ORV Chapter 212: Episode 40 – Hatching (3)

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya.


Aliran waktu dan ruang di tempat ini tiba-tiba menjadi abnormal. Bibir Jang Hayoung bergerak dengan sangat lambat dan suaranya terdengar putus-putus, seakan seluruh dunia tiba-tiba melambat dengan sendirinya.

< Kim Dokja menyadarinya. Ini adalah waktu untuk para dokkaebi. >

Untuk mengurus dan mengatur channel dalam jumlah besar di waktu yang sama, tingkat kognisi dokkaebi jauh lebih tinggi dari makhluk lainnya.

Aku menatap langit dan melihat bola cahaya melayang di atas bayi dokkaebi berbulu putih itu. aku pernah melihat bola cahaya itu sebelumnya. Itu adalah jiwa milik Shin Yoosung.

 ‘Ya, sudah lama kita tidak bercakap-cakap, Yoosung.’

Cahaya temaram muncul dari dalam bola cahaya itu dan aku bisa melihat siluet manusia. Dia adalah eksistensi yang ingin menyelamatkan dunia. Dia juga pernah memberikan kepercayaan penuhnya pada Yoo Joonghyuk. Shin Yoosung dari regresi ke-41 sekarang ada di depanku.

 [Kau berhasil mendapatkan pencapaian yang luar biasa.]

 [Kau adalah manusia pertama yang menetaskan telur dokkaebi.]

 [Kau mendapatkan cerita baru!]

 [Cerita ‘Father of a Dokkaebi’ berhasil didapatkan.]

Shin Yoosung membaca ekspresi wajahku dan kemudian berkata.

 ‘Tidak perlu minta maaf, paman. Aku yang memilih jalan ini.’

 ‘Tetap saja. Aku minta maaf.’

 ‘Paman, kau sangat hebat. Kapten dari regresi ke-41 tidak seperti dirimu.’

 ‘Itu tidak mudah. Aku harus melakukan banyak hal untuk mencapai titik ini.’

 ‘Bukankah kau memerlukan bantuanku?’

Aku menganggukkan kepala dan Shin Yoosung tersenyum lebar.

 ‘Bisakah aku melakukannya dengan baik?’

 ‘Kau pasti bisa melakukannya dengan baik. Aku akan membantumu.’

Hanya orang yang berhasil mencapai dasar skenario lah yang tahu betapa beratnya skenario itu. karena itulah aku percaya pada Shin Yoosung dari regresi ke-41. Tentu saja itu tidak menjadi alasan agar Shin Yoosung percaya padaku.

 ‘Kapten dari regresi ke-41 gagal melakukannya.’

Suara Shin Yoosung terdengar sedikit bergetar.

 ‘Akan ada banyak hal mengerikan di masa depan.’

 ‘Sudah pasti.’ Gumamku.

 ‘Paman tidak bisa membayangkan sesuatu yang masih menunggu di masa depan.’

 ‘Aku akan pergi bersamamu.’

Shin Yoosung pun terdiam. Sepertinya dia sedang mencerna ucapanku dan mengukur kedalaman cerita beberapa tahun terakhir. Yang mana pun itu, semuanya pasti akan membuatnya menderita. Shin Yoosung pun berkata.

 ‘Aku tidak akan bisa mengingat paman setelah terlahir kembali.’

 ‘Aku tahu.’

 ‘Jangan bertindak bodoh dan membahayakan dirimu sendiri.’

 ‘Akan kucoba.’

Senyum Shin Yoosung terlihat sangat cantik. Di tengah keheningan yang mirip seperti musik ini, Shin Yoosung meneruskan ucapannya.

 ‘Aku punya beberapa kenangan indah di skenario ini.’

Ucapannya memang terdengar dingin, tapi sebenarnya dia mengatakannya dengan tulus. Aku jadi ingat dengan cerita yang ada dalam novel Cara Bertahan Hidup. Aku mengingat isi cerita ‘Sjin Yoosung’ yang kuketahui. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik...

Tap... Jika aku memiliki sesuatu untuk disampaikan...’

Aku tidak tahu apakah aku punya waktu untuk mengkhawatirkan ini. Aku mungkin sudah membaca semua chapter novel Cara Bertahan Hidup dan bisa membaca pikirannya dengan menggunakan Omniscient Reader’s Viewpoint. Sayangnya aku tetap tidak bisa mengerti rasa sakit yang sudah diderita oleh Shin Yoosung dari regresi ke-41 ini.

 ‘Kali ini, aku pasti akan berbicara dengan paman.’

Karena inilah aku hanya bisa memberikan satu jawaban pada Shin Yoosung.

 ‘Terima kasih.’

Aku menggigit bibirku dan berusaha keras menyembunyikan isi hatiku. Beberapa saat kemudian seberkas cahaya muncul dan aliran waktu kembali seperti semula.

 [Channel pertama di Demon Realm ke-73 telah dibuka.]

 [Nama channel: #BI-90594]

Suara yang tadinya terdengar putus-putus sekarang sudah kembali seperti semula. Sekarang aku bisa mendengar pertanyaan Jang Hayoung dengan jelas. “Nama seperti apa yang akan kau berikan pada anak ini?”

... Ah, ternyata itu yang dia tanyakan. Hm, jujur aku juga merasa sangat khawatir soal nama ini.

Bayi dokkaebi itu terus menatapku. Aku menatap balik padanya dan berkata dengan pelan.

 [Manajer channel: Biyoo.]

Apa dia tahu kalau itu adalah namanya? Bayi dokkaebi itu mencoba meraihku. Aku menyambut uluran tangannya dan tampaknya bayi itu terlihat senang dengan perhatianku.

*****

Shin Yoosung sedang menangis. Dia sering menangis setelah keluar dari dome Seoul. Hal itu terjadi saat dia tertidur setelah berjuang keras seharian atau mungkin itu terjadi saat dia membuka layar atributnya dan melihat bagian ‘konstelasi sponsor’. Ketika gadis itu melihatnya, air matanya menetes tanpa dia sadari.

Orang yang selalu berbicara pada Shin Yoosung ketika gadis itu berada dalam kondisi seperti ini adalah Lee Gilyoung. “Hei, kenapa kau menangis lagi? Dokja-hyung suka dengan orang-orang yang bersikap dewasa,”

Shin Yoosung langsung berteriak ke arah pemuda itu dengan wajah merah dan mata sembab. “Pergi kau!”

 “Hyung akan segera kembali. Apa kau tidak tahu? Dia pergi setelah berkata “Sampai jumpa lagi, Lee Gilyoung.””

 “Dia tidak pernah mengatakannya?”

 “Dia bilang seperti itu padaku! Apa kau tidak mendengarnya?”

Lee Gilyoung melihat Lee Jihye yang berdiri agak jauh dari mereka dan bertanya dengan alis tertekuk.

 “Kenapa kau tersenyum seperti itu?”

 “Aku baru saja melihat sesuatu yang imut.”

Shin Yoosung, Lee Gilyoung dan Lee Jihye sedang berjalan menuju tempat pertemuan yang telah disetujui sebelumnya untuk menghabisi monster yang muncul sebagai disaster di skenario ke-12—kota Seongnam. Karena mereka semua berjanji untuk bertemu di tempat itu, seluruh anggota kelompok berkumpul dalam waktu yang cukup cepat.

Saat Lee Jihye dan Lee Gilyoung sedang bertengkar, Shin Yoosung kembali membuka layar atributnya.

 [Hubungan kepada sponsormu sedang kondisi terputus.]

Ini adalah pesan yang terus muncul di layar atribut Shin Yoosung sesaat setelah mereka keluar dari dome Seoul. Lee Gilyoung yang tidak suka melihat wajah Shin Yoosung yang muram kembali mengajak gadis itu berbicara. “Hei, lihat koin ini.”

 “... Ada apa?”

 “Jika aku melempar koin ini dan yang muncul adalah kepala, maka hyung masih hidup sehat wal afiat.”

Lee Gilyoung menunjukkan koin 100 won yang dia miliki. Shin Yoosung yang ada di depannya pun mengernyitkan alisnya dan berkata, “Kau sudah pernah melakukan ini dulu.”

 “Ayo coba lagi.”

 “... Lakukan sesukamu. Paman tidak mungkin tiba-tiba muncul saat kau melempar koin itu.”

Lempar koin. Itu adalah sesuatu yang dilakukan Shin Yoosung dan Lee Gilyoung saat mereka merasa tidak nyaman.

 “Sudah berapa kali Dokja-hyung mati sejauh ini?”

 “... 41 kali.”

 “Berapa kali dia hidup?”

 “59 kali.”

Jika kepala yang muncul, Kim Dokja akan kembali dalam keadaan baik-baik saja. Jika yang muncul ekor, maka Kim Dokja sudah mati.

Lee Jihye yang mendengar percakapan mereka berdua pun bertanya, “Apa kau benar-benar ingin paman tetap hidup?”

Lee Gilyoung melempar koin itu ke udara. Di waktu yang hampir bersamaan ada 3 pasang mata yang melihat koin itu. lee Jihye yang skeptis juga melihat pergerakan koin itu. Beberapa saat kemudian terdengar suara ‘cling’ di tanah dan koin itu berputar selama beberapa detik. Tiga orang itu menatap koin itu tanpa berkedip sedikitpun.

Kepala, ekor, kepala, ekor, kepala, ekor. Lalu...

 “Kepala! Lihat, apa yang kubilang tadi!?”

Lee Gilyoung berteriak antusias ketika koin yang dia lempar menunjukkan wajah Admiral Yi Sunsin dan sepertinya Lee Jihye juga terlihat sedikit lebih baik ketika melihatnya. Akan tetapi Lee Jihye juga tahu jika hasil itu ‘tidak muncul begitu saja’.

 [Konstelasi ‘Maritime War God’ menggunakan beberapa probabilitas.]

Lee Jihye tersenyum getir. Sponsornya baru saja kehilangan kekuatan baru-baru ini dan itu karena dia membuang probabilitasnya untuk hal seperti ini. Meski begitu Lee Jihye tidak mengatakan apa-apa soal itu.

 [Konstelasi ‘Maritime War God’ menatap anak-anak dengan tatapan sedih.]

Manusia membutuhkan harapan agar bisa bertahan... Dan mungkin konstelasi juga membutuhkannya. Tiba-tiba Lee Jihye ingin melakukan kenakalan kecil. Dia mengambil koin itu dan kemudian berkata, “Karena paman masih hidup, ayo coba sesuatu yang lain.”

 “Huh? Apa itu?”

Lee Gilyoung bertanya setengah hati karena tidak suka dengan intervensi yang dilakukan Lee Jihye. Lee Jihye tidak menghiraukan anak laki-laki itu dan mulai menjelaskan.

 “Siapa yang lebih disukai oleh paman Dokja? Apa itu kau? Apa itu Yoosung?”

 “Tentu saja itu aku!” teriak Lee Gilyoung.

 “Apa!? Apa kau sudah lupa insiden garter belt yang dulu itu? level kesukaan paman padaku lebih tinggi darimu!”

 “Hei! Itu kan...”

Beberapa saat kemudian ada teriakan keras dari arah belakang mereka, “gadis sekolah usia 15 tahun!”

Pemilik suara itu bukan Shin Yoosung, Lee Jihye, atau Lee Gilyoung. Mereka melihat 2 gadis berjalan mendekat dari kejauhan. Mereka adalah Han Sooyoung dan Yoo Sangah yang baru saja melawan monster di Gwacheon.

Lee Jihye mengenali pemilih suara itu.

 “Seorang gadis sekolahan usia 15 tahun! Dia bilang seperti itu pada naga hitam dan mengambil sebuah skill!”

Saat kedua wanita itu hampir mencapai tempat Lee Jihye dan anak-anak lainnya, seorang wanita lain berjalan dari arah Suwon. Dia adalah wanita ramping dengan pedang panjang menggantung di pinggangnya.

 “Apa yang kalian ributkan?”

Wanita itu adalah Judge of Destruction Jung Heewon yang baru saja membereskan masalah di Suwon.

 “Heewon-uunie!” Lee Jihye berlari ke arah Jung Heewon dengan wajah bahagia. Sayangnya kondisi Jung Heewon tidak baik-baik saja. Armornya dipenuhi sayatan. Ini hal yang cukup aneh, mengingat monster tidak sekuat musuh-musuh mereka sebelumnya.

 “Apa kau tidak apa-apa? Apa ada monster lain yang muncul?”

 “Bukan begitu. Ada beberapa masalah dengan stigmaku.”

 “Stigma?” Jung Heewon terlihat ingin memberikan gambaran tentang apa yang terjadi, tapi dia tidak jadi melakukannya. Dia menatap Han Sooyoung dan berkata, “Han Sooyoung-ssi, silahkan lanjutkan ucapanmu. Apa yang kalian bicarakan?”

Han Sooyoung mungkin juga ikut terpengaruh oleh intensitas yang ditunjukkan Jung Heewon, karena itu dia langsung menceritakan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu. Lee Jihye mendengarkan cerita itu sambil berpikir.

 “Aku tidak yakin apa kau maksud... Siapa anak sekolahan usia 15 tahun itu?”

Semua mata tertuju pada Han Sooyoung. Wanita itu mengatakan sesuatu yang tidak jelas selama beberapa saat sebelum menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian dia berkata dengan suara penuh semangat.

 “Kim Dokja. Dia masih hidup.”

 “Bagaimana kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu? Kenapa...”

Semua orang yang mendengar alasan Han Sooyoung berpikir jika itu hanya omong kosong. Di detik itu lah Jung Heewon memotongnya. “Aku tidak tahu apa hubungan antara Kim Dokja-ssi dengan gadis sekolah 15 tahun itu... Tapi sepertinya itu tidak mungkin.”

Lee Jihye bertanya dengan ekspresi aneh. “Unnie, kau mengerti apa yang dia bicarakan barusan? Apa kau sudah belajar skill baru?”

 “Itu tidak mungkin. Tapi aku memang yakin Kim Dokja-ssi masih hidup.”

Semua orang yang ada di situ menegak ludah masing-masing saat mendengar ucapan Jung Heewon. Kim Dokja... Apa dia benar-benar masih hidup? Jung Heewon menarik nafas panjang dan berkata, “Tiba-tiba aku tidak bisa menggunakan stigmaku.”

“Huh?”

Apa maksudnya? Apa hubungan kemampuan Jung Heewon dengan keselamatan Kim Dokja? Jung Heewon langsung menjawab pertanyaan mereka. “Sponsorku tiba-tiba menghilang.”

 “Sponsormu?”

Jung Hewon menganggukkan kepalanya dan kemudian melihat layar atributnya.

 [Hubungan antara kau dan sponsormu telah terputus.]

Ini adalah pertama kalinya Jung Heewon melihat ini. Berkat itu, dia tidak bisa meminjam kekuatan sponsornya untuk sementara. Akan tetapi bukan hanya pesan itu yang ditinggalkan oleh sponsornya.

 ‘Aku menemukan Kim Dokja.’

*****

Di waktu yang sama, seseorang sampai di Demon Realm ke-73.

 [Kau sudah memasuki area skenario pribadi ke-16!]

 [Skenario ini memiliki batas waktu!]

 [Pastikan untuk kembali ke area skenario utama dalam batas waktu yang telah ditetapkan!]

Ketika dia keluar dari portal, dia melihat horizon cerita dan tumpukan fragmen cerita yang dibuang begitu saja. Yoo Joonghyuk mengernyitkan alisnya ketika melihat pemandangan itu. Dia bertanya, “... Apa ini tempat yang benar?”

Boneka malaikat kecil yang bertengger di bahunya menganggukkan kepalanya.

 “Apa kau harus menjawab pertanyaanku menggunakan mainan ini?”

 [Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ berkata tidak ada yang bisa dia lakukan karena tidak ada channel di tempat ini.]

 

Chapter 211     Daftar Isi     Chapter 213


Komentar

Postingan Populer