I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 436

 Disclaimer: Novel bukan punya saya


“Ini adalah permintaan terakhir dari kakakku…. Dia ingin agar mayatnya dikremasi.”

Eh, kremasi?

Aku terkejut saat mendengar kalimat tak terduga itu. Di sisi lain, Yang mulia raja melanjutkan ucapannya.

“Dia tidak ingin meninggalkan jejak apapun di dunia ini.”

…. Ya, paman Will pasti akan melakukan hal seperti itu.

Aku pernah mendengar jika dia ingin menghilang dari dunia ini. Dan jika itu benar-benar terjadi, aku tidak akan memiliki barang peninggalan apa-apa dari paman.

Yang mulia raja bergumam pelan, “Derek, silahkan.”

Ayah Eric-sama yang bernama Derek-sama—penguasa api dari keluarga Hudson pun menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Baiklah.”

Tunggu…. Tunggu sebentar. Hatiku masih belum siap.

Aku terus terdiam dan hanya bisa menatap peti tempat paman Will terbaring.

Tubuhku…. Aku harus menggerakkan tubuhku! Kesempatanku hanya kali ini saja!

Derek-sama berjalan beberapa langkah ke depan dan berhenti di jarak 1 kaki. Dia menyentuh peti itu dengan wajah sendu.

“Kuharap anda bisa beristirahat dengan tenang disana.”

Ucap Derek-sama. Setelah itu dia menutup matanya dan mulai membakar peti itu.

Di saat yang sama, aku langsung berlari ke depan dan mengabaikan panggilan Duke-sama kepadaku. Aku terus berlari melewati Gilles dan langsung menuju ke sisi paman Will.

Aku menatap wajah paman Will selama beberapa detik dan langsung menjatuhkan diriku di atas peti itu.

Aku hanya ingin memeluk paman Will meski aku tahu itu adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap wajar. Aku mungkin satu-satunya orang yang bersikap kekanakan dan egois pada momen ini.

Peti mati itu menjadi semakin panas.

“Gawat, sihir Alicia terlalu kuat. Jika begini terus, mantranya akan hancur.”

Aku bisa mendengar Duke-sama mengatakan sesuatu, tapi aku tidak bisa memahami apa yang sedang dia katakan. Yang kutahu, tatapan semua orang sedang mengarah padaku.

Seketika itu aku langsung sadar jika aku sudah membuat kesalahan yang sangat besar. Meski begitu aku tetap ingin memeluk paman Will untuk yang terakhir kalinya. Persetan dengan semua orang yang ada disini.

Paman Will terasa sangat kurus dan dingin dalam dekapanku.

Duke-sama langsung berlari ke arahku dan mencoba menarikku menjauh dari peti.

“Alicia, awas!”

Aku tidak mendengarkan perkataan Duke-sama dan tidak bergeming dari kobaran api yang semakin membesar.

Saat itulah aku sadar jika aku sedang menangis seperti anak kecil. Otak dan hatiku tidak bisa bekerja dengan benar. Aku tidak pernah berpikir jika kematian seseorang yang kau sayang akan sangat menyakitkan.

Kupikir aku sudah membulatkan tekad agar tidak pernah menangis lagi…

Aku bertemu paman saat usiaku masih 8 tahun dan dia menjadi bagian yang sangat besar dari hidupku.

“Kumohon jangan pergi…”

Aku merasa jika aku yang sekarang tidak seperti aku yang biasanya. Saat aku melihat tubuh paman, air mataku tak bisa lagi dibendung. Aku tidak tahu bagaimana cara mengatasi rasa sedih dan perih yang ada dalam hatiku ini…. Karenanya hanya itu yang bisa kukatakan.

Di depan paman Will, aku hanyalah gadis ingusan yang belum mengerti apa itu kehidupan.

Aku juga tahu jika mantra api yang digunakan untuk mengkremasi paman tidak akan bisa dimatikan sebelum prosesi ini selesai.

Beberapa saat kemudian Duke-sama mendecakkan lidahnya, dan aku tidak lagi merasakan panas api milik Derek-sama.

Ah, ini pasti sihir air. Sepertinya Duke-sama kembali menyelamatkanku. Aku berhasil selamat berkat kekuatan Duke-sama.

Aku terus menangis dengan keras. Aku sama sekali tidak merasa malu. Yang ku inginkan sekarang adalah berteriak keras ke arah tubuh paman Will yang sudah tak bisa bergerak itu.

“Paman…. Will!! Ada… banyak hal yang…. yang ingin… ku pelajari… darimu..!”

Aku belum sempat mengucapkan selamat tinggal sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Aku hanya bertemu dengannya di padang bunga Kushana…. Padahal paman Will yang asli mungkin sedang terbaring lemah tak berdaya di kasurnya.

Meski hidupnya sudah tak lama lagi, kau masih bisa merasakan jika paman benar-benar berusaha keras untuk hidup di dunia ini. Dia terus melawan penyakitnya hingga detik terakhir.

Ini adalah suatu pengingat jika kenyataan bisa sangat menyakitkan.

“Jangan pergi…”

Tidak ada yang membalas ucapanku dan tubuh paman terus dilalap oleh api yang semakin membawa. Sihir api itu menyelubunginya dengan perlahan dan perlahan tubuh paman pun menghilang dan digantikan oleh sebuah cahaya yang sangat terang.

Di saat itulah, sebuah bola cahaya kecil berwarna merah berubah menjadi burung dan kemudian terbang bebas di angkasa.

“…Phoenix.”

Aku bisa mendengar suara Gilles, tapi aku tidak bisa menyapanya. Sepertinya tubuhku lebih lelah dari dugaanku sendiri.

Burung ingdah itu terus mengepakkan sayapnya hingga akhirnya dia menghilang di balik awan.

 

Chapter 435     Daftar Isi     Chapter 437


Komentar

Postingan Populer