I'll Become A Villainess That Will Go Down In History Chapter 112
Disclaimer: Novel ini bukan punya saya.
☺☺☺☺
Alicia, 15 tahun.
Setelah kakek Will memberitahu identitas aslinya, dia menyuruh kami pergi saat itu juga. Dia juga meminta agar kami
berdua kembali lagi nanti malam, karena itu aku dan Gilles memutuskan untuk keluar
dari desa.
Meskipun aku sudah menyadari identitas kakek Will sejak
beberapa waktu yang lalu, tapi rasanya berbeda sekali saat aku mendengar namanya secara langsung. Aku tidak pernah menyangka ini yang dia maksud dengan
pernah bekerja di istana...
Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam kepalaku, tapi aku
dan Gilles menuruti perkataan kakek Will.
Kami berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing dan
kami sama sekali tidak berbicara selama perjalanan pulang. Saat kami sampai di
rumah hari masih pagi, jadi aku memutuskan untuk kembali ke kabinku terlebih dahulu.
Gilles berkata jika dia memiliki sesuatu yang harus dia
bereskan di ruangannya, jadi kami memutuskan untuk berpisah jalan untuk saat
ini.
Setelah berjalan selama beberapa saat aku sampai di kabin
kecil yang sudah menjadi rumahku selama 2 tahun belakangan ini. Hal pertama yang kulakukan
adalah melemparkan tubuhku ke atas kasur. Hari masih pagi dan aku sudah merasa
mewati banyak hal.
Gilles... bagaimana dengan perkembangannya selama 2 tahun
ini ya? Sepertinya dia menjadi lebih bijak dari 2 tahun yang lalu.
Kalau aku, aku sudah melatih sihirku mati-matian selama 2
tahun ini. Dan saat aku butuh istirahat aku menghabiskannya dengan membaca
atau melatih fisikku. Siang dan malam, hanya itu yang kulakukan.
Jujur saja, aku ingin berhenti berulang kali. Rasanya pada
saat itu semua latihanku
sama sekali tidak membuahkan hasil. Saat itu aku hampir merasa putus asa.
Tapi aku langsung mengingat tujuan hidupku. Tidak
perduli apapun yang terjadi, aku ingin menjadi wanita jahat, dan sejak kapan
ada wanita jahat yang tidak punya keyakinan yang kuat? Kami adalah wanita
dengan harga diri tinggi dan akan melakukan apapun untuk meraih impian kami.
Meski aku memiliki semua pengetahuan itu, aku masih
mengalami banyak kesulitan. Saat itulah aku mulai mempelajari bahasa kuno dari
kerajaan Duelkis.
Siapa yang akan menyangka jika sihir level 87 yang bisa
membuatmu bertukar bagian tubuh dengan orang lain mengharuskan dirimu
mengucapkan mantranya dalam bahasa kuno?
Untunglah, meski aku mengalami hambatan yang besar, aku
masih bisa mencapai level 91 hanya dalam 2 tahun!
Dan lagi, aku bisa mempelajari bahasa kuno dalam waktu 2 tahun
saja... aku benar-benar jenius!
Tapi, perjuanganku untuk meningkatkan level sihir masih
belum cukup menguras mentalku... sendirian selama 2 tahun ternyata lebih berat
daripada dugaanku. Aku sangat kesepian karena tidak memiliki seorangpun untuk
diajak biacara... tapi kupikir aku bisa beradaptasi dengan baik.
Sebagai wanita jahat, aku harus baik-baik saja meski
aku harus selalu sendirian. Dan setelah isolasi selama 2 tahun, aku bisa berkata dengan yakin jika aku bisa mengatasi hal itu dengan sangat baik.
Menghadapi kesendirian ternyata tidak membutuhkan kekuatan mental yang sangat
kuat. Kurasa yang membuatku tetap waras selama 2 tahun ini adalah kesabaran.
Sekarang aku sangat ahli dalam hal tunggu menunggu.
Aku sudah menunggu cukup lama, dan sekarang adalah waktunya
untuk pergi dari tempat ini.
Setelah itu aku bangun dan mulai bersiap-siap untuk memulai
hari ini.
Saat aku melihat ke sekeliling, aku menyadari jika sudut
pandangku jadi lebih sempit dari yang sebelumnya. Meski salah satu rongga mataku kosong aku sama sekali tidak merasa sakit. Rasanya agak aneh.
Bidang pandangku sekarang terlihat sangat kecil dan ada
titik buta yang besar di sebelah kiriku. Tidak memiliki bidang pandang perifer yang luas memang menyusahkan, tapi aku yakin aku biaa beradaptasi dengan cepat!
Yang paling menyusahkan saat ini adalah aku tidak bisa
mengukur jarak dengan tepat. Ada saat ketika dia mana aku melihat ke sekeliling dan semuanya terlihat datar, rasanya aku seperti melihat sebuah layar.
Perasaan itu memukulku dengan sangat keras saat aku sedang
mencoba berjalan melewati hutan. Aku bahkan terpeleset beberapa kali di
sepanjang jalan.
Saat aku mengingatnya, aku langsung menatap kakiku. Aku
mengangkat salah satu kakiku dan melihat ada lumayan banyak darah kering yang
tersisa di bagian telapak kakiku... kurasa berjalan tanpa alas kaki memang
benar-benar berbahaya. Sejak saat ini, aku akan memastikan untuk selalu memakai
sepatu jika akan pergi ke dalam hutan.
Ah, tapi luka seperti ini bisa kubereskan dengan mudah jika
aku menggunakan sihir.
Aku menjentikkan jariku.
... Huh? Tidak ada yang terjadi...?
Bulu kudukku meremang. Keringat dingin memenuhi punggung dan
telapak tanganku.
Aku menjentikkan jari sekali lagi dengan putus asa. Tapi
tetap tidak ada yang terjadi. Aku bisa merasakan darah yang mulai menghilang
dari wajahku.
Kenapa aku tidak bisa menggunakan sihir? Aku sama sekali
tidak menggunakan sealing collar atau apapun itu kan?
Saat aku mulai panik, ada seseorang yang mengetuk pintu
kabinku.
"Ini aku, Gilles."
Tapi aku tidak bisa bergerak. Aku tidak bisa mengatakan
apapun. Aku terlalu terkejut karena aku tidak bisa menggunakan sihirku.
Gilles pun membuka pintu tanpa menunggu jawaban dariku.
"Alicia...? Apa ada yang salah?"
Aku menatapnya dengan tatapan kosong, ada sebuah kain hitam
di tangannya.
Apa itu...?
"Apa itu?" tanyaku sambil berpura-pura jika
semuanya baik-baik saja.
"Ah, aku... membuat sesuatu untukmu..." katanya
sambil memberikan kain hitam itu kepadaku.
... Penutup mata?"
"Kau membuat ini?"
"Mm. Ini tidak terlalu bagus, jadi aku bisa membuatnya
dengan mudah." katanya malu-malu.
Bisa membuat penutup mata dalam waktu sesingkat ini... dia
benar-benar berbakat! Sepertinya keahlian perempuan milik Gilles tidak bisa
diremehkan.
"Terima kasih." kataku sambil mengambil penutup
mata itu dan memakainya di mata kiriku.
Aku menatap cermin untuk melihat penampilanku saat ini.
Hmm... tidak buruk. Kurasa ini cocok untukku. Penutup mata
seperti ini bisa meningkatkan poin wanita jahatku. Ah, apa ini yang namanya tren
baru?
"Jadi? Kenapa kau melamun tadi?" tanya Gilles
sambil menatapku.
... Dia sudah bisa membaca ekspresiku.
Kupikir aku sudah menyembunyikan ekspresiku dengan baik,
tapi sepertinya dia bisa membacaku dengan mudah.
Karena dia sudah tahu jika ada yang salah, kurasa aku harus
memberitahunya. Aku menyembunyikannya karena aku belum siap menerima kenyataan ini, tapi
kurasa aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu sekarang.
Aku membalikkan badanku dan menatap Gilles. Saat aku
melihatnya, aku berpikir jika dia kelihatan lebih kecil dari biasanya. Kehilangan 1 mata benar-benar memberikan pengaruh besar pada penglihatanmu.
"Aku tidak bisa menggunakan sihir lagi." kataku
dengan suara yang agak keras.
Komentar
Posting Komentar