I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 134

 Disclaimer: This novel isn't mine.

XXX

Duke-sama terkejut saat mendengar pertanyaanku.

Sesaat setelah kata-kata itu keluar dari mulutku, aku langsung merasa menyesal. Apa yang baru saja kukatakan!? Kenapa aku bertanya seperti itu padanya...!? Duke-sama bahkan belum pernah berkata jika dia menyukaiku...

"Tunggu... tolong lupakan saja pertanyaan tadi." kataku dengan wajah merah.

"Oh? Kau benar-benar ingin tahu?" tanya Duke-sama dengan ekspresi jahil.

Ugh... sikap terlalu percaya diri dan sombong itu...

"Tidak. Aku tidak butuh jawaban apa-apa."

Tiba-tiba Duke-sama berjalan ke arahku.

Kenapa dia berjalan mendekatiku!? Ruangan ini tidak seberapa besar, dan aku tidak bisa lari kemanapun.

Saat dia berjalan ke arahku, aku mengambil langkah mundur. Hal itu terus terjadi hingga punggungku menabrak kaca yang ada di belakangku. Pada akhirnya, jendela yang ada di di sana mencegahku untuk kabur dari Duke-sama.

... Tenangkan dirimu, Alicia. Dalam situasi seperti apapun, kau harus tetap tenang dan percaya diri. Aku tidak bisa menyebut diriku wanita jahat jika aku tidak bisa menangani masalah seperti ini. Agar tetap tenang, aku mengulang kalimat itu seperti mantra dalam kepalaku.

Sayangnya, aku masih merasa tertekan dengan aura yang dipancarkan oleh Duke-sama.

... Tidak... aku tidak boleh menyerah. Kelakuan seperti itu tidak pantas bagi wanita jahat yang tangguh. Jika aku kalah di sini, semua kerja kerasku akan berakhir sia-sia. Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak boleh kalah dari laki-laki ini!

Dengan pikiran seperti itu, aku mulai mengeraskan otot-otot wajahku.

Tapi, di saat yang sama, Duke-sama sudah berada di dekatku dan menutup semua jalan kabur yang kumiliki. Tangannya diletakkan di sebelah kepalaku dan tubuhnya mengurungku dengan sempurna.

... Bukannya ini sangat populer di duniaku yang dulu? Kabedon? Wall slam?? Aku baru sadar jika wajahnya berjarak sangat dekat dari wajahku. Di jarak seperti ini dia pasti bisa mendengar degup jantungku dengan sangat jelas...

Tahan, Alicia. Bernafas seperti biasa... tarik nafas... buang nafas... Jangan biarkan dirimu kalah hanya karena kedekatan ini!

Untuk saat ini aku masih bisa menahan ekspresi wajahku.

... Tidak bisa. Aku merasa jika wajah Duke-sama terlalu tampan dari sudut manapun. Realita memang benar-benar tidak adil! Bagaimana bisa laki-laki sepertinya memiliki kulit yang sangat lembut...? Semua wanita di dunia ini pasti menangis karena dia!

Saat aku terus menatap wajahnya, aku bisa melihat semburat pink yang mulai mewarnai pipinya.

Huh? Aku tidak percaya. Aku tidak pernah berpikir jika laki-laki kejam seperti dia akan tersipu seperti ini... Apa aku sedang bermimpi?

"Jangan menatapku seperti itu."

"Kalau kau tidak suka, apa aku harus menutup mataku dengan tangan?" tanyaku sambil menyeringai.

Wajahnya terlihat malu saat mendengar responku. Apa aku barhasil membalik situasi ini?

Dari sudut pandangku, aku bisa melihat rambut biru laut Duke-sama yang sedikit menutupi matanya.

"Rambutmu sangat indah." kataku sambil menyisirnya ke belakang. Dari sudut ini aku harus menjulurkan tanganku untuk melakukannya.

Meski posisi kami tidak terlalu nyaman, aku tidak bisa tidak mengagumi rambut Duke-sama yang menempel pada tanganku. Rambut biru laut itu terasa sangat lembut dan berbau wangi. Perawatan macam apa yang dia lakukan hingga rambutnya bisa sebagus ini?

Saat aku sedang berpikir, aku terus mengelus rambutnya. Tapi, tiba-tiba Duke-sama menggenggam wajahku.

"Aha yang hau lahuhan?" (Apa yang kau lakukan?) tanyaku dengan kata-kata yang tidak terlalu jelas.

Sepertinya dia menggencet pipiku hingga wajahku terlihat aneh. Jika orang lain melihatku dalam kondisi seperti ini, aku harus membuang mimpiku jauh-jauh.

Aku berhenti memainkan rambutnya dan berusaha untuk melepaskan pegangannya, tapi sayang tangan-tangan itu tidak mau lepas. Kuat sekali!

Duke-sama menghela nafas.

Apa maksudnya itu?

"Aku ingin menguncimu di suatu tempat." gumam Duke-sama sambil menempelkan dahinya ke dahiku. Di posisi ini, aku bisa melihat mata Duke-sama dengan sangat jelas.

Mengunciku...? baru kali ini dia mengatakan sesuatu yang seprovokatif itu kepadaku.

Jika dia bukan laki-laki tampan seperti ini, para wanita mungkin akan langsung memarahinya karena berkata seperti itu. Atau setidaknya mereka akan ditangkap dengan tuduhan pelecehan seksual... Tapi hal itu tidak akan pernah terjadi padanya. Kekuatan wajah tampan memang tidak boleh diremehkan.

Apa mungkin inilah sosok Duke-sama yang sesungguhnya? Baik di dalam game dan kenyataan, aku tidak pernah melihat sikapnya yang seperti ini.

Ugh... jangankan kata-katanya... wajahnya saja sudah cukup kuat untuk meledakkan jantungku.

Ada kilatan liar di matanya saat dia menatapku... rasanya Duke-sama ingin memakanku hidup-hidup.

Untuk sekarang... aku harus melakukan sesuatu pada situasi yang sangat tidak nyaman ini. Aku merasa jantungku tidak akan kuat menahan serangan untuk waktu yang lebih lama lagi.

Aku memundukkan kepalaku dan terus berpikir. Beberapa saat kemudian aku mengayunkan kepalaku sekuat tenaga...

Owww! Aku berhati-hati agar suaraku tidak keluar, tapi dalam hati aku ingin menangis sekencang-kencangnya.

Duke-sama menatapku dengan wajah terkejut. Aku tidak tahu apakah itu karena kekuatan sundulanku atau karena keberanianku, tapi yang penting aku sudah berhasil membuat jarak diantara kami berdua. Setelah menerima sundulanku Duke-sama terhuyung ke belakang dan bersandar pada meja yang ada di belakangnya. Meski begitu dia tetap menatapku.

Ternyata menyundul kepala seseorang itu rasanya sangat sakit, dan sepertinya dahiku memerah karenanya. Tapi ini bukan saat yang tepat untuk memikirkannya.

Setelah serangan pertama itu, aku langsung mendekati Duke-sama dan tidak memberinya waktu untuk merespon balik.

Aku langsung mencengkeram wajahnya dengan 1 tangan. Aku merasa puas dengan hasil kerjaku dan tersenyum lebar saat melihat reaksinya.

Untungnya posisi Duke-sama sudah setengah berbaring di atas meja. Jika dia berdiri seperti biasanya, aku tidak mungkin bisa melakukan hal ini.

"Mengunciku? Jangan buat aku tertawa. Aku punya alasan kenapa aku harus mengurung diri selama 2 tahun... Ayahanda melakukannya bukan tanpa alasan! Jadi jangan berpikir jika kau bisa seenaknya menyuruh-nyuruhku seperti itu." kataku sambil menatapnta tajam.

Duke-sama sama sekali tidak berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku. Dia hanya menyipitkan matanya dan menarik tanganku dengan kuat. Aku yang tidak siap langsung jatuh ke dalam pelukannya, dan di detik itu juga aku bisa merasakan aroma Duke-sama yang mulai menyelimutiku.

Dia... Baunya sangat wangi.

Berada dipelukannya terasa sangat nyaman dan menenangkan... Harusnya. Tapi sesuatu di dalam dadaku sama sekali tidak bisa tenang. Sebaliknya, sesuatu itu mulai menari-nari sekuat tenaga.

"Maaf. Aku sama sekali tidak bermaksud begitu. Aku hanya kehilangan pikiranku selama beberapa detik." bisik Duke-sama tepat di telingaku.

"Kenapa...?"

Duke-sama menghela nafas saat mendengar pertanyaanku.

"Aku hanya ingin kau tahu jika aku juga sudah berusaha sekuat tenaga. Kadang kau benar-benar membuatku gila."

Duke-sama terdengar sangat jengkel, tapi aku tidak tahu dia merasa jengkel pada siapa. Padaku? Atau pada dirinya sendiri?

Meski begitu, tubuhku langsung menegang saat mendengar jawabannya. Dalam keheningan itu yang bisa kudengar hanya degup jantung yang sangat keras... Tapi aku tidak tahu siapa pemilik suara detak jantung itu.

Meski itu bukan milikku, apa itu penting? Yang kutahu jantungku juga berdegup dengan sangat kencang hingga dadaku terasa sakit. Rasanya jantungku bisa keluar kapan saja jika detaknya bisa sekuat ini.

"Alicia, kau tidak pernah takut menapaki jalan berduri demi meraih mimpimu. Kau tidak pernah tidak serius saat itu berhubungan dengan tujuanmu dan kau tidak pernah memalingkan mukamu dari masalah yang menerpamu. Kau cerdas, kuat, bermartabat, dan sangat cantik." kata Duke-sama.

Sudah cukup. Aku merasa malu saat mendengar semua pujian itu... Wajahku pasti merah padam sekarang. Aku juga yakin jika Duke-sama bisa merasakan panas yang memancar dari wajahku... Tidak mungkin dia tidak bisa menyadarinya dari jarak sedekat ini.

Dan lagi, sekarang wajahku pasti sudah semerah apel dan jantungku berdetak dengan sangat cepat. Jika tadi saja suaranya sudah sangat keras, aku yakin jika sekarang suaranya persis seperti genderang perang.

Belum selesai sampai di situ. Kata-katanya juga membuatku panas dingin, bahkan sesak nafas! Kalau begini terus aku bisa pingsan kapan saja.

"Kau sangat menawan."

Sungguh, kata-kata itu sangat mematikan. Serius. Rasanya kakiku berubah jadi jeli hanya karena mendengarnya.

Jika aku gadis biasa, aku pasti langsung jatuh cinta padanya detik ini juga. Tapi karena aku adalah wanita jahat, aku harus bisa menahan diriku. Aku terus berdiri tegap untuk melindungi harga diriku, padahal kakiku terasa sangat lemas.

Beberapa saat kemudian Duke-sama melepaskan tanganku dan berjalan keluar ruangan.

Meski dia yang membawaku ke sini, tapi sekarang dia malah mau pergi mendahuluiku! Dasar tidak sopan.

Tapi, semakin cepat dia pergi, semakin cepat aku bisa menenangkan diriku, apalagi sekarang wajahku berwarna merah padam. Tidak ada yang boleh melihatku dalam kondisi seperti ini... Apalagi dia. Hanya karena melihat wajahku selama beberapa detik, Duke-sama bisa menunjukkan senyum yang sangat lebar. Tapi untungnya dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya berjalan pergi sambil tersenyum.

Apa... Alasannya menarikku ke ruangan ini adalah karena dia ingin menggodaku?

Setelah pintu tertutup sempurna aku langsung menjatuhkan tubuhku ke lantai. Aku sama sekali tidak punya energi untuk kembali berdiri. Untung saja tidak ada orang di ruangan ini.

"Alicia?"

Beberapa menit kemudian Gilles muncul dan menatapku dengan wajah terkejut.

'Sudah selesai baca bukunya?' aku ingin bertanya seperti itu kepadanya, tapi tampaknya tubuhku tidak punya cukup kekuatan untuk melakukannya.

"Apa yang terjadi? Beberapa menit yang lalu Duke keluar dengan wajah yang sangat bahagia, tapi kau malah tidak keluar-keluar." tanyanya sambil memperhatikan keadaanku.

Duke-sama terlihat bahagia? Apa dia mengatakan semua itu karena tahu aku akan bereaksi seperti ini?

Awalnya aku berpikir jika Duke-sama adalah laki-laki yang baik... Tapi ternyata dia punya sifat yang sangat sadis, dan sifat itu mulai muncul ke permukaan sekarang.

"Wajahmu sangat merah... Tapi kurasa itu bukan karena demam, iya kan?"

"... Tunggu aku menenangkan diri dulu. Setelah itu kita pergi dari sini." kataku sambil menyenderkan punggung ke tembok.

"Oke." jawab Gilles sambil membukakan jendela yang ada di dekatku.

Otakku mulai beristirahat dan aku kembali merasa tenang. Begitu juga dengan detak jantungku, kecepatannya mulai kembali normal.

Gilles duduk di sampingku dan kembali membaca bukunya. Sepertinya dia tidak sempat menamatkannya tadi.

Kami berdua duduk dalam diam dan menghabiskan waktu bersama sambil menikmati siraman cahaya matahari dan semilir angin yang terasa sangat nyaman.




Komentar

Postingan Populer