Mahouka Vol. 13 Chapter 6 Part 8
Disclaimer: Novel bukan punya saya. lihat daftar isi, oke.
Kompetisi hari ke empat, pagi hari. Di tempat event Pillars
break solo wanita, Miyuki berhasil mencapai final setelah memenangi
pertandingan dalam waktu kurang dari semenit.
Kemenangannya sangat luar biasa hingga banyak orang merasa
jika mungkin lawannya akan menderita trauma, meski begitu Miyuki terlihat tidak
terlalu mengkhawatirkannya. Para penonton bahkan tidak memperhatikan para atlet
yang sudah kalah. Saat Miyuki memberikan senyum manis para penonton langsung
bertepuk tangan dan hanya memperhatikannya, seakan yang ada di mata mereka
hanya Miyuki seorang.
Setelah makan siang, event solo pria Pillas Break dan solo
pria Shields Down akan dimulai. Tatsuya akan bertugas untuk event Shields Down,
dan di tengah perjalanan dia bertemu dengan Sawaki.
“Shiba, sepertinya kau terlihat sangat bersemangat hari
ini.”
Meski Tatsuya sudah sibuk sejak pagi dengan event Pillars
Break (baca: Miyuki), dia sempat bertemu dengan Sawaki saat sarapan.
“Apa ekspresiku terlihat sejelas itu?” tanya Tatsuya yang
merasa jika komentar kakak tingkatnya itu cukup terlambat.
“Ya. Hari pertama, hari kedua, dan ketiga, kau sepertinya
tidak fokus sepenuhnya pada kompetisi ini. Dan karena kami berhasil mendapatkan
hasil yang kami inginkan, aku tidak ingin mengatakan apa-apa…. Tapi setidaknya
aku tahu kalau kau sedang mengkhawatirkan sesuatu.”
Tatsuya terpana. Sebenarnya dia tidak merasa khawatir, dia
hanya ragu…. Tapi dia tidak merasa jika masalahnya akan tergambar jelas di
wajahnya. Bahkan teman-temannya pun—Honoka, Shizuku, Mikihiko—dan teman lain
yang lebih dekat padanya ketimbang Sawaki—seperti Isori dan Azusa tidak
menyadari jika kondisinya sedang tidak terlalu baik. Mungkin Sawaki bisa
menebaknya karena dia jarang bersama dengan Tatsuya, meski begitu intuisi dan
pengamatan Sawaki cukup tajam untuk mengetahui kondisi Tatsuya.
“Hari ini kau terlihat lebih santai. Aku bisa merasakan
siprit bertarungmu dengan jelas.”
“Sepertinya aku sudah membiarkan tubuhku terlalu lelah tanpa
menyadarinya. Tadi malam aku berhasil tidur lelap untuk pertama kalinya, jadi
mungkin itu yang membuatku merasa lebih segar hari ini.”
Itu bukan alasan yang tidak tidak masuk akal, tapi itu juga
bukan alasan yang bagus. Meski Tatsuya berkata seperti itu, jika dia menjadi
Sawaki dia tidak akan percaya dengan alasan seperti itu.
“Keren. Kalau begitu semoga kau bisa terus semangat hingga
akhir, Shiba!”
Meski Sawaki punya kecurigaan tersendiri, dia tidak
menunjukkannya pada Tatsuya. Dia hanya mengatakan kekhawatirannya tanpa
memikirkan sesuatu yang tidak perlu. Matanya hanya tertuju pada pertandingan
yang ada di depannya.
XXXXX
Di saat Tatsuya mendapatkan ketenangannya kembali, para atlet
SMA 1 juga mulai mengejar ketertinggalan mereka.
Di hari keempat, atlet SMA 1 berhasil mendapat peringkat 3
di solo pria Pillars Break, dan peringkat pertama di solo wanita. Mereka juga
berhasil mendapat peringkat pertama di solo pria dan wanita Shields Down.
Dengan begini SMA 1 berhasil memperpendek jarak mereka dengan SMA3—dari 100
poin menjadi 60 poin.
Momen SMA 1 terus berlanjut hingga kompetisi rookie. Di hari
pertama, mereka berhasil mendapatkan peringkat pertama dalam event solo pria
dan wanita Rower and Gunner. Bersama dengan Kento dan teknisi pria lainnya, ada
Tatsuya yang memberikan pengarahan pada adik kelasnya sehingga mereka bisa
mengalahkan atlet SMA 7. Untuk atlet wanita, Kasumi memberikan ekspresi bangga
seakan menang bukanlah hal yang istimewa.
Di hari kedua kompetisi rookie, mereka berhasil mencapai
final di event Shields Down dan Pillars Break. Untuk event Shields Down, para
atlet laki-laki hanya bisa mendapatkan peringkat ketiga, tapi para wanita
berhasil mendapatkan peringkat pertama. Tatsuya adalah teknisi Minami, namun
begitu dia hampir tidak melakukan apa-apa.
Pillars Break juga sama, para atlet laki-laki hanya bisa
mendapatkan peringkat ketiga sedangkan para wanita berhasil menang telak. Izumi
berhasil mencuri perhatian saat event Pillars Break. Saat dia kembali ke tenda
SMA 1, dia menunjukkan senyum lebar—sebuah senyuman yang menyimpan keinginan
tertentu—dan berjalan ke arah Miyuki kemudian langsung memeluknya. Untuk
pertama kalinya, Miyuki membiarkan adik kelasnya itu memperlakukannya sebagai
guling (berdiri) selama yang dia inginkan.
Di hari ketiga kompetisi rookie….
“…. Tidak ada yang bisa kita lakukan soal ini.”
“Ya, sepertinya mengalahkan Ayako dalam event Mirage Bat
adalah hal yang sulit…. Aku saja tidak yakin bisa menyamainya.”
Tatsuya yang hari ini dan besok tidak mendapat jatah
perbaikan agar dia bisa fokus dalam event Mirage Bat utama pun ikut menonton
pertandingan final Mirage Bat rookie, berhubung adik kelasnya berhasil mendapat
kesempatan bertarung dalam pertandingan final.
Sebenarnya, selama fase pemilihan atlet, panitia SMA 1 ingin
memilih Kasumi atau Izumi untuk pertandingan ini. Kebanyakan panitia juga
setuju dengan keputusan ini, tapi Tatsuya memberikan perlawanan. Pada akhirnya
Kasumi ikut berpartisipasi dalam event Rower and Gunner dan Izumi dalam Pillars
Break.
Argumen yang disampaikan Tatsuya saat menolak keduanya
mengikuti Mirage Bat adalah karena Kasumi lebih cocok dengan event Rower and
Gunner dan Izumi memiliki afinitas yang lebih bagus pada Pillars Break. Semua
itu bukanlah suatu kebohongan. Tidak adanya kelemahan adalah ciri-ciri yang
membedakan para penyihir Saegusa, artinya mereka juga cocok dengan semua sihir
dan memiliki afinitas pada semua mantra. Kasus seperti Mayumi yang
terspesialisasi untuk satu sihir tertentu adalah sebuah pengecualian.
Akan tetapi, alasan sebenarnya Tatsuya tidak setuju keduanya
mengikuti Mirage Bat adalah karena mereka berdua tidak akan bisa mengalahkan
Ayako.
Sihir yang paling dikuasai Ayako adalah mantra tipe
konvergensi ‘Supreme Diffusion’ yang bisa menyebarkan dan menyamakan gas atau
energi hingga mereka tidak bisa dikenali lagi. Mantra itu tidak punya hubungan
langsung dengan Mirage Bat, tapi Ayako memiliki mantra lain yang hampir sama
kuatnya dengan ‘Supreme Diffusion’.
Nama mantra itu adalah ‘Pseudo-Teleportation’. Mantra itu
akan melingkupi tubuh Ayako dan temannya dalam kepompong udara yang bisa
menetralkan gaya inersia dan kemudian memindahkan mereka ke titik tujuan
melalui tabung vakum.
Tabung vakum itu akan dianggap mengganggu atlet lainnya,
karena itu dia tidak akan menggunakan mantra itu dalam Mirage Bat jika tidak
mengubahnya. Akan tetapi, jika Ayako men-downgrade mantra itu, dia bisa
menggunakannya untuk melompat ke titik target dalam kecepatan tinggi dan hanya
menyisakan hembusan udara di belakangnya.
Kecepatan Ayako tidak akan bisa dikalahkan meski lawannya
menggunakan mantra terbang. ‘Pseudo-Transportation’ adalah mantra yang lebih
superior jika dilihat dari segi kecepatan jarak perpindahan. Itu bukan masalah
yang terlalu besar untuk Mirage Bat. Akan tetapi, jika mereka ingin mengalahkan
Ayako, mereka harus bisa menghilangkan bola cahaya sebelum Ayako sendiri bisa
melihatnya.
Di saat yang sama, jarak poin antara Ayako dan atlet SMA 1
dan yang lainnya menjadi semakin jauh.
Dan bel tanda pertandingan telah selesai pun berbunyi.
Dalam event Mirage Bat rookie, peringkat pertama berhasil
didapatkan oleh Kuroba Ayako, SMA 1 di peringkat 2, SMA 3 di peringkat 3, dan
SMA 5 di peringkat 4.
Event Monolith Code rookie juga sudah memasuki pertandingan
final. Dalam event ini, atlet SMA 1 juga memberikan pertarungan sengit. Mulai
tahun ini, event Monolith Code akan dilakukan dalam format round robin*. Baik
event rookie dan utama menggunakan 6 arena selama periode 2 hari, kemudian
dibagi lagi menjadi 10 ronde dimana setiap tim akan memainkan masing-masing 8
pertandingan (dengan kata lain, setiap tim melakukan 2 ronde tanpa
pertandingan).
*) round robin: kompetisi dimana para setiap peserta bisa saling berhadapan
lebih dari dua kali.
Hari kedua, ronde kesembilan. Tim SMA 1 yang dipimpin oleh
Takuma Shippou berhasil memenangkan 6 pertandingan sebelumnya. 2 pertandingan
sebelum ini, mereka berhasil menang dari SMA 3 yang mereka anggap sebagai
saingan terberat. Kemenangan mereka berhasil mengangkat mood dari tim rookie.
Akan tetapi setelah melihat tim SMA 3 kalah dari tim SMA 4, mereka merasa
seakan ada seseorang yang menyiram air dingin ke atas kepala mereka.
“Itu gila. Siapa Namanya?” tanya Leo pada Tatsuya—mereka
tidak melihat pertandingan ini dari box VIP, tapi dari tempat duduk penonton.
“Kuroba. Kuroba Fumiya.”
“Kuroba…. Maksudmu…”
Mikihiko yang juga ikut menonton bersama mereka pun menutup
telinga seakan dia tidak ingin mendengar jawabannya.
SMA 1 vs SMA 4 akan menjadi pertandingan pamungkas.
Sayangnya situasi tidak begitu bagus bagi tim SMA 1.
Area berkarang dengan beberapa batu raksasa itu dibuat
berdasarkan model area batu gamping. Di ujung area itu berdiri monolith milik
SMA 1, dan yang melindunginya adalah Takuma Shippou. Tidak seperti sifatnya
yang menggebu-gebu, Takuma lah yang memilih posisi bertahan dan sejauh ini dia
menjatuhkan semua lawan yang berhasil mendekat. Orang mungkin akan berkata jika
kemungkinan besar SMA 1 menang dari SMA 3 berkat Takuma yang mengalahkan mereka
semua.
Dan sekarang Fumiya berhasil menekan Takuma. Fumiya melompat
dari batu ke batu seperti Ushiwakamaru dan tidak membiarkan Takuma menembaknya.
Saat Fumiya sedang melayang di udara, dia mengarahkan CAD berbentuk handgun
miliknya ke arah Takuma—dia menyerang dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat.
Sihir tipe yang tidak termasuk ke dalam tipe manapun, ‘Phantom
Blow’.
Tatsuya juga menggunakan mantra itu di kompetisi rookie
tahun lalu, tapi kekuatan yang berhasil ditunjukkan Fumiya ada di level yang
sangat berbeda. Itu masuk akal—Fumiya tidak menggunakan ‘Phantom Blow’. Di
samping itu, Fumiya juga menyelipkan mantra yang dia kuasai dengan baik—satu
mantra yang hanya dia yang bisa menggunakannya, ‘Direct Pain’ yang bisa membuat
otak seseorang bisa merasakan rasa sakit fisik secara langsung.
Fumiya sudah menurunkan kekuatannya sehingga para peneliti
sihir yang sedang menonton tidak bisa melihatnya—apalagi para penonton lainnya,
karena itu tidak ada seorang pun yang melihat serangan yang berhasil mengenai
Takuma. Sebagai hasilnya mantra milik Fumiya dikenali sebagai ‘Phantom Blow’
yang kuat dan bukannya ‘Direct Pain’.
Tetap saja, kesalah pahaman itu tidak merubah kekuatan dan
efek yang dimunculkan. Rasa sakit yang menumpuk dalam pikiran Takuma pun
menurunkan kemampuannya untuk berkonsentrasi.
Konsentrasinya yang terus menurun berhubungan secara
langsung dengan kekuatan dan kemungkinan sukses dari mantra yang dia gunakan.
Untuk menghentikan Gerakan Fumiya, Takuma mencoba menggunakan ‘Stone Shower’,
mantra yang menggunakan colony control pada batu-batu kecil, mengumpulkan
mereka, dan menggerakkannya ke arah musuh.
Bebatuan mulai menari di sekitarnya.
Tapi, bebatuan itu tidak mengarah pada Fumiya. Bebatuan itu
malah mengarah ke arah batu besar tempat Fumiya berdiri beberapa saat yang
lalu.
‘Direct Pain’ meluncur dari tangan Fumiya, bersembunyi di
belakang ‘Phantom Blow’.
Dan dengan serangan itu, Fumiya berhasil meng-KO ketiga
atlet dari SMA 1—memastikan jika SMA 4 memenangkan event ini.
Chapter 6-7 Daftar Isi Chapter 6-9
Komentar
Posting Komentar