I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 126

 Disclaimer: novel ini bukan milik saya.

πŸ’€πŸ’€πŸ’€πŸ’€πŸ’€

"Eh!?"

"Bahkan Al-nii dan semua temanku yang bergabung dalam kelompok fans berani matinya Liz berhenti berkata buruk tentangmu saat ada Duke di sekitar mereka."

"Apa Duke-sama benar-benar membunuh mereka berdua?"

"Ya. Dia melakukannya." kata Henry-oniisama sambil menganggukkan kepalanya.

'Ya, dia melakukannya'...kenapa oniisama bisa bicara dengan tenang seperti ini?

Tunggu! Jika Duke-sama benar-benar sudah membunuh orang, kenapa dia masih punya banyak penggemar? Apa karena dia punya wajah yang tampan!? Apa wajah tampannya itu membuatnya bisa melakukan semua yang dia mau tanpa hukuman sama sekali!?

Lalu, soal pembunuhan itu... Bukannya Duke-sama jadi terlihat agak menakutkan? Jika dia terus bertingkah seperti itu, genre cerita ini akan berubah dari komedi romantis menjadi horror thriller.

Ngomong-ngomong, saat aku sedang memainkan gamenya, aku ingat jika Duke-sama punya cerita masa lalu yang kelam. Meski aku lupa detailnya, yah kurasa karakternya memang sudah gloomy dari awal. Tapi, setelah dia jatuh cinta pada Liz-san sifatnya perlahan berubah menjadi lebih baik.

Tunggu... Dia sekarang jatuh cinta kepadaku, bukan heroine! Apa itu artinya sifat kejamnya masih tersisa?!

"Hari ini pertama kalinya aku melihat Duke tertawa lepas seperti itu." kata Henry-oniisama sambil tersenyum. Yang dia lakukan mungkin terlihat biasa saja, tapi aku bisa tahu jika dia benar-benar merasa bahagia untuk Duke-sama.

"Aku punya banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan... Tapi aku akan menyimpannya untuk nanti. Aku akan langsung bertanya pada Duke-sama." kataku menyerah.

Aku tersenyum pada Henry-oniisama dan mulai beranjak dari dudukku, tapi Henry-oniisama menghentikanku.

"Tunggu! Tunggu sebentar! Bisakah kau memberitahuku kenapa matamu sekarang jadi seperti itu?"

"Kau baru tanya itu sekarang!?" timpal Gilles.

"Aku tidak menemukan waktu yang tepat untuk bertanya..." kata Henry-oniisama dengan wajah malu-malu.

Hm... Apa aku boleh memberitahunya? Atau lebih baik jika aku membiarkannya menjadi sebuah misteri?

Mel dan Duke-sama sudah tahu soal ini... Dan sepertinya mereka bukan orang-orang bermulut ember.

"Kalau kau tidak mau mengatakannya, tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksa. Lagipula penampilanmu jadi terlihat jauh lebih keren... Terutama penutup mata itu." kata Henry-oniisama sambil tersenyum lebar.

Kurasa aku bisa jujur pada Henry-oniisama. Lagipula dia adalah salah satu orang yang ada di pihakku, jadi tidak apa-apa jika aku jujur kepadanya, kan?

"Aku yang membuatnya." kata Gilles dengan nada bangga.

"Benarkah!? Kau hebat juga."

"Iya kan? Meski Alicia hanya punya 1 mata sekarang, bukannya dia tetap kelihatan anggun?" tanya Gilles yang berusaha mengubah topik pembicaraan.

Tapi sekarang tidak ada orang lain di sekitar sini... Jadi tidak apa-apa jika aku memberi tahu Henry-oniisama sekarang.

"Aku memberikannya pada orang lain." kataku sambil menatap Henry-oniisama. Matanya melebar saat mendengar jawabanku, tapi dia malah menepuk kepalaku dengan lembut.

"Kau tidak pernah gagal membuatku takjub. Itu adalah bagian tubuhmu, jadi kau bebas menggunakannya untuk apapun yang kau mau. Aku tidak akan menceramahimu atau apa."

"Henry-oniisama, aku benar-benar suka dengan sifatmu yang seperti ini."

"Terima kasih! Tapi kurasa Duke akan marah kalau tahu soal ini."

"Ya... Dia sangat marah. Ah, mungkin aku harus bilang kalau dia pasrah saja?"

"Kau sudah memberitahunya!?"

"Ya. Itu salah satu alasan kenapa aku mendobrak masuk ke dalam kafetaria hari ini."

... Kalau kupikir lagi, sepertinya aku sudah melakukan sesuatu yang lumayan jahat di depan banyak orang. Aku bahkan menarik kerah baju pangeran negeri ini! Woow... Kedengarannya jahat sekali! Namaku pasti akan tercantum dalam buku sejarah karena telah berani melakukan hal seperti itu.

Atau... Mungkin tidak. Mencantumkan nama dalam sejarah tidaklah semudah itu.

"Ah... Itu alasan kenapa dia terlihat sangat kesal hari ini..."

"Mood Duke-sama kelihatan buruk?"

"Ya. Saking buruknya dia menolak untuk berbicara dengan siapapun." katanya sambil tersenyum kecut.

Jumlah pertanyaan yang kusimpan menjadi semakin banyak. Kalau begini aku tidak akan bisa mengingat semuanya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu."

"Ah, tunggu! Pertanyaan terakhir." kata Henry-oniisama.

Rasanya aku akan menyesal jika mendengarkan pertanyaan ini... Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa.

"Apa kau berhasil mencapai level 90?" tanyanya sambil menatapku dengan serius.




 

Komentar

Postingan Populer