I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 29

Saat siang hari, hutan ini sama sekali tidak menakutkan.

Tapi kenapa saat malam hari suasana di sini terasa begitu mencekam?

Aku menurunkan tudungku hingga menutup seluruh wajahku dan mulai berjalan memasuki kabut yang ada di depanku.

Saat aku keluar di sisi satunya, aku melihat langit yang kelabu. Tidak ada sinar matahari yang bisa mencapai tempat ini, meskipun saat ini memang lebih terang dibandingkan saat malam hari. Karena sinar matahari tidak bisa menembus kabut buatan itu, tempat ini benar-benar seperti terpisah dari dunia luar... ada begitu banyak perbedaan antara desa ini dan kota yang kukunjungi kemarin.

Dan seperti biasanya, saat aku melewati kabut itu aku bisa mencium bau yang sangat menyengat, tapi sekarang aku sudah agak terbiasa. Saat aku pertama kali datang ke desa ini, aku tidak pernah berpikir jika dalam 2 tahun aku akan terbiasa dengan keadaan desa ini.

Aku berjalan perlahan, tapi apa yang kulihat sekarang sama sekali tidak pernah terlintas dalam kepalaku sebelumnya. Aku merasa tidak bisa mempercayai mata kepalaku sendiri.

Perkelahian terjadi di berbagai sudut desa seakan itu adalah hal yang lumrah. Dan suara erangan yang biasanya kudengar sayup-sayup saat malam sekarang bisa terdengar dengan lebih jelas dan keras.

Aku bisa melihat banyak orang yang kehilangan tangan atau kaki mereka... dan bagi orang-orang yang bisa mempertahankan seluruh anggota tubuhnya, kulit mereka ditutupi oleh berbagai macam luka yang terlihat sangat mengerikan.

Aku tidak menyadari hal ini saat datang pada malam hari. Jalan-jalan yang ada di desa juga diwarnai oleh noda merah, bukti jika darah pernah tercecer di sana.

Aku terus mengamati pemandangan yang ada di depanku, tapi semakin aku melihat, semakin aku merasa ketakutan. Aku tidak bisa menahan gemetar yang muncul di sekujur tubuhku.

Baju yang dikenakan oleh orang-orang itu tidak lebih dari sekedar kain gombal compang-camping. Dan rambut mereka juga terlihat sangat kotor... aku sekarang sadar jika mandi adalah sesuatu yang sangat mewah di tempat ini.

Hal yang sangat mungkin mengingat jika air sangatlah langka di sini. Aku tidak pernah melihat kolam dengan air sekeruh itu sebelumnya.

Tiba-tiba aku mendengar teriakan seorang anak kecil.

Saat aku menoleh ke arah suara itu, aku melihat seorang anak kecil dengan darah yang mengalir di wajahnya, dan dia terbaring tidak berdaya di jalanan.

Di depan anak itu ada seorang laki-laki bertubuh besar dengan tongkat besi ditangannya. Permukaan tongkat itu berwarna merah karena darah.

Darah anak itu!? Itu yang muncul di dalam kepalaku. Aku menjadi semakin tidak percaya saat melihat senyum mengerikan di wajah laki-laki itu. Kenapa dia bisa tersenyum seperti itu!?

Tiba-tiba laki-laki itu membuka mulutnya dan tertawa dengan sangat keras.

Dia menggeret tongkat besi itu dan berjalan ke arah si anak kecil. Tubuhku tidak bisa berhenti gemetaran saat melihat pemandangan mengerikan itu.

“Alicia, kenapa kau ada di sini sekarang!?” aku mendengar suara kakek Will dari belakangku.

Sebelum aku bisa mengatakan apa-apa, kakek mendorongku hingga menabrak sebuah pohon.

“Cepat pergi. Dan jangan pernah datang ke sini saat siang hari!”

Setelah mendengar peringatan kakek Will aku langsung berjalan sempoyongan untuk menembus kabut yang ada di belakangku. Setelah itu aku berjalan ke arah mansion tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

Aku berjalan dan terus berjalan, bahkan saat mansion keluargaku sudah ada tepat di depanku. Aku masih tidak bisa melupakan apa yang baru saja kulihat di desa itu.

Tempat itu... desa Roana itu.

“Alicia-sama! Anda dari mana saja!?” tanya Rosetta yang berjalan ke arahku.

Tapi aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku hanya bisa berdiri diam sambil melihatnya berjalan ke arahku.

“Alicia-sama? Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Rosetta sambil mengamati wajahku.

Apa yang terjadi pada anak itu...

Aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku hanya berdiri dan melihat. Aku merasa sangat ketakutan hingga aku tidak bisa bergerak sedikitpun.

“Alicia-sama?”

Aku tidak bisa mengulurkan tanganku kepadanya...

Ini kali pertamanya aku merasakan hal seperti ini. Rasa sedih, bersalah, dan penyesalan yang amat sangat... aku sangat lemah. Sangat amat lemah dan tidak berguna.

Sudah berapa kali aku berkata jika aku ingin menjadi wanita jahat?

Saat mengingat ketidak pedulianku dan kesombonganku yang tidak berguna, sebuah kemarahan pun muncul dari dalam hatiku yang terdalam.

“Apa anda baik-baik saja?” tanya Rosetta sambil menepuk pundakku dengan pelan.

Dia terlihat sangat khawatir.

“Aku... aku ingin pergi ke perpustakaan sekarang...” kataku sambil berjalan perlahan ke arah mansion.

Aku harus menjadi lebih kuat...

Tapi sebelum itu, aku harus tahu alasan kenapa desa itu dibuat.

Saat aku mencapai perpustakaan, aku mencari di seluruh rak. Aku mencari buku-buku yang mungkin bisa menjelaskan kenapa hal mengerikan seperti itu harus terjadi.

Tapi tidak perduli sekeras apa aku mencari, aku tidak bisa menemukan apapun. Berapa banyak waktu lagi yang harus kuhabiskan untuk menemukan bku-buku itu?

Aku mencari ke seluruh sudut perpustakaan, tapi aku tidak bisa menemukan buku yang kucari. Aku menghela nafas kalah dan mengambil salah satu buku dengan acak. Aku meliriknya dan terdiam.

Buku ini... buku tentang sihir...?

Aku asal mengambil buku itu dari rak setelah tidak bisa menemukan buku yang kucari. Tapi sepertinya buku ini berisi tipe sihir yang berbeda.

Kenapa!? Padahal dulu aku tidak bisa menemukan satupun buku sihir bahkan setelah mengacak-acak seluruh isi perpustakaan ini. Tapi kenapa sekarang aku bisa menemukannya dengan mudah?

Aku menatap rak tempat buku itu berada dan membaca semua judul di rak itu dengan teliti. Tidak ada buku lain yang berhubungan dengan sihir di sana.

Kenapa buku sihir ini bisa ada di sana?

Aku langsung membuka buku itu.

Sihir air, sihir cahaya... ya! Ada! Sihir kegelapan!!!

Aku langsung membuka halaman yang dituju dan mulai membaca.




Komentar

Postingan Populer