I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 355
Disclaimer: Not mine
Entah karena alasan apa, kami berhasil mendapatkan kereta
kuda dan bisa keluar dari istana tanpa masalah.
Dan aku yakin sopir kereta kuda ini berpikir jika kami
adalah putri bangsawan yang sedang jalan-jalan. Semua orang bisa tahu jika baju
dan aksesoris yang kami kenakan berharga cukup mahal.
Aku mengalihkan perhatianku pada Vian yang sedang duduk di
depanku dengan postur elegan.
Rasanya tidak berlebihan jika aku berkata aku tidak pernah
melihat seseorang secantik ini dalam balutan gaun merah.
Tapi Vian tidak pernah melihat pantulan dirinya sendiri dalam
cermin setelah dia mengenakannya.
Sayang sekali. Padahal dia terlihat sangat cantik.
Jika aku jadi Vian, aku akan bercermin dari pagi hingga
malam. Dan kecantikan yang ditunjukkan oleh cermin di depanku akan meningkatkan
rasa percaya diriku.
“Apa ada sesuatu di wajahku?”
Aku menatapnya terlalu lama. Dia bahkan sampai bertanya
padaku.
“Kau punya mata yang bagus. Bentuk hidung dan mulutmu juga
sempurna.
“Aku bertanya bukan karena ingin mendengar hal seperti itu.”
“... Kenapa kau tidak bercermin setelah berdandan?”
Vian tidak berkata apa-apa. Kereta kuda yang kami naiki
sedikit berguncang. Mungkin jalan yang kami lewati tidak terlalu rata.
Saat perhatianku sedikit teralihkan pada guncangan kereta,
Vian menjawab pertanyaanku. Suaranya lirih dan sepertinya dia tidak berharap
aku mendengar jawabannya. Tapi aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas. “Aku
bisa melakukannya nanti.”
Apa maksudnya? Apa dia ingin orang lain melihat sosoknya
sebelum dia melakukannya sendiri?
Aku berpikir, apa tidak apa-apa jika aku mengungkit hal ini?
Tapi aku tahu jika Vian tidak mau aku mendengar jawabannya.
Mungkin aku tidak perlu menggali masalah ini terlalu dalam.
Kami berhenti berbicara dan menikmati kesunyian yang mulai
menyelimuti. Dan sepertinya Vian sedang memikirkan sesuatu sambil terus melihat
keluar jendela.
Sejak kami memutuskan untuk pergi ke kota dengan dandanan
mewah seperti ini, yang kuinginkan hanya bercakap-cakap dengannya...
Saat tujuan kami sudah semakin dekat, Vian tiba-tiba
berkata.
“Apa yang kau pikirkan saat aku memberikan perintah untuk
membuat sebuah gaun?”
Aku terdiam. Vian tidak menatapku, dia terus menatap keluar
jendela.
... Aku tidak pernah memikirkannya.... Membuat gaun yang
cocok dengan ukuran tubuh Vian pasti tidak mudah.
Hal itu sangat berbeda dengan membuat gaun untuk nona
bangsawan biasa. Vian memang cantik, bahkan dia sangat cocok saat menggunakan
gaun. Tapi dia tetap laki-laki.
Mereka harus mengukur tubuhnya agar bisa membuat baju yang pas...
Saat Vian tidak mendapatkan jawaban apa-apa dariku, dia
melanjutkan perkataannya.
“Saat aku masih kecil, aku sering masuk ke dalam toko yang
menjual gaun wanita. Karena itu aku bisa membeli baju dengan mudah dari sana
dan berkata jika itu adalah hadiah untuk seseorang. Tapi saat tubuhku mulai
tumbuh aku tidak bisa menggunakan gaun-gaun itu lagi. Karena itu aku pergi ke
kota sendirian dan bernegosiasi dengan seorang desainer.”
“Vivian pergi ke sana sendirian?”
“Ya... Di kota aku bertemu seseorang. Dia terlihat jahat,
tapi dia membuatkan gaun terbaik untukku. Dia tidak menatap rendah ke arahku meski
aku berkata jika akulah yang akan menggunakan gaun itu. Dia percaya jika tidak
ada orang jahat yang mencintai gaun indah.”
Vian menceritakan hal ini dengan wajah bahagia.
“Kenapa kau berpikir dia orang jahat?”
“... Dia tidak pernah menghinaku, tapi dia tidak pernah
melihatku mengenakan gaun buatannya. Saat aku bertanya, orang itu berkata jika
dia tidak mau melihatku menggunakannya. Aku tidak yakin apa dia berpikir jika
gaunnya akan terlihat jelek jika aku yang mengenakannya... Atau mungkin dia
hanya tidak mau melihatku—laki-laki—menggunakan gaun buatannya karena dia tidak
ingin aku merasa tidak nyaman. Karena itu aku ingin tampil di depan orang itu
dengan gaun yang... menurutku... merupakan gaun terindah. Hingga saat itu, aku
tidak ingin melihat ke arah cermin.”
Aku bisa melihat pantulan wajah Vian di kaca jendela. Ada
raut tidak sabar di sana.
“Apa kau takut ditolak?”
Dia menatapku.
“Tidak peduli berapa banyak pujian yang diberikan orang lain
saat melihat sosokku yang ini, aku tidak akan pernah merasa percaya diri, kau
tahu? Karena itu, aku ingin mendapatkan pengakuan dari orang yang telah menjadi
emotional support ku selama ini.”
“... Dan jika dia menolaknya?”
Vian menatapku tajam. Aku hanya membalasnya dengan senyuman
manis.
“Aku tidak sabar bertemu dengan orang itu dan membuatnya
terpana dengan kecantikan Vivian.”
Vian menatapku heran.
“Sebenarnya aku lebih suka Vivian menatap permata merah ini
di depan cermin dari pada menunjukkannya pada desainer itu.”
Setelah terdiam selama beberapa saat, Vian tersenyum.
“Ah, ya ampun. Aku benar-benar tidak bisa mengalahkan
Alicia.”
Itu dia!
Ini memang membuatku sedikit frustasi, tapi Vian bisa
melakukan pekerjaannya lebih baik dariku.
Aku adalah orang yang diberikan kesempatan untuk melihatnya
bekerja dari dekat, di dalam gelembung personalnya. Karena itu aku sama sekali
tidak meragukannya.
Komentar
Posting Komentar