I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 131

Disclaimer: this novel isn't mine.

☀☀☀☀☀☀

"Penampilan fisiknya?" tanya Liz-san sambil mengernyitkan alis. Seluruh orang yang ada di kafetaria juga menutup mulut mereka rapat-rapat untuk mendengar jawaban sang saintess.

"Ya, benar sekali. Aku ingin kau menilai penampilan fisiknya."

"Aku... Tidak bisa melakukannya... Penampilan fisik bukan segalanya! Kenapa kau harus menilai seseorang hanya dari hal seperti itu!?" ucapnya dengan nada menghakimi.

Aku tahu kalau dia akan mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku sudah menunggu momen ini!

"Tidak peduli bagaimana penampilan fisiknya, aku tetap menyukai Emma apa adanya! Siapa yang peduli jika dia tidak berdandan seperti gadis lainnya!?" kata Liz-san dengan nada yakin.

Semua pengagum Liz-san mulai bersorak saat mendengar jawaban Liz-san. Mereka semua mengangguk dengan wajah setuju.

"Ini bukan masalah suka atau tidak suka. Kita sedang membicarakan perkiraan nilai seseorang, sesuatu yang pasti dimiliki oleh setiap orang di dunia ini. Dan untuk masyarakat luas, sesuatu itu tidak dilihat dari apa yang ada di dalam diri orang tersebut. Penampilan seseorang sudah cukup untuk membuat sebuah penilaian."

"Itu tidak benar!" teriak Liz-san yang tidak setuju denganku.

"Ya! Itu mengerikan!"

"Orang dengan hati seburuk dirimu harusnya tahu diri! Cepat pergi dari akademi ini!"

Tiba-tiba semua orang mulai menghinaku. Rasanya aku seperti dipindahkan ke sebuah kebun binatang yang sangat ramai. Kuharap mereka bisa menutup mulut untuk mengurangi polusi suara...

"Apa kau tahu? Masalah seperti ini pernah diteliti. Peneliti itu membandingkan bagaimana perlakuan yang didapatkan oleh orang yang menggunakan baju lusuh dan kotor dengan orang yang menggunakan baju bersih dan rapi saat mereka berdua sedang tergeletak di pinggir jalan."

Setelah aku mengatakannya, mereka semua terdiam dan mulai mendengarkan. Kurasa pelajaran tata krama mereka tidak seburuk yang kuduga. Mereka paham bagaimana etiket bersosialisasi dengan orang lain.

"Menurutmu, bagaimana hasil penelitian itu?" tanyaku sambil menatap Liz-san. Gadis itu hanya menutup mulut rapat-rapat.

Jadi dia tahu soal ini. Ternyata otak indahnya masih bisa diajak berpikir.

Syukurlah, dia bukan saintess idiot yang hanya bisa mengatakan hal-hal manis pada semua orang.

"Tidak ada orang yang mau berhenti dan menolong orang yang menggunakan baju lusuh dan kotor. Tapi jika yang meminta tolong adalah orang berbaju bersih dan rapi, orang akan segera menghampirinya. Ini adalah 1 contoh dari efek baju yang dikenakan seseorang. Kedua situasi itu diperagakan oleh orang yang sama, jadi kita bisa yakin jika inner beauty nya sama sekali tidak punya efek pada orang lain." setelah itu aku tersenyum dan melanjutkan. "Manusia adalah makhluk yang hidup dengan memilih orang lain. Mungkin hal itu memang dilakukan tanpa sadar, tapi hal itu tidak menghapus fakta jika memang ada orang yang terpilih dan orang yang dibiarkan begitu saja tanpa melihat alasannya."

"Apa hubungan semua itu dengan Emma?" tantang Liz-san. Di sebelahnya, Emma hanya menganggukkan kepala dengan kuat.

"Kalau boleh aku menilai penampilannya... Hm, coba lihat... Ya. Aku akan memberi Emma 3 poin. Sekarang, apa yang akan terjadi jika Emma terkapar di pinggir jalan?" kataku sambil memperhatikan Emma dari atas hingga bawah. Di sisi lain, Emma terlihat sangat terkejut hingga lupa menutup mulutnya. Liz-san sepertinya juga merasakan hal yang sama dengan temannya itu. Keduanya menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Tunggu, 3 poin? Kau menilainya dari mana?" bisik Gilles sambil menatap Liz-san dan Emma dengan sinis.

"Aku kasihan jika harus memberinya nilai 0... Aku cuma berbaik hati kepadanya."

"Ini tidak seperti kau yang biasanya, Alicia. Kenapa kau bertingkah seperti saintess?"

"Kasar sekali! Aku juga bisa berbuat baik pada orang lain, kau tahu!"

"Dia gadis manis dan cantik! Dia tidak punya sesuatu yang buruk!" Liz-san tiba-tiba berteriak. Dia menegakkan punggungnya seakan ingin menantangku berduel.

Aku yakin jika kami berhasil menarik perhatian banyak orang. Kuharap ada orang yang mengambil gambar kejadian ini. Ini adalah pertandingan ronde 1 antara saintess dan wanita jahat! Kau tidak boleh melewatkannya!

"Meskipun dia bangsawan, rambutnya tidak terawat dan kelihatan jarang dicuci... karena itu rambutnya terlihat berminyak dan menyatu. Ada benang yang menyembul di kaos kakinya, elastisitasnya juga sudah sangat berkurang... Kurasa itu karena terlalu sering dipakai. Dia tidak terlihat seperti orang yang ingin kujadikan sebagai teman."

Dan aku yakin dia juga tidak mau berteman denganku.

Mata Emma terlihat sangat tajam saat menatapku... Lalu wajahnya... Dia terlihat marah, benci, dan sedih... Atau mungkin ketiganya.

"Aku sama sekali tidak punya masalah dengan orang-orang yang tidak 'berdandan' seperti yang kau katakan, lagipula simpel juga bukan hal yang buruk. Tapi tidak mempercantik diri sendiri juga tidak akan mendatangkan manfaat untuknya. Dia terlihat tidak begitu memperhatikan penampilannya, karena itu dia terlihat tidak menarik."

"Kau bahkan tidak mengenal Emma! Kenapa kau malah mengatakan hal buruk tentangnya tanpa berusaha untuk mengenalnya!?"

"Aku bisa mengatakan semua itu karena aku tidak mengenalnya. Kau pikir berapa banyak orang yang berbisik soal penutup mataku ini? Misalnya, aku ini orang yang berhati baik dan penyayang, apa itu akan menghentikan hinaan mereka kepadaku? Tentu tidak."

Liz-san menatapku dengan mata lebar, sepertinya dia mulai mengerti.

Jika aku terus menekannya seperti ini, mungkin aku bisa mengubah sedikit cara pandangnya.

"Penampilan bukan satu-satunya penilaian yang dilakukan orang lain kepadamu, sikap dan tata krama juga penting. Saat seorang wanita membungkuk untuk mengambil sesuatu, penilaian orang akan berbeda jika wanita itu menutup atau membuka kakinya. Penampilan dan sikapmu lah yang akan dinilai oleh banyak orang. Gadis itu sama sekali tidak menarik, dan sikapnya hari ini terlihat sangat vulgar... Hingga sekarang, kau pikir ada berapa banyak orang yang meninggalkannya karena alasan itu? Dan aku yakin akan ada lebih  banyak orang yang akan meninggalkannya setelah insiden ini berlalu." kataku sambil tersenyum manis.

Wajah Emma yang selama ini terlihat pucat sekarang terlihat sangat ketakutan.

"Meski itu benar, semuanya akan baik-baik saja selama Emma mau memperbaiki dirinya sendiri mulai sekarang!" kata Liz-san

... Untuk sekarang, rasanya Liz-san paham dengan maksud perkataanku, iya kan? Dia sadar jika semua orang akan dinilai dari penampilan mereka.

"Saat bertemu seseorang untuk yang pertama kalinya, kau pasti menggunakan penampilan mereka untuk menilai, itu adalah hal yang lumrah. Di suatu titik tertentu, mungkin mereka akan berubah tapi kau pasti masih mengingat dirinya yang dulu. Kau tidak akan bisa menghentikan pikiran mereka yang berkata jika orang itu tetap sama seperti dulu dan sama sekali tidak berubah."

"Kalau begitu kau hanya perlu berhenti menemuinya dan percaya jika dia benar-benar sudah berubah menjadi lebih baik."

"Dunia akan damai jika semua orang memiliki prinsip hidup sepertimu. Tapi perubahan yang mendadak tidak akan bisa merubah pikiran orang lain dengan mudah. Kesan bagus adalah sesuatu yang membutuhkan waktu... Sama sepertimu, Liz-san. Tapi, semakin bagus citra seseorang, semakin rapuh dia. Hanya butuh 1 kesalahan kecil untuk menghancurkan reputasi orang seperti itu. Dan saat semua orang membalikkan badan mereka, butuh sebuah keajaiban untuk membuat mereka berbalik sekali lagi."

"Itu tidak benar. Orang ingin melihat sisi baikmu. Dia... Bisa berubah mulai sekarang... Dia bisa berubah menjadi orang yang lebih baik lagi." kata Liz-san dengan yakin.

Matanya terlihat sangat percaya jika Emma bisa merubah dirinya menjadi lebih baik mulai sekarang. Dia tidak sekedar bicara omong kosong. Semua orang tahu jika Liz-san benar-benar percaya pada Emma. Itu adalah salah satu alasan kenapa ada banyak orang yang menyukainya.

"Dia memang bisa berubah... Tapi jangan pikir jika semua orang bisa dan mau berusaha untuk melakukannya." kataku dengan tenang.

Sebagai pengawas Liz-san, aku harus memastikan jika dia benar-benar mengerti bagaimana sistem sosial di dunia ini bekerja.

Tentu cara pandangku pada dunia ini tidak sempurna... Jika Liz-san adalah orang yang optimis, maka aku adalah orang yang pesimis. Meski begitu, Liz-san harus sadar jika tidak semua orang akan mengikuti logika idealisnya. Ada orang yang memang suka berbuat kejahatan dan mereka memang tidak mau berubah.

Misalnya, Emma. Dia mungkin punya keinginan untuk berubah, tapi dia juga punya niat untuk menyakitiku. Dia bahkan susah payah menyiapkan rekaman untuk menjebakku di sini. Dia adalah contoh jika tidak semua orang mau menjadi orang baik seperti Liz-san.

Tentu saja aku tidak mempermasalahkannya. Ini adalah bahan ajar yang bagus untuk Liz-san dan ini bisa menjadi alasan kenapa aku menjadi wanita jahat di akademi ini.

Aku sudah memanfaatkan momen ini dengan maksimal. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan di sini, jadi ini saat yang tepat untuk pergi.

... Ah! Tunggu dulu, aku hampir lupa.

Setelah berjalan beberapa langkah, aku berbalik dan berjalan ke arah Emma.

Seluruh mata tertuju padaku. Tidak ada seorangpun yang membuat suara, jadi yang terdengar hanya langkah kakiku saja. 

Saat aku berjalan mendekat, Emma hanya menatapku dengan wajah ketakutan.

"Liz-san tercintamu berpikir kalau kau sudah cukup menarik, jadi kenapa kau tidak berhenti menyembunyikan bintik di wajahmu itu?" bisikku pada Emma.

Matanya terbelalak saat mendengar perkataanku.

"Kenapa... Kau bisa... Tahu?" tanyanya dengan suara parau.

Kebetulan aku menyadarinya. Jika kau melihat wajahnya dari dekat, kau bisa samar-samar melihat bintik-bintik coklat di sana.

Wah... Bahkan Liz-san yang dia akui sebagai teman tidak tahu soal itu. Mungkin aku memang sangat menakjubkan... Ah, tidak. Aku tidak boleh besar kepala karena hal remeh ini.

Aku menenangkan diri dan kembali berjalan ke arah pintu keluar bersama Gilles.

Kakak-kakakku dan para pengikut Liz-san menyingkir dan membuat sebuah jalan untukku. Tentu saja mereka melakukan itu dengan wajah terpaksa dan rasanya mereka ingin membunuhku dengan tatapan tajam mereka.

Semua orang kecuali Curtis-sama dan Duke-sama menatapku seperti itu, tapi mereka berdua terlihat senang saat melihat aksiku. Kenapa mereka bisa menikmati tontonan seperti ini? Apa-apaan mereka itu? Kakek-kakek usia 70-an?

"Alicia-chan... Kalau kau terus seperti itu, suatu saat nanti kau akan dikucilkan oleh semua orang."

Tiba-tiba aku mendengar suara lembut milik Liz-san.

'Suatu hari' katanya... Sekarang saja aku sudah dikucilkan oleh mereka semua.

Tapi itu tidak apa-apa. Selama masih ada Gilles di sampingku, tidak ada masalah yang bisa menggangguku.

"Aku tahu." jawabku sambil terus melangkah pergi dari tempat itu.





Komentar

Postingan Populer