I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 190
Disclaimer: novel ini bukan punya saya.
ππππ
Alicia Williams. 15 tahun.
Aku sangat bersemangat setelah tahu jika aku bereinkarnasi
ke dunia ini.
Bisakah aku pergi ke Ravaal? Mungkinkah? Pergi ke negara itu
hanyalah sebuah mimpi, dengan kata lain aku tidak mungkin bisa pergi ke sana!
… Tapi aku tidak suka kereta kuda ini. Mungkin Duke-sama
menyuruhku naik ke kereta ini agar aku tidak kesusahan lagi, tapi jujur saja
aku lebih suka duduk dalam penjara. Itu akan membuatku lebih terlihat seperti
wanita jahat.
Kira-kira kehidupan dalam penjara itu bagaimana rasanya ya…
“Kedengarannya menarik.” kataku tiba-tiba.
Aku harus memastikan jika penampilanku tidak seperti seorang
nona bangsawan dari keluarga terpandang… Tapi, memangnya ada nona besar yang
hanya punya satu mata? Jadi kenapa aku harus takut ketahuan?
Saat aku sedang sibuk memikirkan hal itu, kereta yang
kunaiki tiba-tiba berhenti dan tubuhku terhuyung ke arah depan.
Berkat latihanku tiap pagi, aku bisa mencegah wajahku
mengenai dinding kereta. Nona muda biasa tidak akan bisa melakukan hal ini…
wajah mereka pasti akan langsung menghantam dinding jika kereta yang mereka
naiki berhenti dengan tiba-tiba.
Apa yang terjadi? Apa kau menangkap seseorang? Apa kereta
ini diserbu para bandit?
Aku mencoba melihat keadaan di luar lewat jendela, tapi
tiba-tiba pintu kereta terbuka lebar.
“Huh?”
Yang muncul dari balik pintu itu adalah Duke-sama dengan
rambut awut-awutan dan nafas yang memburu.
… Jarang-jarang Duke-sama menunjukkan penampilan seperti
ini.
Apa kau melupakan sesuatu? Apa kau ingin menyampaikan
sesuatu yang sangat penting hingga terburu-buru menemuiku?
Kuda yang ditunggangi Duke-sama juga terlihat kelelahan
setelah dipaksa ngebut seperti itu.
Kira-kira jalan terabasan mana yang digunakan Duke-sama agar
bisa mencapaiku dalam waktu secepat ini…?
“Um… itu…”
Saat aku sedang ingin menanyakan keperluan Duke-sama,
laki-laki itu langsung meletakkan lengannya di leherku dan menarikku mendekat
padanya. Beberapa saat setelahnya aku bisa merasakan bibir lembut yang menempel
pada bibirku.
Aku sangat terkejut. Otakku serasa berhenti bekerja dan aku
hanya bisa menerimanya tanpa melakukan apapun. Ciuman itu terasa sangat lembut
hingga membuatku serasa hampir tenggelam.
Aku tidak pernah menyangka jika ciuman pertamaku akan
diambil di momen-momen seperti ini.
Duke-sama menghentikan ciumanya dengan lembut. Di sisi lain
aku merasa sangat malu dan terkejut… Rasanya aku tidak bisa menatap matanya
sekarang.
“Apa anak seusiaku sudah boleh melakukan ciuman seperti
ini?”
Duke-sama hanya menatapku dan tertawa keras.
Oh, Duke-sama memang orang yang seperti itu. Memang keren
sih, tapi aku sampai lupa jika dia adalah pangeran yang agak menyimpang.
Yah, aku tahu jika dia bukan tipe pangeran yang akan
mengucapkan selamat tinggal dan menyatakan rasa cintanya di saat-saat seperti
ini. Jadi, apa dia datang untuk mengerjaiku lagi?
Meski begitu, bisakah aku mengartikan jika ciuman yang baru
saja dia berikan kepadaku menandakan jika dia merasa sedikit kesepian karena
tidak ada aku di sisinya?
Hmmm, tapi aku masih menyesal karena diperlakukan seperti
ini.
Aku melingkarkan tanganku di leher Duke-sama sambil
memberikan senyum memikat. Jarak kami sekarang sangat dekat hingga hidung kami
saling bersentuhan.
“Aku sudah menerima kemurahan hati sang pangeran.”
Duke terlihat bingung selama beberapa detik, tapi kemudian
dia tersenyum. Hatiku terasa sesak saat melihatnya.
“Kau tuan putri yang tidak tahu malu, ya.”
Aku bukan tuan putri, tapi putri dari… Tapi bagaimana jika
aku menikahi seorang pangeran?
“Pangeran, kami harus pergi sekarang.”
Aku bisa mendengar suara canggung dari salah satu pengawal.
Di saat yang sama aku menurunkan tanganku dari leher Duke-sama.
Oh, tidak. Aku sudah menunjukkan sifat asliku di depan para
pengawal. Apa ini tidak apa-apa?
Untuk sekarang, seharusnya pangeran sedang kehilangan
ingatannya. Terlebih lagi, akan berbahaya jika dia sampai ketahuan mencium
seorang kriminal sepertiku…
Aku melirik wajah para pengawal.
… Dia adalah pengawal yang loyal pada Duke-sama, kalau aku
tidak salah ingat. Dia juga pengawal yang menjemputku ke rumah.
“Saya sudah menyiapkan semuanya.” pengawal itu membungukkan
badannya ke arah Duke-sama dan berkata dengan nada yang sangat serius.
Sepertinya dia tahu apa yang sedang terjadi. Aku mengerti,
ternyata dia sangat bisa diandalkan.
“Jangan lehat laki-laki lain.”
Duke-sama memegang pipiku dengan satu tangan dan kemudian
memberiku sebuah seringai, tapi matanya tetap terlihat serius.
“Jika kau tidak kehilangan tujuanmu selama kau berada di
Ravaal, tidak mungkin ada orang yang bisa mengalahkanmu.”
Aku tersenyum lebar saat mendengarnya, dan kupikir sekarang
adalah saat yang tepat untuk mengucapkan sampai jumpa.
Setelah itu, kereta kuda yang kunaiki pun mulai melaju,
menjauh dari Duke-sama.
Chapter 189 Daftar Isi Chapter 191
Komentar
Posting Komentar