Mahouka VOl.13 Chapter 6 Part 9

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya. 


Event rookie Monolith Code ditutup dengan kemenangan SMA 4, akan tetapi SMA 1 berhasil mendapatkan posisi runner up dan berhasil meraih posisi pertama di klasemen kompetisi kategori rookie.

Sebagai hasilnya, saat kompetisi kategori rookie berakhir, perbedaan antara SMA 3 yang ada di peringkat satu dan SMA 1 yang ada di peringkat dua hanya terpaut 5 poin. Melalui kesuksesan tim murid kelas 1, perebutan peringkat pertama untuk keseluruhan klasemen kembali ke titik awal.

XXX

Hari kesembilan dari kompetisi sembilan sekolah.

Pertandingan beralih dari kompetisi rookie menuju kompetisi utama. Di bawah langit malam penuh bintang ini, pertandingan Mirage Bat—atau yang biasa disebut juga Fairy Dance akan segera dimulai.

SMA 1 menunjuk Honoka dan Subaru dalam pertandingan final ini. Teknisi Honoka adalah Tatsuya dan teknisi Subaru adalah Azusa. Mereka berdua memang masih kelas 2, tapi kemampuan mereka lebih hebat daripada murid kelas 3. Saat ini SMA 3 hanya memiliki satu atlet yang masih tersisa, rencana mereka sudah berhasil setengahnya. Tatsuya dan Azusa sudah berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan panggung bagi keduanya, dan sekarang semuanya bergantung pada mereka.

Honoka sudah mengganti bajunya dengan seragam elegan yang bernuansa light lime dan dia berdiri di depan Tatsuya dengan wajah malu-malu. Dia tahu jika ini adalah seragam yang akan dia gunakan untuk event Mirage Bat, tapi dia masih tetap merasa malu saat harus berhadapan dengan lawan jenis di jarak sedekat ini.

“Tidak ada masalah sama sekali. Apa kau merasakan sesuatu yang aneh?”

Setelah melakukan tunning CAD milik Honoka, tidak aneh jika Tatsuya memperhatikan seluruh tubuh gadis itu. alasannya mudah, Tatsuya lebih mempercayai ‘matanya’ daripada mesin yang ada di dalam ruangan itu.

“Ti-tidak ada yang aneh. Aku baik-baik saja.” Jawab Honoka dengan nada malu-malu. Gadis itu punya alasan kenapa dia bisa merasa semalu ini jika dibandingkan saat dia berhadapan dengan laki-laki lain. Tatsuya juga mengetahui alasannya, tapi karena itulah dia berusaha bersikap sebiasa mungkin di depan Honoka.

‘Mungkin aku harus memberinya waktu untuk sendiri, sama seperti babak kualifikasi. Jadi dia bisa fokus pada pertandingan...’ begitu pikir Tatsuya. Tapi saat dia ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu...

“Shiba, aku masuk, ya.”

.... Subaru yang baru saja selesai melakukan perbaikan tiba-tiba muncul bersama Azusa.

“Apa kau memerlukan sesuatu?”

Kata-kata Tatsuya memang terdengar dingin, tapi nadanya tidak menunjukkan hal seperti itu. Dia hanya bertanya pada dua orang yang baru saja masuk ke ruang kerjanya. Subaru adalah atlet Mirage Bat dari sekolah yang sama, tapi ini adalah event individu. Pergi mengunjungi ruang tunggu atlet lain dari sekolah yang sama sebelum pertandingan mungkin bukan hal yang aneh, tapi dalam pertandingan individu seperti ini, hal itu juga tidak bisa dibilang normal.

“Aku hanya ingin menyapa sebelum kau pergi ke arena.”

“Menyapa? Aku?”

“Ya, kamu.”

Subaru menganggukkan kepalanya. Tentu saja, ini adalah hal biasa untuk Subaru. Tahun lalu Tatsuya mungkin tidak akan mempermasalahkannya, tapi tidak untuk tahun ini.

“Maaf ya, tapi hari ini aku akan mengalahkanmu, Undefeated Epic.”

Entah kenapa kalimat seperti itu tidak terasa seperti kalimat yang biasanya dikatakan oleh Subaru.

Undefeated Epic merujuk pada semua atlet yang pasti menang jika mereka ditugaskan pada Tatsuya. Sejak tahun lalu, semua atlet yang ditangani Tatsuya selalu memenangkan pertandingan melawan atlet yang ditangani teknisi lain dan hanya kalah saat mereka saling berhadapan satu sama lain. Tahun ini juga seperti itu. Eimi di Rower and Gunner, Shizuku di Pillars Break ganda dan Miyuki di solo, Kirihara di Shields Down ganda dan Sawaki di solo, para rookie di Rower and Gunner, dan para rookie wanita di Shields Down.... Mereka semua berhasil membawa kemenangan untuk SMA 1.

“Yang memenangkan semua pertandingan itu bukan aku.”

Meski semua atlet yang dia tangani berhasil memenangkan pertandingan mereka masing-masing, Tatsuya tidak merasa jika semua itu adalah pencapaian yang berhasil dia raih. Eimi, Shizuku, Miyuki, Kirihara, Sawaki, Minami. Mereka semua adalah atlet yang bisa menang, sekalipun tanpa bantuannya. Meski Tatsuya tersenyum kecut saat mendengar rumor seperti itu, tidak berarti jika dia menginginkan semua pujian itu.

“Tidak begitu juga. Semua atlet yang kau tangani tidak pernah kalah, Shiba. Dan aku akan mengakhiri legenda itu.”

Jika dilihat secara objektif, pencapaian yang diperoleh Tatsuya pasti menjadi sebuah tekanan bagi rivalnya. Subaru mungkin juga tidak bisa lepas dari tekanan itu, karenanya dia menunjukkan sikap rivalitas pada Tatsuya.

Jujur saja, sikap itu tidak membuat Tatsuya merasa tidak nyaman. Meski begitu Subaru dan Tatsuya adalah siswa dari SMA yang sama. Tidak bagus jika tekanan-tekanan seperti ini terus menumpuk tanpa ada penyelesaian.

“Aku mengerti.”

Hanya itu respon yang bisa diberikan Tatsuya pada Subaru.

 

Setelah mengantar kepergian Subaru, Tatsuya menatap Honoka yang entah kenapa terlihat sangat bersemangat.

“Tatsuya-san!”

Tatapannya terlihat sangat berbinar. Wajahnya dipenuhi jiwa seorang petarung.

“Aku akan melakukan yang terbaik. Aku pasti menang! Aku akan melindungi rekor tidak terkalahkan milikmu, Tatsuya-san!”

Honoka terlihat sangat bersemangat hingga Tatsuya khawatir jika gadis itu malah akan menghancurkan dirinya sendiri. Akan tetapi, dalam kasus Honoka, menuangkan air dingin mungkin malah menghasilkan efek negatif. Tatsuya sudah mempelajari sifat Honoka selama setahun, tepatnya sejak mereka pertama kali bertemu.

“Baiklah. Aku akan mempercayakannya padamu.”

Faktanya ini adalah waktu yang paling tepat untuk membakar semangat sang gadis.

“Baik!”

Honoka menganggukkan kepalanya. Dia terlihat bahagia dan penuh dengan semangat.

 

Pertandingan final Mirage Bat

Hasilnya, Honoka memenangkan peringkat pertama dan Subaru mendapatkan peringkat kedua. Atlet SMA 3 memang berhasil mendapatkan peringkat ketiga, tapi SMA 1 berhasil mendapatkan 80 poin dari event ini sedangkan SMA 3 hanya mendapatkan 20 poin.

Akhirnya, SMA 1 mendapatkan peringkat pertama untuk seluruh klasemen.

XXXX

“Untuk sesaat aku tidak yakin bagaimana hasil akhirnya, tapi sepertinya tahun ini juga akan baik-baik saja.”

Di meja makan milik SMA 1, suasana yang menyelimuti para atletnya lebih menuju ke arah lega daripada senang.

Di hari ke-10 Kompetisi Sembilan Sekolah, SMA 1 berhasil mendapat peringkat satu dalam event Monolith Code dan berhasil memperlebar jarak mereka dengan SMA 3 sebanyak 95 poin. Dengan jarak poin yang hampir 100 itu, bisa dibilang SMA 1 berhasil membalikkan keadaan.

“Yoshida mendapatkan medali hari ini. Kau sudah bekerja keras.”

Orang yang memuji Mikihiko adalah seorang senior yang menjadi teman setimnya dalam Monolith Code—dia adalah pemuda dengan darah Inggris-India yang memiliki rambut pirang dan kulit coklat bernama Kerry Minakami.

“Tidak... Semua itu berkat kerja sama tim. Kalian berdua memberikan dukungan yang sangat baik.”

Mikihiko melirik Tatsuya yang sedang duduk tidak jauh darinya. Seperti biasa ada banyak gadis yang mengelilinginya.

“Tatsuya juga sudah banyak membantu. Karena itu...”

“Ya. Tahun ini Shiba benar-benar hebat. Hei, Shiba!”

Saat Tatsuya mendengar namanya dipanggil dia menoleh dan melihat Kerry melambaikan tangan ke arahnya. Tatsuya bangun dari tempat duduknya sambil membawa piring makannya. Saat melihat Tatsuya pergi meninggalkan para gadis—apalagi ada Miyuki disana—membuat Mikihiko berpikir ‘Aku tidak akan membuatmu mendapatkan semua kenangan bagus sendirian...’

“Ayo, duduk disini.”

Kata-kata itu datang dari Sawaki yang dianggap sebagai pemimpin murid laki-laki. Tatsuya tidak menolak panggilan itu dan berjalan menghampiri mereka dengan piring di tangannya—jadi mungkin sejak awal dia memang tidak berniat menolak panggilan sang kakak kelas. Tatsuya berkata, “Baiklah.” Dan kemudian duduk di kursi yang tersedia.

“Benar deh. Kau sudah bekerja keras hari ini.”

“Sebenarnya aku tidak melakukan banyak hal kemarin, karena itu aku berpikir untuk menggantinya hari ini.”

Penugasan Tatsuya untuk Mikihiko bukan sesuatu yang diputuskan langsung di tempat. Sejak awal dia sudah memperbaiki CAD Mikihiko. Tentu saja, sejak awal dia tahu jika mungkin event Monolith Code akan berbarengan dengan event Mirage Bat. Meski begitu Tatsuya tetap ditugaskan pada Honoka dan Mikihiko.

“Ya, kau memang tidak membantu kemarin. Kami sudah tahu situasinya.”

Mereka semua memahami situasi Tatsuya, tapi yang barusan mengatakannya adalah Hattori. Jujur saja, dia sebenarnya sedang menunjuk pada sifat Tatsuya yang teliti dan keras kepala.

“Benar. Bahkan kemarin kau melakukan banyak hal tanpa kesalahan sedikitpun. Tidak bisa dipungkiri lagi, kau memberikan kontribusi besar untuk kemenangan kami hari ini.”

“Yang harus kita lakukan sekarang adalah mempertahankan peringkat sekolah kita. Dengan begitu aku bisa menatap kakak kelasku dengan bangga.”

Sasaki dan Kerry merasa lega saat Hattori mengatakannya. Dia terpilih sebagai perwakilan untuk yang pertama kalinya saat kelas tiga, karena itu tradisi SMA 1 pasti sangat membebaninya.

Jika orang lain bertanya pada Tatsuya, dia akan berpikir jika itu adalah pemikiran yang terlalu cepat. Situasinya masih bisa berbalik tergantung dari hasil akhir Cross-Country Steeplechase.

Tapi Tatsuya tidak mengatakannya. Jujur saja dia tidak peduli dengan hasil akhir kompetisi ini.

Dia hanya berharap agar kompetisi esok hari berakhir dengan aman.

Tidak—dia akan menghancurkan semua penghalang di akhir event Steeplechase, setidaknya dia akan mengamankan semua yang ada di permukaan.

Itulah perasaan yang ada dibalik jawaban polosnya.

 

Chapter 6-8     Daftar Isi     Chapter 6-10


Komentar

Postingan Populer