I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 188
Disclaimer: Novel ini bukan punya saya.
๐น๐น๐น๐น
Alicia tidak bisa
berkata apa-apa saat mendengar deklarasi dari Liz Cather. Dia pasti tidak
pernah menyangka jika gadis itu akan berkata seperti itu.
Aku juga tidak
percaya.
“Apa maksudmu…?”
tanya Alicia dengan nada seperti biasanya.
“Deportasi adalah
hukuman yang terlalu berat!” ujar Liz Cather.
“Hukuman deportasi
ini juga disebabkan karena aku sudah membunuh seseorang… dan yang paling aneh…
karena aku menghilangkan sebagian ingatan dari pangeran negeri ini?”
“Tapi kau adalah
temanku.”
Aku berpikir…
sejak kapan aku dan Alicia menjadi temanmu?
Kenapa kalian
semua bisa ditipu oleh Liz Cather?
“... Liz-san, kau
hanya rakyat biasa, iya kan? Kurasa kau tidak bisa merubah keputusan yang sudah
dibuat oleh Duke-sama.” ucap Alicia dengan wajah datar seakan dia sedang
menjelaskan sesuatu yang sangat mendasar.
“Kenapa? Aku dan
Duke…”
“Kalian berteman?”
Alicia tertawa saat mengatakannya.
“Meski kau
temannya, apa seorang rakyat biasa bisa mendikte pangeran saat dia sudah
memutuskan sesuatu?”
“Karena itu… aku
melakukannya demi Alicia-chan.”
“Untukku? Jangan
bercanda. Liz-san memang orang yang sangat baik, dan aku tidak bisa melakukan
apa-apa soal itu.”
Dingin dan kejam.
Memang aneh saat aku yang mengatakannya, tapi sekarang mata Alicia terlihat
berbeda di mataku.
Albert yang
biasanya mengatakan sesuatu pun diam seribu bahasa hari ini… Pasti menarik jika
pengaruh Liz Cather menghilang darinya sekarang.
“Apakah yang
melakukan hal itu orang suruhan Alicia-chan?”*
*) Teks asli versi google translate: “Sore wa
Alicia-chan no kata janai?” Saya nggak terlalu yakin sama arti ‘kata’ di atas,
tapi ya sudah lah...
Alicia membuka
matanya selama beberapa detik, setelah itu dia menyeringai.
Kau mungkin tidak
akan menyangka jika Liz Cather akan berubah menjadi seperti itu. Mungkin dia
juga terpengaruh oleh sikap Alicia sejak awal.
“Begitukah?” ujar
Alicia.
“Bukankah hasilnya
jadi seperti ini? Kau menjadi semakin serakah. Jika kau berhasil mendapatkan
sesuatu, kau pasti akan mendapatkan rasa serakah yang baru. Itu adalah hal yang
sangat menakutkan. Jika kau masuk ke akademi di usia 13 tahun, kurasa kau pasti
sangat ingin mendominasi semua orang yang ada di sana.” ucap Liz Cather panjang
lebar.
“... Penjelasanmu
masuk akal juga.”
Aku juga
mengakuinya, begitu pikirku sambil meremas baju yang sedang kupakai. Gadis itu
benar-benar menguasai akademi dan orang-orang yang ada di dalamnya. Tapi aku
tahu jika dia bukan orang seperti itu. Liz Cather tidak punya kompetensi yang mungkin
bisa membuatnya menguasai seluruh dunia. Dan… analoginya sangat membingungkan.
Apa tidak apa-apa menunjuk orang seperti ini menjadi seorang Saintess? Si
malaikat putih ini.
“Apa ada yang
salah dengan itu?” Kata-kata Alicia membuat Liz Cather terdiam.
Aku sangat
menikmati momen ini. Rasanya menyenangkan saat melihat Alicia menghancurkan isi
otak penuh bunga milik Liz Cather.
“Kurasa bagus jika
seseorang memiliki rasa rakus yang tidak terbatas. Jika kau punya ambisi, kau
bisa melakukan apapun yang kau mau. Keserakahan adalah hal yang paling penting
saat seseorang ingin berkembang.”
“... Semakin besar
ambisi yang kau miliki, kau akan menjadi seorang diktator.”
Mungkin iz Cather
sudah merasa tidak sabar, karena itulah gadis itu mengatakan hal seperti itu.
Dia selalu berkata dengan nada sopan dan lembut. Itu adalah sesuatu yang bisa
menyentuh hati orang yang berbicara dengannya. Itulah arti dari Saintess.
“Semua sangat
penting saat seseorang menjadi penguasa. Rasa serakah itu akan berubah menjadi
kegilaan saat kau menjadi seorang penguasa. Pemimpin kelompok kecil, kepala
desa, raja…”
“Keserakahan juga
bisa mengontrol orang-orang. Manusia memang makhluk seperti itu.”
“... Kau
memelintir kata-kata Liz” ucap seseorang.
Di mataku, Alicia
memang berpikir seperti itu.
“Aku tahu
seseorang yang sangat cerdas dan dia adalah seorang pemimpin yang sangat cakap…
kurasa keserakahan bisa menjadi senjata yang melindungi orang jika bisa
digunakan dengan baik.”
Aku yakin Alicia
sedang membicarakan kakek. Kata-kata Alicia penuh dengan rasa hormat.
Liz Cather terdiam
saat mendengar jawaban dari Alicia.
“Siapapun yang
berdiri di atas harus memahami semua hal yang ada di bawahnya. Siapapun yang
tidak bisa melakukannya akan menjadi seorang diktator, dan siapapun yang bisa
melakukannya akan menjadi pemimpin yang baik. Apa kau mengerti?”
Alicia
mengatakannya sambil menyeringai ke arah Liz Cather.
Aku merasa sangat
bersemangat saat melihat ekspresi itu. Itu adalah Alicia yang kukenal.
“Meski begitu,
seorang tiran tidak akan pernah bertahan lama.” tambah Alicia.
“... Seperti
Alicia-chan?” timpal Liz Cather.
“Kuanggap itu
sebagai sebuah pujian.” balas
Alicia tertawa
saat mendengar perkataan Liz Cather, tapi aku merasa sangat terkejut saat
mendengarnya.
Selama ini dia
tidak benar-benar membenci Alicia. Ada banyak hal yang terjadi di antara mereka
berdua selama ini, tapi aku tidak pernah melihat Liz Cather bersikap seperti
ini pada Alicia. Biasanya gadis itu akan mencoba membujuk Alicia.
… Apa ini karena
Duke? Apa komentarnya barusan berakar dari rasa cemburu seorang wanita? Aku
tidak terlalu paham dengan perasaan wanita, tapi rasanya menakutkan jika
perasaan seperti itu bisa mengubah seseorang dengan mudah.
“Alicia-chan, kau
harus memahami betapa beruntungnya kau dulu.” ucap Liz Cather.
“Oh, tentu. Lalu,
apakah Liz-san akan membawaku pulang ke negeri ini suatu hari nanti?”
“Ya. Aku tidak
pernah menelantarkan temanku.”
Wajah Liz Cather
sekarang kembali normal. Itu adalah ekspresi dari seorang wanita polos yang
tidak pernah berpikir untuk menyakiti orang lain.
Memaksa orang lain
mengikuti egomu adalah sebuah kesalahan… begitu pikir sambil menatap wanita
bernama Liz Cather itu.
Chapter 187 Daftar Isi Chapter 189
Komentar
Posting Komentar