ORV Chapter 129: Episode 25 – Those Who Face a God (3)

 Disclaimer: Not mine


Di balik tembok kastil Veronica yang tinggi, para raksasa memenuhi dataran tinggi yang ada di sekitarnya. Mereka semua dulunya adalah manusia, tapi sekarang mereka adalah disaster. Gong Pildu bertariak dan semua turret yang ada di kastil meraung. “Sialan. Ini lahanku!”

Ada kurang lebih 50 orang Jepang yang berlari ke arah kastil. Ini artinya lebih dari setengah inkarnasi Jepang yang ada di Peace Land berkumpul untuk menaklukkan kastil Veronica.

Dududududu!

“Enyah...!” Gong Pildu terlihat sebal saat dia menembakkan semua senjata yang dia miliki. Dia tidak tahu kenapa dia bisa ada di situasi seperti ini. Tapi Lee Jihye berpikir jika efek samping dari Kim Dokja yang menghancurkan Green Zones masih tersisa hingga saat ini.

Lee Jihye melihat pasukan disaster di kejauhan, jari-jarinya bergetar. “Sialan, kuharap ada danau di sini...”

“Ayo lakukan semua yang kita bisa.”

Lee Hyunsung berjalan dari pos penjaga dan berdiri di sebelah Lee Jihye. Gadis itu berbalik dan melihat Lee Boksoon, matanya bersinar. “Nenek, apa aku bisa meminjam kekuatan sponsormu?”

“Huhu, apa kau ingin pendahuluku meneruskan tugas mereka?”

“Ah, ini... Paman tentara, kelompok Heewon-unnie masih belum datang?”

Lee Hyunsung menganggukkan kepalanya. “Tidak ada berita dari kelompok lain. Sebelum dia pergi, Dokja-ssi berkata jika mereka akan melakukan skenario bonus...”

“Sial. Kalau begitu kita harus menghentikan mereka sendirian.”

Bayangan tiba-tiba muncul di atas langit. Lee Jihye yang melihatnya pun langsung berteriak.

“Ack!”

Ada banyak sekali monster terbang yang tercampur diantara serangga-serangga itu. Lee Gilyoung dan Shin Yoosung telah menyelesaikan persiapan dari pasukan serangga. Lee Gilyoung duduk di atas serangga yang mirip tawon dan melambaikan tangannya ke arah mereka.

Sementara itu, para disaster tiba di depan kastil dan mulai menghancurkan dinding pelindung.

Lee Hyunsung berkata dengan nada khawatir. “... Mereka datang.”

Pertarungan pun dimulai.

Dududududu!

Di satu sisi, Gong Pildu terus menembakkan turretnya sedangkan para orang kerdil berteriak.

“Serang!!”

“Untuk Veronica!!”

Suara itu menggema di seluruh kastil yang terus dihancurkan oleh para disaster. Sekarang nama ‘disaster’ sangat cocok untuk para manusia itu.

‘Apa aku juga akan jadi seperti itu jika memilih peran sebagai disaster?”

Lee Jihye yang teringat dengan kata-kata Kim Dokja pun menggigit bibirnya. Jawabannya masih belum diketahui.

Kelompok mereka berhasil bertahan dengan cukup baik.

Ada turret milik Gong Pildu dan Great Mountain Smash milik Lee Hyunsung yang berhasil memberikan damage pada para disaster. Serangga dan monster yang dikumpulkan 2 bocah itu juga berhasil mengulur waktu dengan baik.

Jika situasi mereka tetap seperti ini, mungkin mereka bisa melindungi kastil ini. Itu yang dipikirkan Lee Jihye hingga awan hitam mulai melayang mendekat dari kejauhan.

“Apa itu?” tanya Lee Jihye sambil menyipitkan matanya.

[Raja disaster telah menerima efek buff dari skenario.]

[Beberapa batasan probabilitas dari konstelasi ‘Sovereign of Eight Heads’ telah ditangguhkan.]

“Gila. Bagaimana kita bisa mengalahkan itu?”

Sesuatu yang berukuran sebesar benteng sedang mendekat ke arah kastil. Sosok itu memiliki 8 kepala dan 1 ekor.

‘Paman! Cepat kemari!” teriak Lee Jihye dalam hati.

***

Kami meninggalkan teritori kekuasaan Kyrgios dan terus berlari ke arah hutan.

Asuka Ren membuka mulutnya. “Kurasa Sovereign of Eight Heads sudah mulai beraksi. Aku tidak bisa merasakan panggilannya di area ini.”

“Ren-ssi apa kau baik-baik saja?”

“Aku bisa menahan panggilannya hingga ke batas tertentu berkat sponsorku. Tapi inkarnasi dengan sponsor lemah sudah memenuhi hutan.”

Dalam kasus Absolute Throne, perbedaan intensitas pada perintah yang diterima tergantung dari jarak inkarnasi dan sang raja. Tidak ada yang absolut dalam Star Stream, meski tahta itu disebut ‘absolut’.

Di sepanjang jalan kami melihat mayat orang kerdil. Asuka Ren berkata dengan nada pahit.

“... Tidak semua orang dari Jepang memilih untuk menjadi disaster.”

“Aku tahu.”

Aku sudah membaca novel aslinya, jadi aku bisa mengatakan hal ini padanya. Selain Asuka Ren, ada beberapa orang Jepang yang berubah menjadi ‘orang kerdil’. Mereka tidak pernah muncul karena sudah mati atau bersembunyi di suatu tempat di planet ini.

“Sebenarnya aku tidak berpikir jika orang-orang Jepang yang memilih jalan disaster adalah orang jahat. Mereka hanya orang biasa.”

Di novel aslinya, beberapa inkarnasi Korea juga memilih peran disaster. Ini adalah pilihan normal bagi orang normal. Han Sooyoung juga setuju dengan pendapatku.

“Gampangnya, aku tidak memilih untuk menjadi orang kerdil. Kim Dokja juga tidak memilih pilihan ini untuk melindungi orang kerdil.”

Kata-kata Han Sooyoung terasa sangat tajam.

[Konstelasi planet kecil menatapmu dengan tatapan terluka.]

Tidak masalah apa itu untuk orang kerdil atau disaster. Pada akhirnya pertarungan yang terjadi di sini hanya akan menjadi tontonan saja.

Orang-orang menghayati peran mereka dan melupakan fakta ini. Mereka menjual nyawa mereka demi uang. Lalu uang itu akan digunakan untuk membeli cerita lain. Mungkin manusia memang selalu hidup dengan cara seperti itu.

Sebuah aura luar biasa kuat muncul dari area berbatu. Jarak kami sudah cukup jauh, tapi aku masih bisa merasakan aura returnee itu dengan sangat jelas.

“Kyrgios sudah tahu. Cepat.”

Aku berlari setelah memintanya mengajariku. Aku pasti akan mendapat luka mengerikan jika sampai tertangkap. Kami terus berlari melewati hutan menuju kastil Veronica.

Saat kami sedang berlari, Asuka Ren terus melirik ke arah area berbatu. Han Sooyoung yang menyadarinya pun bertanya. “Apa kau merasa bersalah?”

“Huh? Tidak.”

“Kau tidak merasa kalau ini aneh? Ini mungkin pertama kalinya kau melihat karakter yang kau ciptakan.”

“... Ya.”

“Terlebih lagi, dia juga tampan.”

Aku tidak pernah mengatakan hal ini sebelumnya, tapi Kyrgios memang tampan. Dalam novel Cara Bertahan Hidup, laki-laki tampan biasanya digambarkan sebagai ‘setara dengan Yoo Joonghyuk’ dan hal ini sangat cocok untuk menggambarkan Kyrgios.

Masalahnya adalah tinggi badannya dan wataknya...

Bagaimana rasanya melihat orang yang kau ciptakan bernafas dan berbicara kepadamu? Jika penulis novel Cara Bertahan Hidup masih hidup, mungkin dia akan merasakan hal yang sama saat melihat Yoo Joonghyuk?

Asuka Ren berkata. “Ah, benar juga Dokja-ssi. Aku punya pertanyaan.”

“Ya.”

“Bagaimana kau bisa menerima bantuan Kyrgios?”

“Bantuan?”

“Aku merasa jika Kyrgios menyukai Dokja-ssi.”

“... Huh?”

“Kyrgios selalu marah-marah pada orang yang dia suka.”

[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ mendengarkan penjelasanmu.]

Ah, benar juga. Kyrgios memperlakukanku dengan baik meski aku tidak punya bakat. Yah, meski dia juga selalu mengumpat ke arahku...

“Dokja-ssi.”

Aku menoleh saat mendengar panggilan Ren dan wajahku langsung kaku. Asap menjulang tinggi dari kejauhan. Arahnya berasal dari kastil Veronica. Kami saling pandang dan kemudian berlari dengan kecepatan penuh.

Tidak lama setelah itu, pertarungan di kastil Veronica terjadi. Ada banyak tubuh yang jatuh karena serangan monster, selain itu ada banyak mayat orang kerdil yang terinjak di mana-mana. Aku juga melihat beberapa kepala yang hancur. Mungkin itu adalah hasil kerja keras Lee Hyunsung.

Saat kami semakin mendekat, jumlah mayat orang kerdil semakin meningkat dan tubuh inkarnasi Jepang mulai berkurang.

Tidak mungkin. Aku tidak mungkin terlambat. Setelah beberapa saat kami melihat pemandangan mengerikan dari balik istana yang sudah hancur itu.

Dududududu!

Turret milik Gong Pildu terus memuntahkan bijih besi.

Untungnya semua companionku masih selamat. Lee Hyunsung terluka cukup parah sedangkan Lee Jihye dan 2 bocah terlihat sangat kelelahan, yang paling penting mereka masih menghembuskan nafas. Tapi situasi ini cukup berbahaya. Mereka sedang melawan...

“Gila!”

Han Sooyoung berteriak dan mundur selangkah mendekatiku.

“Ahh! Izumi…”

Asuka Ren mengerang kesakitan dan kemudian memegang kepalanya sambil berlutut. Sekarang, 20 orang jepang bergabung menjadi 1 entitas.

Di balik badan seorang laki-laki dengan pupil hitam pekat, ada sebuah bayangan monster yang menutupi langit. Kepala dan ekornya mengingatkanmu pada Lembah berdarah. Raja dari para disaster telah menunjukkan sosoknya.

Tiba-tiba, salah satu kepala menekuk ke belakang menuju orang kerdil yang ada di dekatnya. Orang kerdil itu terlihat pucat pasi karena takut dan ular itu langsung melahapnya. Ada suara tulang yang patah dan aku hanya bisa melihat bagian bawah orang kerdil yang masih tersisa.

“To-tolong aku! Tolong!”

Daging dari para orang kerdil masuk dan terhisap ke dalam mulut ular merah itu seperti air. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Semua orang kerdil termasuk companionku hanya bisa berdiri diam seperti manekin saat melihat pemandangan itu.

Aku pun sadar. Alasan kenapa companionku masih baik-baik saja bukan karena mereka memberikan perlawanan sekuat tenaga. Tembakan turret terus bergema, tapi aku tidak bisa merasakan nafsu membunuh dari Gong Pildu. Begitu juga dengan Lee Hyunsung, Lee Jihye, dan yang lainnya. Alasan mereka masih hidup hingga detik ini adalah karena mereka merupakan makanan bagi konstelasi grade narasi itu.

Setiap kali mulut ular itu terbuka, beberapa orang kecil menghilang.

[Konstelasi planet kecil merasa kesakitan.]

[Konstelasi planet kecil berteriak.]

Han Sooyoung bergumam. “Sial… neraka macam apa ini?”

Salah satu dari 3 sosok paling jahat di Jepang, ayah dari Shutendoji, monster mitos yang mengendalikan banjir. Monster itu adalah ‘Sovereign of Eight Heads’, Yamata no Orochi. Mungkin tubuhku akan tercabik jika aku melawannya.

“Ja-jangan melawannya. Kita tidak akan bisa menang.” Asuka Ren bergumam pelan. Han Sooyoung yang sedang terpaku langsung menyambar tanganku.

“Kim Dokja. Kau tidak berniat melawan monster itu kan? Ayo kabur. Oke?”

Aku tidak menjawabnya. Kepala ular raksasa itu kembali memakan para orang kerdil. Gerakannya sangat alami, seperti serok yang mengambil ikan dari aquarium.

Han Sooyoung terus mendesakku. “Bukannya ini sudah terlambat? Setidaknya kita masih bisa menyelamatkan para bocah. Cepat bawa mereka dan kabur…”

Kwaduduk!

“Ah!

“Mereka semua akan mati!”

Aku menggelengkan kepalaku.

“Ayo kita tunggu sebentar lagi.”

Jika aku beraksi sekarang, dia tidak akan bergerak. Sedikit lagi…

Setelah itu kepala ular itu bergerak ke arah Lee Jihye. Sial. Aku langsung berdiri dan berlari. Tapi kepala itu melaju dengan sangat cepat ke arah gadis itu.

Di detik ini ada sesuatu yang bergerak lebih cepat dariku. Salah satu kepala ular itu jatuh ke tanah dengan teriakan kesakitan. Awan debu terangkat dan aku bisa melihat seorang laki-laki yang berdiri di atas kepala ular itu. Dia menatapku dengan wajah dingin. “…. Kim Dokja.”

Ya, kenapa dia selalu muncul belakangan? Aku tersenyum padanya. “Kau terlambat, Yoo Joonghyuk.”

Dia sudah menjadi orang kerdil sepertiku, tapi aku bisa merasakan energi yang sangat kuat darinya. Yoo Joonghyuk membawa pisau hiasan berwarna violet. Sudah kuduga, dia berhasil mendapatkannya.

Kami saling bertatapan tanpa mengatakan apa-apa. Setelah itu dia berbalik dan menatap disaster yang dia lawan.

[Konstelasi ‘Sovereign of Eight Heads’ menunjukkan nafsu membunuhnya padamu.]

Yamata no Orochi yang merasa terganggu langsung menggembungkan badannya.

“Minggir, Kim Dokja. Aku akan menangkap orang ini.”

“Tidak. Kali ini aku yang akan melakukannya.”

Aku berjalan ke arah Yoo Joonghyuk.

[Skill eksklusif Bookmark bisa diaktifkan.]

Aku bisa merasakan white energy yang kuat berkumpul di jantungku.

“Kali ini aku harus menangkapnya.”

Di skenario ini, aku akan melanggar prinsip ‘tidak membunuh’ yang terus ku pertahankan hingga saat ini.

 

Chapter 128     Daftar Isi     Chapter 130


Komentar

Postingan Populer