I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 228
Disclaimer: novel ini bukan punya saya.
XXXXX
Entah karena alasan apa, aku sekarang berada di istana raja
bersama dengan Duke. Aku pun bertanya padanya saat kami sedang berjalan di
sebuah lorong.
“Hei, kau yakin aku boleh mengikuti pertemuan ini?”
“Tentu saja.” Jawab Duke cepat.
Orang-orang yang dikumpulkan raja… mereka semua adalah para
bangsawan.
Apa aku boleh berada di sini meski aku berasal dari desa
Roana? Aku memang sudah menjadi asisten Alicia selama beberapa tahun
belakangan, tapi sekarang gadis itu sedang diasingkan…
Duke bisa berkata seperti itu karena dia pangeran. Dia
memang tidak punya banyak kebebasan, tapi kurasa dia sudah melakukan semua hal
yang dia mau selama ini.
“Kita sampai.”
Kami berdua sampai di depan sebuah pintu raksasa yang
terlihat sangat megah. Pintu itu dibuka oleh dua orang prajurit yang berdiri di
pinggirnya.
Rasanya aku seperti akan dibawa menghadap raja…. Yah, kita
memang mau melakukannya, sih.
Kupikir pertemuan ini akan lebih santai dari bayanganku.
Duke sangat dekat dengan yang mulia raja hingga aku lupa jika dia adalah penerus tahta dari kerajaan ini.
XXX
“Selamat datang.”
Ini pertama kalinya aku bertemu dengan raja. Aku selalu
berpikir jika dia raja tidak berguna, tapi saat aku melihatnya langsung, aku
tertegun saat merasakan auranya.
Aku menundukkan kepalaku tanpa sadar. Mungkin inilah karisma
dari raja yang sekarang, tapi aku masih merasa jika kakek lebih baik dari raja
ini.
“Angkat kepalamu. Semuanya sudah menunggu.”
Suara raja menggema di seluruh ruangan.
Aku mengangkat kepalaku dan melihat 5 kepala keluarga
bangsawan utama beserta anak-anak mereka, Liz Cather, dan kemudian Curtis. Apa
yang diinginkan raja dengan memanggil mereka semua?
“Jadi kau Gilles yang diceritakan mereka? Kau tidak terlihat
seperti anak umur 11 tahun.”
Yang mulia raja adalah ayah Duke. Suaranya terdengar mirip
dengannya.
“Aku yakin anakku sudah memberitahu apa yang ingin
kukatakan, tapi izinkan aku mengatakannya kembali.”
Duke dan aku?
Aku tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh yang mulia
raja. Sejak kapan aku bisa mendapatkan informasi penting mengenai kerajaan ini?
Yang mulia raja menutup matanya dan menarik nafas panjang.
Di saat yang sama, atmosfer ruangan ini menjadi lebih berat.
Semua orang menunggu ucapan yang mulia raja.
“Apa yang kalian pikirkan mengenai Alicia?”
Raja mengajukan pertanyaan itu sambil menatap Liz Cather dan
yang lainnya. Mereka semua terdiam selama beberapa detik, dan entah kenapa mereka tidak mengatakan apa-apa untuk menjawab pertanyaan dari raja.
Mereka pasti kesulitan mengatakan apa yang mereka pikirkan
mengenai gadis yang sudah diasingkan ke negara lain. Terlebih lagi, ini mungkin
pertanyaan yang berat bagi kakak-kakak Alicia: Albert, Alan, dan Henry.
“…. Ali adalah gadis yang selalu berterus terang dan sangat
cerdas. Aku sudah memperhatikannya sejak Ali masih kecil, dan kurasa dia adalah
gadis jenius.”
Ucapan Curtis memecah kesunyian ruangan ini.
“Aku menyukai Alicia karena aku tidak memiliki orang yang
tidak kusukai.”
Finn mengatakan pendapatnya sambil tersenyum lebar. Jujur
saja, jawabannya terdengar tidak niat.
“Dia adalah gadis jenius yang menggunakan bakatnya untuk hal
yang salah.” Ucap Gayle dengan nada sinis seolah dia tidak suka dengan pujian
yang didapat Alicia. Eric, Albert, dan Alan yang sepertinya berada di bawah
kendali Liz Cather juga setuju dengannya.
“Memangnya siapa yang sudah menggunakan bakatnya untuk sesuatu
yang salah?”
Semua orang bereaksi pada pertanyaanku. Yang mulia raja
hanya melihat percakapan kami tanpa mengatakan apa-apa. Aku masih tidak tahu
tujuannya memanggil kami semua, tapi kurasa dia akan memberitahu kami jika dia
ingin.
“Apa maksudmu?” tanya Eric sambil menatapku dengan tajam.
“Bakat adalah sesuatu yang sulit digunakan, kau tahu kan. Itu
semua bergantung pada kerja keras dan perasaan kuat untuk menggunakan bakatmu
atau tidak. Contohnya, seseorang mungkin punya bakat besar dalam menyanyi, tapi
dia tidak suka menyanyi dan tidak mau memainkan alat musik. Apa yang ingin kau
lakukan dan bakat yang kau miliki… keduanya tidak selalu selaras.”
Eric yang berpikir jika aku sedang mengkritik Liz Cather pun
bertanya.
“Apa yang tidak kau sukai dari Liz?”
“Semuanya.”
Gayle menatapku dari balik kacamatanya, wajahnya terlihat
menyeramkan. Tapi aku sama sekali tidak menghiraukannya.
Kurasa harusnya aku merasa ketakutan, tapi aku tidak
memikirkan hal itu. Sebaliknya, aku merasa senang saat mereka mendengarkan
perkataanku.
Aku tidak pernah berpikir jika aku akan mendapat kesempatan untuk mengatakan semua yang ingin kukatakan pada mereka.
Aku membuka mulutku dan mulai berbicara.
Chapter 227 Daftar Isi Chapter 229
Komentar
Posting Komentar