicia... Mereka menggodamu." ucap Gilles dengan wajah datar, tapi kerlingan matanya tidak bisa menipuku. Aku juga bisa melihat senyum tipis di bibirnya!
Gilles... Kau juga sama saja seperti mereka!... Itu yang ingin kukatakan, tapi aku tidak melakukannya. Dia pasti tertawa jika aku mengatakannya. Aku yakin!
Aku ingin menatap orang-orang yang ada di lantai 2 dengan tajam, tapi aku tidak melakukannya. Aku sedikit takut untuk melihat ekspresi mereka semua, terutama ekspresi Liz-san. Masalah ini mungkin akan menjadi jauh lebih menyebalkan jika aku menatap mereka sekali lagi, karena itu aku terus melanjutkan langkahku ke arah pintu kafetaria.
Duke-sama juga sudah tidak mengatakan apa-apa lagi padaku.
Dalam sekejap, seluruh kafetaria dipenuhi suara riuh rendah, tapi aku sama sekali tidak memperhatikannya. Aku terlalu penasaran dengan ekspresi Duke-sama saat ini.
Tapi aku menolak untuk berbalik sekali lagi. Aku merasa jika aku akan kalah jika melakukannya. Aku masih punya banyak stok kesabaran, jadi aku tidak mau kalah sekarang. Setidaknya hari ini aku tidak boleh kalah lagi...
Aaargh!! Kenapa aku mengatakannya, sih!? Aku tidak percaya jika aku berkata akan melindunginya! Aku bahkan tidak bisa menggunakan sihir sekarang! Apa aku bisa merahasiakan hal ini dari Duke-sama...?
Rasanya aku baru saja terjerembab ke dalam lubang jebakan yang kubuat sendiri.
Bisa-bisanya aku bertindak serampangan seperti ini...? Sungguh perbuatan yang tidak mencerminkan sifat wanita jahat!
Hanya butuh 2 menit hingga aku sadar sudah melupakan sesuatu yang penting.
Aargh! Aku lupa tanya soal kakek Will!
Aku berhenti berjalan dan menepuk dahiku. Aku punya 2 tujuan saat bertemu Duke-sama hari ini. 2! Kenapa aku malah melupakan bagian yang paling penting!?
Aku menghela nafas dan menggelengkan kepalaku.
XXX
Ekspresi bahagia di wajah Duke saat dia melihat kepergian Alicia membuat semua orang yang ada di kafetaria terpana. Bahkan Gilles terdiam selama beberapa detik saat melihatnya.
Tentu saja hanya ada Alicia di mata Duke, tapi gadis itu tidak pernah berbalik. Hanya Alicia saja yang tidak melihat wajah penuh cinta yang ditujukan Duke kepadanya.
Komentar
Posting Komentar