I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 40

“Di sini.” Kata Liz-san sambil mengantarku menuju pintu gedung sekolah.

Aku tidak pernah berpikir jika akan berhutang kepada heroine seperti ini.

“Apa kau kemari karena ingin bertemu seseorang?” tanyanya sambil menatapku.

Warnanya matanya sangat indah. Bagaimana caranya seseorang bisa memiliki mata seindah itu... matanya besar dan terlihat dalam, aku merasa tenggelam saat menatapnya.

“Alicia-chan?”

“Huh? Oh, umm... terima kasih karena sudah mengantarku sampai kemari, terima kasih.” Kataku sambil berbalik dan berlari ke arah gedung sekolah.

Aku tidak bisa bilang pada Liz-san kalau aku datang untuk menemuinya. Kalau aku bilang, aku bisa disangka sebagai penggemarnya kan? Jadi aku berjalan menjauh darinya seakan aku sedang mencari seseorang.

Saat jarakku sudah agak jauh, aku mulai melihat area di sekitarku dan merasa takjub saat melihat keindahan gedung sekolah ini. Tidak hanya indah, gedung ini juga sangat bersih. Tidak ada setitik debu pun di sini.

Apakah mereka menggunakan sihir untuk membersihkan semua ini?

Aku juga sedikit terkejut karena meskipun aku sudah berjalan cukup jauh aku belum bertemu siapapun. Apakah sekarang kelas sedang berlangsung?

Sepertinya aku salah pilih waktu.

Karena tidak ada siapapun di sini, tidak apa-apa jika aku berkeliling sedikit, ya kan? Lagipula 5 tahun lagi aku akan menjadi murid di sini... jadi, ayo berkeliling.

Aku terus berjalan di lorong yang kelewat luas ini.

Semua pintu ini adalah pintu ruang kelas, ya? Aku bisa mendengar suara guru dari balik pintu. Dan kedengarannya pelajarannya sangat menarik. Aku ingin ikut mendengarkan pelajarannya, tapi aku tidak bisa... aku harus menahan diri jadi aku bisa menikmati pelajaran ini sepuasnya saat aku masuk. Aku harus sabar.

Di ujung koridor ada sebuah pintu kayu berukulan kecil. Pintu itu terlihat seperti yang ada di buku cerita. Kira-kira apa yang ada di balik sana?

Ahh... aku penasaran. Aku ingin tahu! Apakah aku bisa masuk?

Jika ruangan ini tidak bisa dimasuki para murid... itu lebih baik! Aku tidak sabar menunjukkan seberapa jahatnya aku!

Kesempatan yang sangat mendebarkan~!

Aku memutar kenopnya dengan bersemangat untuk membukanya.

Atau mungkin lebih tepatnya, aku sudah mencobanya, tapi pintu itu tidak mau terbuka. Mungkinkah pintu ini dikunci?

Tidak, itu tidak mungkin!

Aku mencoba sekuat mungkin, mendorong dan mendorong... hingga tiba-tiba aku mendengar suara debaman keras dari ujung lorong. Di waktu yang sama, karena aku kaget, tubuhku jatuh kebelakang dan aku jatuh ke lantai.

Pintunya terbuka... kurasa aku harus menariknya bukan mendorongnya.

Aku berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel di rok ku, lalu samar-samar aku bisa mencium bau buku... apa ini pintu menuju perpustakaan?

Aku berjalan sambil terkagum-kagum, dan saat aku menginjakkan kaki di dalam sana, aku disambut dengan bau kertas, perkamen, dan kulit. Semua adalah aroma buku yang sangat unik.

Tempat ini sangat menakjubkan!

Daripada disebut ruangan untuk menyimpan buku, ruangan ini lebih cocok disebut ruang santai. Cahaya matahari bisa masuk dari jendela besar dan menerangi semua meja dan kursi. Berbagai macam buku berserakan di ruangan itu dan membuat atmosfernya menjadi lebih nyaman.

Aku menggambil nafas panjang dan merasakan bahuku mulai rileks. Aku bisa menghabiskan seluruh waktuku di sini.

Aku berjalan santai ke arah meja yang ada di ujung ruangan sambil menikmati suasana ruangan ini. Di bagian belakang ruangan ini, aku menemukan sebuah dinding kosong berwarna hitam pekat.

.... Papan tulis?

Aku berjalan ke arah dinding itu.

Dari dekat, dinding itu tampak luar biasa. Tingginya mungkin lebih dari 2 kali tinggi tubuhku! Bagaimana caranya mereka membuat dinding ini? Bongkahan batu sebesar ini tidak mungkin bisa melewati pintu kecil tadi.

Aku menatapnya selama beberapa saat dan aku menyadari ada sesuatu yang tertulis di atasnya. Aku berjinjit dan mendongakkan kepalaku agar bisa membaca tulisan itu.

“Cara untuk mengambil alih kerajaan Ravaal.” Dan di bawahnya, “Silahkan tulis pendapatmu disini tanpa memandang apa status dan posisimu.”

Kerajaan Ravaal... mengambil alih... saat membaca kalimat ini, otakku mulai berputar.

Aku menggeret sebuah kursi dan naik ke atasnya. Aku lalu mengambil sebuah kapur dan membiarkan pikiranku berkelana, dan beberapa saat kemudian aku mengisi papan hitam itu dengan kapur yang kubawa.




Komentar

Postingan Populer