I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 129

 Disclaimer: not mine, oke!

🐭🐭🐭🐭

{Apa kau tidak bisa bicara dengan lancar?}

Tiba-tiba aku mendengar suaraku sendiri dari suatu tempat. Itu adalah kata-kata yang kuucapkan pada gadis mob yang tiba-tiba menghampiriku tadi pagi.

{Apa kau tidak bisa bicara dengan lancar?}

Sekali lagi... aku bisa mendengar nada mencemooh itu menggema di dalam kafetaria.

... Mendengar dirimu sendiri mengatakan hal seperti itu berkali-kali ternyata memalukan juga... iya kan? Apa mereka ingin membuatku malu?

Apa ini semacam sihir? Tapi ini sihir elemen apa...?

Ahh... aku tidak bisa ingat! Kurasa aku pernah membacanya di suatu tempat, tapi aku lupa di mana... sepertinya studiku tidak berbuah terlalu manis.

"Bisakah kau menghentikan rekaman itu?" kataku sambil tersenyum.

Aku melirik ke lantai 2 dan mendapati lantai itu kosong hari ini. Sayang sekali. Jika masalah seperti ini akan terjadi, aku ingin semua ini terjadi tepat di depan wajah Liz-san.

"Untuk apa? Bukannya itu semua kata-katamu? Kau sudah mengatakannya dengan penuh percaya diri tadi pagi, jadi bukankah kau merasa bangga saat mendengarnya sekarang!?"

Orang pertama yang menjawab pertanyaanku adalah gadis mob yang kutemui tadi pagi. Dia terlihat seperti gadis tradisional dengan penampilan ortodoks. Bisa dibilang dia adalah tipe orang yang akan senang saat "berteman" dengan Liz-san.

Rambutnya yang twintail rendah mendekati leher dan bahu sebenarnya bisa terlihat elegan, tapi dia tidak bisa memaksimalkan gaya itu... Hampir semua ujung rambutnya terbelah dan malah menghancurkan kemungkinannya untuk terlihat lebih elegan... lalu wajahnya terlalu imut. Dia bisa menggunakan gaya ini saat usianya lebih muda dari ini. Tapi sekarang, model rambut twintail tinggi akan lebih cocok dengan wajahnya.

Tapi dia tidak akan mendengar saran ini dariku. Jika dia memang ingin terlihat jelek, kenapa aku harus menghentikannya?

"Apa yang kau lihat!?" hardiknya dengan nada keras.

"Ah, maaf. Aku hanya berpikir kalau kau ini sama sekali tidak punya daya tarik. itu saja~."

"Apa katamu!?" teriaknya marah. Sepertinya dia mau menghina orang lain, tapi dia tidak mau menerima hinaan orang lain kepadanya. Rasanya lucu saat melihatnya marah karena kata-kata sederhana seperti ini.

... Tapi telingaku tidak setuju dengan nada suaranya yang terlalu tinggi. Suaranya mengerikan sekali. Apa dia sengaja? Apa ini rencananya? Apa dia mau menghancurkan gendang telingaku? Niatnya sungguh keji.

Aku melirik ke sekitar dan tidak ada yang merasa aneh dengan histeria yang ditunjukkan gadis itu. Mereka semua terlalu sibuk menatapku. Tatapan mereka bahkan lebih parah dari rasa benci dan tidak suka... rasanya mereka semua ingin agar aku segera menghilang dari sini. Jika mereka punya kemampuan itu, aku yakin mereka akan langsung menendangku dari akademi ini sekarang juga.

Jadi inikah yang harus dirasakan oleh para wanita jahat sebelumku? Mereka harus menerima kemarahan seluruh sekolah dan berhasil mengalahkan mereka semua. Aku harus membuat mereka semua bangga padaku! Aku tidak boleh kalah di sini!

"Apa yang terjadi?" aku bisa mendengar suara Liz-san yang tiba-tiba muncul dari belakangku.

Kebetulan yang luar biasa! Akhirnya heroine muncul di atas panggung. Aku yakin para admin game ini akan bersorak gembira jika melihat event ini.

"Tahan dirimu, Alicia. Ujung bibirmu naik tuh!" bisik Gilles. Dia tidak terlihat panik dan wajahnya tetap datar seperti papan. Aku menata ulang ekspresiku dan kemudian aku menoleh ke belakang.

Di sana ada Liz-san dan para pemujanya.

Setelah hidup dikelilingi para lelaki tampan dan wanita cantik, kemunculan mereka sama sekali tidak berefek padaku, tapi berbeda dengan para murid yang ada di tempat ini. Mereka semua langsung berteriak histeris saat melihat Liz-san dkk.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Gadis mob itu langsung mendorongku ke samping dan berlari menuju Liz-san. Di saat yang sama dia terus mencuri pandang ke arah para laki-laki tampan yang ada di belakang sang heroine. Setelah dia sampai di depan Liz-san, dia membuka mulutnya.

"Liz-sama! Wanita itu mengatakan hal yang sangat kejam dan kasar kepadaku! Kau harus mendengar apa yang dia katakan padaku tadi pagi!"

Kau tahu? Kata-katamu akan terdengar lebih meyakinkan jika kau berhenti melirik Duke-sama seperti itu. Apa tidak ada yang memberitahumu jika berbicara tanpa menatap lawan bicaramu adalah hal yang sangat tidak sopan? Dan parahnya, kau tidak melakukannya kepadaku (musuhmu) tapi pada Liz-san yang selalu kau puja. Kalau kau benar-benar ingin memujanya, kau harus memperhatikan tata kramamu pada Liz-san. Jika tidak orang-orang akan mempertanyakan loyalitasmu padanya.

Tapi, aku sama sekali tidak punya kewajiban untuk mengatakan hal itu kepadamu. Tugasku hanya mengawasi Liz-san... Lagipula, aku tidak bisa menyingkirkan kesempatan belajar sebagus ini kan?

Saat kau sudah dewasa, tidak ada yang akan mengajarimu tata krama lagi. Orang-orang yang ada di sekitarmu hanya akan melihat dan mengolok ketidak tahuanmu.

Kita semua memang masih murid, tapi itu tidak lama.

Dan lagi... Status sebagai murid tidak memberimu hak khusus agar kau bisa memfitnah seseorang. Itu hanya kelakuan kasar, tidak masuk akal, dan sangat kekanakan. Dasar bodoh.

"Ya ampun, sebelum mengkritik orang lain, seharusnya kau memperhatikan dirimu sendiri dan bagaimana tata kramamu pada orang lain, iya kan?"

Saat gadis mob itu menerima tatapanntajam dariku, dia terlihat ketakutan. Beberapa saat kemudian seseorang berteriak kepadanya.

"Marika*! Putar rekamannya sekali lagi!"

"Eh!? Ah.. Ah, oke!"

Jadi namanya Marika? Nama yang aneh untuk setting eropa abad pertengahan seperti ini.

{Apa kau tidak bisa bicara dengan lancar?}

Sekali lagi, suaraku menggema di dalam kafetaria luas itu.

Apa ada sihir yang bisa membuatmu merekam suara seseorang di dunia ini?

"Mel." Duke-sama tiba-tiba buka suara.

... Mel?

"Ufufufufu!"

Setelah namanya disebut, aku bisa mendengar tawa seram itu dengan sangat jelas. Tidak lama kemudia, kami semua mencium bau wangi yang tiba-tiba muncul begitu saja.

"Aliiii...~"

Tiba-tiba, tanpa kusadari, Mel sudah berdiri tepat di sampingku.

"Geh!" Gilles pun merasa sangat kaget dengan kemunculan gadis itu yang sangat tiba-tiba.

"Kau kan...?" ucap Liz-san sambil memiringkan kepalanya.

Sinar mata Mel langsung berubah. Mata itu langsung menghujam tepat ke arah Liz-san, lalu gadis manis itu berkata dengan senyum merekah.

"Awww.. Jadi kau masih mengingatku? Padahal kita hanya bertemu sekali~~, iya kan? Mel sangat senang~~!"

Dari kata-katanya, kau mungkin berpikir jika Mel benar-benar merasa senang... Tapi, bulu kuduk yang ada di tengkukku berkata lain.

Suaranya memang terdengar ceria, tapi itu hanya di permukaannya saja. Matanya... Terlihat terlalu tajam untuk senyum mataharinya.

Ada yang bilang jika tatapan mata bisa setajam pisau, tapi kurasa itu sama sekali tidak benar. Mata Mel tidak seimut pisau-pisau itu. Matanya lebih mirip sebuah katana tajam yang bisa menebas apa saja. Mereka tidak hanya menusuk, tapi juga bisa menebas tubuh dan jiwa dengan mudah.

Jika orang bisa membunuh hanya dengan tatapan mata mereka, maka Mel akan langsung keluar sebagai pemenang di detik pertama. Mata imut bak boneka itu terlihat sangat menyeramkan saat sedang marah. Rasanya Mel sudah berubah menjadi seorang iblis yang siap menumpahkan darah seseorang.

"Awww... Tidak perlu khawatir. Setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku akan langsung pergi dari sini~~."





Komentar

Postingan Populer