I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 190

 Disclaimer: novel ini bukan punya saya.

πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€

Alicia Williams. 15 tahun.

Aku sangat bersemangat setelah tahu jika aku bereinkarnasi ke dunia ini.

Bisakah aku pergi ke Ravaal? Mungkinkah? Pergi ke negara itu hanyalah sebuah mimpi, dengan kata lain aku tidak mungkin bisa pergi ke sana!

… Tapi aku tidak suka kereta kuda ini. Mungkin Duke-sama menyuruhku naik ke kereta ini agar aku tidak kesusahan lagi, tapi jujur saja aku lebih suka duduk dalam penjara. Itu akan membuatku lebih terlihat seperti wanita jahat.

Kira-kira kehidupan dalam penjara itu bagaimana rasanya ya…

“Kedengarannya menarik.” kataku tiba-tiba.

Aku harus memastikan jika penampilanku tidak seperti seorang nona bangsawan dari keluarga terpandang… Tapi, memangnya ada nona besar yang hanya punya satu mata? Jadi kenapa aku harus takut ketahuan?

Saat aku sedang sibuk memikirkan hal itu, kereta yang kunaiki tiba-tiba berhenti dan tubuhku terhuyung ke arah depan.

Berkat latihanku tiap pagi, aku bisa mencegah wajahku mengenai dinding kereta. Nona muda biasa tidak akan bisa melakukan hal ini… wajah mereka pasti akan langsung menghantam dinding jika kereta yang mereka naiki berhenti dengan tiba-tiba.

Apa yang terjadi? Apa kau menangkap seseorang? Apa kereta ini diserbu para bandit?

Aku mencoba melihat keadaan di luar lewat jendela, tapi tiba-tiba pintu kereta terbuka lebar.

“Huh?”

Yang muncul dari balik pintu itu adalah Duke-sama dengan rambut awut-awutan dan nafas yang memburu.

… Jarang-jarang Duke-sama menunjukkan penampilan seperti ini.

Apa kau melupakan sesuatu? Apa kau ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting hingga terburu-buru menemuiku?

Kuda yang ditunggangi Duke-sama juga terlihat kelelahan setelah dipaksa ngebut seperti itu.

Kira-kira jalan terabasan mana yang digunakan Duke-sama agar bisa mencapaiku dalam waktu secepat ini…?

“Um… itu…”

Saat aku sedang ingin menanyakan keperluan Duke-sama, laki-laki itu langsung meletakkan lengannya di leherku dan menarikku mendekat padanya. Beberapa saat setelahnya aku bisa merasakan bibir lembut yang menempel pada bibirku.

Aku sangat terkejut. Otakku serasa berhenti bekerja dan aku hanya bisa menerimanya tanpa melakukan apapun. Ciuman itu terasa sangat lembut hingga membuatku serasa hampir tenggelam.

Aku tidak pernah menyangka jika ciuman pertamaku akan diambil di momen-momen seperti ini.

Duke-sama menghentikan ciumanya dengan lembut. Di sisi lain aku merasa sangat malu dan terkejut… Rasanya aku tidak bisa menatap matanya sekarang.

“Apa anak seusiaku sudah boleh melakukan ciuman seperti ini?”

Duke-sama hanya menatapku dan tertawa keras.

Oh, Duke-sama memang orang yang seperti itu. Memang keren sih, tapi aku sampai lupa jika dia adalah pangeran yang agak menyimpang.

Yah, aku tahu jika dia bukan tipe pangeran yang akan mengucapkan selamat tinggal dan menyatakan rasa cintanya di saat-saat seperti ini. Jadi, apa dia datang untuk mengerjaiku lagi?

Meski begitu, bisakah aku mengartikan jika ciuman yang baru saja dia berikan kepadaku menandakan jika dia merasa sedikit kesepian karena tidak ada aku di sisinya?

Hmmm, tapi aku masih menyesal karena diperlakukan seperti ini.

Aku melingkarkan tanganku di leher Duke-sama sambil memberikan senyum memikat. Jarak kami sekarang sangat dekat hingga hidung kami saling bersentuhan.

“Aku sudah menerima kemurahan hati sang pangeran.”

Duke terlihat bingung selama beberapa detik, tapi kemudian dia tersenyum. Hatiku terasa sesak saat melihatnya.

“Kau tuan putri yang tidak tahu malu, ya.”

Aku bukan tuan putri, tapi putri dari… Tapi bagaimana jika aku menikahi seorang pangeran?

“Pangeran, kami harus pergi sekarang.”

Aku bisa mendengar suara canggung dari salah satu pengawal. Di saat yang sama aku menurunkan tanganku dari leher Duke-sama.

Oh, tidak. Aku sudah menunjukkan sifat asliku di depan para pengawal. Apa ini tidak apa-apa?

Untuk sekarang, seharusnya pangeran sedang kehilangan ingatannya. Terlebih lagi, akan berbahaya jika dia sampai ketahuan mencium seorang kriminal sepertiku…

Aku melirik wajah para pengawal.

… Dia adalah pengawal yang loyal pada Duke-sama, kalau aku tidak salah ingat. Dia juga pengawal yang menjemputku ke rumah.

“Saya sudah menyiapkan semuanya.” pengawal itu membungukkan badannya ke arah Duke-sama dan berkata dengan nada yang sangat serius.

Sepertinya dia tahu apa yang sedang terjadi. Aku mengerti, ternyata dia sangat bisa diandalkan.

“Jangan lehat laki-laki lain.”

Duke-sama memegang pipiku dengan satu tangan dan kemudian memberiku sebuah seringai, tapi matanya tetap terlihat serius.

“Jika kau tidak kehilangan tujuanmu selama kau berada di Ravaal, tidak mungkin ada orang yang bisa mengalahkanmu.”

Aku tersenyum lebar saat mendengarnya, dan kupikir sekarang adalah saat yang tepat untuk mengucapkan sampai jumpa.

Setelah itu, kereta kuda yang kunaiki pun mulai melaju, menjauh dari Duke-sama.


Chapter 189     Daftar Isi     Chapter 191


Komentar

Postingan Populer