Mahouka Vol. 13 Chapter 5 Part 7

 Disclaimer: Novel bukan punya saya


Siang, satu hari setelah jamuan. Tatsuya diundang oleh Honoka dan Shizuku untuk makan siang di kamar hotel—bukan kamar Tatsuya, tapi kamar mereka berdua. Setelah kembali ke hotel berempat, termasuk Miyuki, Tatsuya melihat seorang murid di lobi yang datang untuk mendukung mereka dan memberitahu jika dia akan menginap di hotel untuk melihat pertandingan. Murid itu adalah teman Tatsuya, dan dia terlihat kebingungan.

“Hei!”

Situasi ini membuatnya merasakan déjà vu. Untungnya gadis itu datang dengan mengenakan baju yang lebih tertutup daripada tahun lalu. Kaos besar tanpa lengan dan celana ¾. Erika melambaikan tangan kepada Tatsuya ketika dia melihat pemuda itu.

“Apa kau datang untuk mendukung?”

“Tentu saja. Oh, dan mereka berdua juga datang.” ucap Erika. Beberapa saat kemudian Leo muncul dari belakang gadis itu.

“Kau ini ya, harusnya kau membawa barangmu sendiri… Oh, hei Tatsuya.” Ada 2 tas yang menggantung di bahunya. Salah satu tas yang berwarna terang sepertinya adalah milik Erika.

“Erika, kuncimu… Oh, halo semuanya.” Setelah itu dari belakang Leo muncul Mizuki yang sedang mendorong travel bag miliknya.

“Apa kalian sudah makan siang?” tanya Tatsuya.

“Nope.” jawab Erika.

“Kalau begitu aku akan memanggil Mikihiko juga.”

Sebuah kamar dengan dua kasur pasti terasa sesak dengan orang sebanyak ini di dalamnya, karena itu mereka pergi ke sebuah kafe yang bisa digunakan oleh peserta dan penonton Kompetisi Sembilan Sekolah.

 

Jam sibuk sudah selesai, jadi 8 muda-mudi itu bisa mendapatkan meja kosong tanpa harus menunggu. Sesaat setelah mereka duduk di kursi masing-masing, Mikihiko tiba-tiba menanyakan sesuatu.

“Kalian datang sedikit lebih terlambat dari rencana. Apa ada sesuatu yang terjadi?”

Mikihiko bertanya pada Mizuki, tapi orang pertama yang merespon pertanyaan itu adalah Erika.

“Hmmm…”

“A-ada apa?”

Saat Erika memberinya sebuah senyum yang sedikit terlihat sadis, Mikihiko langsung mundur perlahan.

Tapi reaksi yang dia berikan adalah kesalahan dan juga terlalu terlambat.

“Kau menanyai Mizuki soal rencana kami?”

“Aku dapat email dari Mizuki-san. Itu saja.” Jawab Mikihiko dengan wajah panik. Sayang jawabannya itu mendapatkan respon yang berbeda 180 derajat dari harapannya. dan semua itu karena raut panik yang muncul di wajahnya.

“Benarkah? Miki, kau bertukar Alamat email dengan Mizuki?”

“Ya. Biasanya teman melakukan itu, kau tahu.”

Setelah Mikihiko menghentikan pembicaraan itu secara sepihak, tatapan Erika pun berubah darinya menuju Leo yang sedang duduk di sebelahnya.

“Apa kau punya email Mizuki?”

“Tidak. Aku tidak begitu membutuhkannya.”

Mereka bisa berhubungan lewat group chat dan video call yang umum digunakan sebagai moda komunikasi di zaman sekarang. Jika seseorang ingin berkomunikasi lewat tulisan, kebanyakan pasti menggunakan massage board yang hanya bisa diakses oleh anggota kelompok yang terdaftar. Email biasanya digunakan untuk komunikasi yang lebih penting dan biasanya digunakan untuk mengirim rangkuman informasi atau sebagai alat komunikasi rahasia yang hanya melibatkan sedikit orang. Jujur saja, Tatsuya tahu email milik Erika dan Mizuki, tapi dia tidak memberikannya pada Mikihiko. Karena itu Tatsuya sedikit merasa bersalah atau lebih tepatnya dia yakin dia telah membuat kesalahan karena mengetahui Alamat email pribadi milik gadis lain. Di sisi lain, wajah Mikihiko terlihat sangat merah.

Erika yang melihatnya hanya nyengir lebar dengan ekspresi puas. Di sebelah Mikihiko, Mizuki juga terlihat membuang pandangannya dan tidak mau menatap orang-orang yang ada di meja, wajahnya sama merah dengan Mikihiko. Sebagai tambahan dan mencegah salah paham, Tatsuya dan kawan-kawan mendekatkan 2 meja bundar dan duduk mengelilingi kedua meja tersebut dengan urutan mulai dari Erika, Mizuki, Mikihiko, Leo, Shizuku, Honoka, Tatsuya, dan Miyuki.

Mikihiko yang tidak tahan pun akhirnya mencoba membela diri.

“Ayolah, kau salah paham! Bukan aku saja yang punya Alamat email Shibata-san. Miyuki-san dan Mitsui-san dan Kitayama-san juga pasti punya!”

Sayang sekali. Usahanya malah berbalik menariknya ke dalam lumpur rasa malu.

“Bagaimana denganmu, Tatsuya?”

“Tidak punya.”

Mikihiko menatap Tatsuya seakan temannya itu sudah mengkhianatinya, tapi Tatsuya sama sekali tidak terintimidasi dengan tuduhan palsu itu.

“Ngomong-ngomong Erika…” Tapi, Tatsuya yang merasa Mizuki sudah tidak kuat lagi pun berusaha membelokkan pembicaraan. “Apa kalian benar-benar terlambat?”

Erika mengernyitkan alis dan berkata, “Ya. Seperti itu lah.”

Dengan sistem transit modern yang berhasil mengeliminasi kemacetan lalu lintas, aneh rasanya jika keterlambatan mereka terlalu lama dari batas toleransi yang berlaku. Itu artinya ada masalah yang terjadi di tengah perjalanan. Masalah itu mungkin sangat tidak biasa sehingga mereka tidak bisa mengabaikannya. Erika mulai menatap ke kejauhan.

“Bus yang berisi orang-orang yang ingin datang ke Kompetisi bertemu dengan para demonstran di pintu masuk.” jawab Mizuki yang ingin lepas dari problematikanya dengan Mikihiko.

“Demonstran?” tanya Honoka. Hotel ini dan pintu masuk markas memiliki jarak yang cukup jauh, jadi mereka tidak tahu apa yang terjadi meski ada keributan disana.

“Ya… Mereka para humanis.”

Semua orang yang ada di meja itu—bukan hanya Tatsuya yang tidak ada di sana, tapi Erika dan Leo yang ada disana—hanya memperlihatkan ekspresi lelah setelah mendengar berita itu.

“Mereka memang selalu begitu.” Erika menunjukkan rasa tidak sukanya. “Mayoritas murid sekolah sihir menjadi tentara adalah sebuah kesalahan—bangun—pihak militer hanya memanfaatkanmu. Yang seperti itu. Memangnya siapa mereka?”

Erika sepertinya sangat terganggu karena dia bersikap lebih rasional daripada biasanya. Untuk semua emosi yang dia keluarkan sekarang, mungkin ada lebih banyak emosi yang dia pendam. Tanpa pilihan lain, Tatsuya pun bersiap untuk memadamkan api yang membakar temannya itu.

“Demonstrasi dan propaganda tidak selalu akurat, yang mereka butuhkan hanya impact saja. Mereka tahu jika argumen menyesatkan adalah yang paling baik. Tapi memang benar kalau 45% dari lulusan Universitas Sihir bekerja pada JDF atau instansi yang berhubungan, dan jumlah mereka juga tidak sedikit. Kurasa berdebat soal jumlah tidak akan banyak membantu.”

“Ayolah Tatsuya. Apa kau membela mereka?”

“Aku? Benarkah?”

Senyum getir Tatsuya seakan berkata ‘Maksudmu aku membela pihak tentara?’

“Ah, benar. Maaf…”

Erika mengerti apa maksud senyuman Tatsuya. Dan entah kenapa rasanya dia juga bisa mengerti jika Tatsuya tidak punya pilihan lain.

“Ngomong-ngomong, Miki…”

“Namaku Mikihiko.”

Mikihiko membenarkan panggilan Erika dengan wajah kesal.

“Kau masih memanggil Mizuki dengan nama Shibata? Kau bisa memanggil Miyuki dengan nama kecilnya, jadi harusnya kau juga bisa melakukan hal yang sama dengan Mizuki.”

“Kita sedang tidak membicarakan hal itu!”

Sayangnya, jawaban yang dia berikan dibayar dengan candaan teman-temannya.

155: But the consideration

 

Chapter 5-6     Daftar Isi     Chapter 6-1


Komentar

Postingan Populer