Mahouka Volume 12 Chapter 16 Part 4
Disclaimer: not mine.
XXX
Tomitsuka tiba-tiba mundur ke belakang
saat menerima tembakan dari Tatsuya. Ini adalah salah satu efek dari Self
Marionette. Pada saat itu serangan yang mengenai tubuh Tomitsuka membuat variabel
sihirnya berubah, dan saat mantra Self Marionette mencoba memberikan perintah
pada tubuhnya, logika sihirnya menjadi eror dan meledak dengan sendirinya.
Tomitsuka yang terkena serangan dari
mantranya sendiri pun terpental dan jatuh ke lantai, tangan dan kakinya
terlentang dan tidak bisa digerakkan. Karena otot-ototnya dalam keadaan
relaksasi, dia tidak memiliki waktu untuk jatuh berguling dan meminimalisir
proses jatuhnya.
“Pemenangnya Shiba.” Begitu kata
Hattori.
“Onii…”
Miyuki ingin berkata ‘oniisama’, tapi
dia langsung menundukkan kepalanya. Dia mungkin lupa jika ada orang lain di
ruangan ini dan hampir saja berlari ke dalam pelukan Tatsuya. Untung saja gadis
itu berhasil menahan dirinya sendiri.
Saat Miyuki mengangkat wajahnya
setelah beberapa detik, gadis itu bisa melihat senyum yang diberikan Tatsuya
kepadanya.
Miyuki tersenyum balik dan
dibelakangnya pun muncul bunga-bunga yang bermekaran. Setelah itu Tatsuya
mengangguk ke arah sang adik dan kemudian kembali menghadap lawan tandingnya.
Tatsuya meletakkan CAD yang ada di
tangan kanannya ke tempatnya semula dan berjalan ke arah Tomitsuka yang masih
berbaring di lantai.
“Tomitsuka, masih bisa berdiri?”
tanyanya sambil mengulurkan tangan kanannya.
Tomitsuka pun meraih tangan tersebut
sambil berkata, “Terima kasih.”
Tomitsuka pun berdiri dengan bantuan
dari Tatsuya. Tubuhnya masih sedikit goyah, tapi sepertinya keadaannya tidak
terlalu buruk karena dia sudah bisa berdiri tegap setelah beberapa detik.
“Seperti yang kuduga… kau kuat
Shiba-kun.” Kata Tomitsuka jujur sambil melepas helm yang dia gunakan.
“Kau juga. Pukulanmu yang tadi terasa
sangat sakit.” Ujar Tatsuya sambil menunjuk pipinya yang memerah, kemudian dia
tersenyum.
Saat mereka berdua sedang berbocara,
tiba-tiba ada 1 sosok yang melesat melewati mereka.
“Apa… hei, Shippou!
Tanpa menoleh lagi, Takuma langsung
bergegas keluar dari ruang seminar itu.
Ruang kosong di belakang garasi klub
robot yang berada di sebelah lapangan olahraga biasanya digunakan sebagai tempat
pertemuan rahasia karena orang-orang jarang melewatinya.
Tapi Takuma pergi ke sana bukan karena
dia tahu mengenai hal itu. Dia hanya ingin pergi ke suatu tempat di mana tidak
ada orang yang bisa melihatnya, karena itulah dia pergi ke tempat itu.
Takuma berdiri di depan sebuah
pohon biasa yang berukuran cukup besar dan menatap kosong ke arah pohon
tersebut. Tetapi, karena dia tidak bisa menghilangkan rasa gelisah yang dia
pendam sejak beberapa saat yang lalu, dia pun mulai memukuli pohon itu dengan
tangan kanannya.
“Sialan, sialan, sialan!!!”
Lagi dan lagi. Takuma memukul pohon
itu hingga tangannya mengeluarkan darah.
“Hentikan itu, Shippou. Lihat,
tanganmu sudah berdarah.”
Saat ucapan kasar Takuma mulai
menghilang, sebuah suara memanggilnya dari belakang. Takuma langsung
membalikkan badannya dan menemukan Kasumi yang sedang memasang wajah jengkel.
“Saegusa, kau…!”
Takuma langsung menatap gadis berambut
cepak itu dengan tajam, dan Kasumi langsung mengangkat tangannya tanda jika dia
sedang tidak ingin berkelahi. “Hei, jangan salah paham dulu. Aku tidak sedang
membuntutimu atau apa. Ini semua cuma kebetulan.”
Setelah itu Kasumi berjalan ke arah Takuma
dengan kerutan alis di wajahnya. Gadis itu langsung mengeluarkan sebuah sapu
tangan dan melipatnya beberapa kali sambil menatap luka di tangan Takuma dengan
tajam.
“Apa yang mau kau lakukan!?”
“Bagus… kulitmu mengelupas, tahu.”
Kasumi langsung membebat luka Takuma
dengan sapu tangan yang sedang dia pegang.
“Maaf, tapi aku tidak punya izin untuk
menggunakan sihir penyembuh. Lebih baik kau segera pergi ke ruang kesehatan.”
Takuma tidak member respon apapun. Dia
hanya melihat darah yang mulai muncul di sapu tangan yang membebat lukanya.
“Oh, kau tidak perlu mengembalikannya.”
“…”
Takuma masih tidak bergerak
sedikitpun, jadi Kasumi hanya bisa menghela nafas dan berkata. “Sepertinya kau
habis kalah telak ya.”
“…”
“Sepertinya para kakak kelas memang terlalu
kuat.”
“… Bagaimana?” ucap Takuma yang masih
sibuk menatap tanah.
“Huh? Apanya yang bagaimana?” dan karena
Kasumi sudah mendapatkan balasan dari pemuda yang ada di depannya itu, dia pun
balik memberikan pertanyaan.
“Bagaimana bisa mereka semua bisa
sekuat itu!?” nadanya terdengar sangat getir. Mungkin itu adalah nada yang kau
gunakan saat berteriak karena merasa sangat kesal, begitulah pikir Kasumi yang
tahu siapa orang-orang yang dimaksud oleh Takuma.
“Mereka masih anak SMA kan!? Mereka cuma
setahun lebih tua dariku! Tapi kenapa mereka bisa sekuat itu!?”
“Mungkin memang tidak ada alasannya.”
“Apa…!?”
‘Houston,
kita sedang berbicara.’ Pikir Kasumi, tapi dia tidak akan
mengatakkanya pada saat seperti ini. “Mereka kuat karena mereka memang kuat. Maksudku…
kalau kau ingin sebuah alasan, mungkin mereka benar-benar berjuang keras hingga
bisa sekuat itu kan?”
“Tapi aku…”
“Ya. Aku tahu kalau kau juga sudah
berusaha sekuat mungkin. Aku juga merasa begitu. Tapi jika mereka lebih kuat
dari kita, bukankah itu artinya usaha mereka juga lebih besar dari kita?”
“…”
“Aku tidak berkata jika kau tidak
punya bakat. Kemampuanku yang sekarang juga banyak yang berasal dari bakat yang
kumiliki sejak kecil.”
“…”
“Tapi, kekuatan yang membuatmu sangat
terkejut itu… mungkin semua itu berasal dari sesuatu selain bakat.”
Takuma menatap mata Kasumi.
Dan setitik air mata frustasi pun
jatuh ke pipi pemuda itu.
“Ngomong-ngomong, aku tidak begitu
tertarik soal menjadi kuat atau
semacamnya. Tapi jika kau ingin menjadi lebih kuat lagi, itu adalah urusanmu…
dan kupikir kekuatanmu adalah sesuatu yang hanya
dimiliki oleh dirimu sendiri.”
Setelah mengatakan semua itu, Kasumi
langsung pergi dari hadapan Takuma.
Dan sekali lagi, Takuma menggebrak
pohon yang ada di dekatnya dengan tangan kiri karena masih merasa marah.
XXX
Setelah berpisah dengan anggota
federasi klub, Tatsuya dan Miyuki pun berjalan ke arah ruang osis. Tatsuya duduk
di kursinya dan menghidupkan alat komunikasinya. Saat tangannya sedang
menari di atas keyboard dengan kecepatan tinggi, dia mengirimkan sebuah pesan
untuk seseorang yang berada di ruangan yang sama dengannya.
“Ya,
master?”
Suara telepati itu hanya bisa didengar
oleh Tatsuya.
[“Apa kau sudah merekam datanya?”]
Tatsuya mengetik pesannya karena dia
tidak mau ada murid lain yang mendengar penjelasannya…
“Seperti
yang anda perintahkan. Saya sudah merekam data tersebut secara langsung.”
Tatsuya mendapatkan jawaban yang dia
inginkan.
“Master,
apa saya sudah berguna untuk anda?”
[“Ya. Kerja bagus.”] Ujarnya pada jiwa
jahat yang selalu menjaga rahasianya. [“Kau bisa istirahat sekarang.”]
“Baik,
master. Memasuki mode suspend.”
Setelah menyuruh boneka iblis itu
untuk kembali tidur, Tatsuya menghapus semua data komunikasinya.
<<<Previous Daftar Isi Next>>>
Komentar
Posting Komentar