ORV CHAPTER 30. EPISODE 7 – LANDLORD (4)

 Disclaimer: Not mine

XXXX

Setelah dokkaebi itu menghilang, belasan bahkan puluhan korban muncul di platform nomor 3.

Saat ini hanya ada 1 ruangan di tempat ini.

Tidak ada orang kuat di sini, jadi para orang lemah tidak menahan diri dan saling serang satu sama lain.

“Mati! Mati!”

[Masih ada 30 menit sebelum skenario diaktifkan.]

Kekacauan di tempat ini semakin memanas saat aku membaca novel Cara Bertahan Hidup. Mungkin skenario hari ini akan berjalan seperti perkiraanku. Untuk bertahan hidup, aku tidak boleh melewatkan satu katapun.

{Apa yang sedang kau lakukan?}

Saat aku mendengar pertanyaannya, aku juga bisa mendengar pesan dari para konstelasi.

[Konstelasi ‘Prisoner of the Golden Headband’ penasaran dengan apa yang sedang kau lakukan.]

Aku langsung mematikan smartphoneku karena reflek. Ada sesuatu yang tidak pernah kupikirkan hingga sekarang. Kenapa para konstelasi tidak merespon saat aku membaca novel ini?

Di novel aslinya, para konstelasi menemukan fakta jika Yoo Joonghyuk adalah seorang regressor dan mengajukan komplain tentang kelayakannya pada pihak administrator. Tentu wajar jika mereka mengatakan sesuatu mengenai tulisan yang sedang kubaca.

{Apa yang kau lakukan dengan notepad kosong itu? Semua konstelasi jadi gila karena frustasi kepadamu!}

…. Notepad kosong?

Aku menyalakan smartphoneku sekali lagi. Novel Cara Bertahan Hidup muncul di sana.

“Apa ini yang kau tanyakan?”

{Ya. Apa yang kau lakukan dengan notepad itu? Kau bisa mati jika tidak melakukan apapun! Ha, aku tidak tahu kenapa bisa mempercayai orang sepertimu dan menandatangani kontrak…}

Aku merinding saat mendengarnya.

Dokkaebi itu tidak bisa membaca ‘teks’ ini. Jika dokkaebi—makhluk yang menangani sistem ini—tidak bisa membacanya, maka para konstelasi juga tidak akan bisa membacanya.

Lalu penulis yang memberiku teks ini…. Eksistensi macam apa dia itu?

“Aaargh!”

Teriakan terakhir terdengar. Akhirnya, pemilik ruangan yang ada di platform nomor 3 berhasil ditentukan.

[Green Zone 1/1]

“…. Jangan mendekat!”

Seorang pemuda menghunuskan pisaunya ke arahku. Ternyata yang berhasil mendapatkan ruangan itu adalah anak muda yang menunjukkan jalan pada kami tadi. Aku tidak tahu siapa namanya.

“Jangan khawatir. Aku tidak akan mengambil ruanganmu.” Tegaskku pada anak itu.

“Benarkah? Kau kelihatan santai, paman. Apa kau mau mati?”

Aku tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang mengatakannya.

“Sepertinya kau selalu terlihat santai.”

“Tidak ada yang menyentuh ruanganku. Aku akan mengirim semua orang yang menyentuhnya ke neraka.”

Lee Jihye memutar-mutar pedang birunya. Jika dilihat dari kemampuannya, tidak ada orang yang bisa mengalahkan Lee Jihye kecuali Yoo Joonghyuk atau orang-orang dari Aliansi Tuan Tanah. Lee Jihye menatapku dan membuka mulutnya.

“Aku tidak mau paman mati. Kau lumayan keren saat melawan master tadi.”

“Jangan khawatir, aku tidak akan mati. Aku tidak akan mati meski tidak menemukan ruangan kosong.”

Itu memang benar. Aku tidak perlu mati meski aku tidak berhasil menemukan ruangan kosong. Ada orang yang sudah membuktikan hal tidak mungkin ini tiga hari yang lalu.

Mata Lee Jihye menyipit.

“Paman, apa kau tahu apa yang sudah kau katakan?”

“Ya.”

“Paman, apa kau uat? Sekuat master?”

Sedetik kemudian Yoo Joonghyuk muncul dari balik badan Lee Jihye.

“Berhenti berbicara dan kembali ke ruanganmu.”

“Ah…. Oke, master.”

Lee Jihye mengangguk patuh, kemudian Yoo Joonghyuk mengarahkan pedangnya ke arahku.

“Apa kau akan melawan semua monster itu?”

Aku mengangkat bahuku.

“Kau akan mati. Para companionmu juga.”

“Kita lihat saja nanti.”

Ada emosi yang tidak kuketahui muncul di mata Yoo Joonghyuk saat dia melirikku dan aku tidak menggunakan skill Omniscient Reader’s Viewpoint ku padanya. Itu adalah ekspresi yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.

[Masih ada 20 menit sebelum skenario diaktifkan.]

Aku bisa mendengar suara langkah kaki orang-orang yang menuruni tangga. Lee Hyunsung, Lee Gilyoung, dan Yoo Sangah…. Wajah mereka terlihat suram. Sepertinya hasilnya sama dengan perkiraanku. Yoo Sangah berbicara dengan wajah kelam.

“Ruangan…. Tidak ada…”

“Tidak apa-apa. Di mana Heewon-ssi?”

“Dia mencoba bernegosiasi dengan orang yang ada di atas.”

Di saat yang sama, Jung Heewon melompat turun sambil berteriak.

“2.000 koin untuk semalam?! Apa mereka bercanda! Aku benar-benar akan menghabisi mereka!”

Wanita itu mendengus dan kemudian berkata: “Dokja-ssi, apa kau tahu apa yang sedang terjadi di atas? Tidak…”

“Mereka menaikkan harganya, iya kan?”

“Eh… kau sudah tahu?”

Itu adalah hal yang mudah diprediksi. Para penyewa akan mati jika mereka tidak bisa mendapatkan ruangan di 20 menit ke depan. Tidak aneh jika aliansi itu mulai menaikkan harga sewa mereka.

“Apa kau menemukan sesuatu, Dokja-ssi?”

“Tidak. Aku tidak menemukan ruangan kosong.”

“Ah…”

Aku melihat wajah-wajah mereka. Pada akhirnya waktu untuk memilih telah tiba.

“Aku punya 2 cara.”

Semua mata companionku menuju ke arahku. Tapi cara yang kukatakan mungkin akan mengkhianati ekspektasi mereka.

“Cara pertama sangat mudah, dan kita semua akan hidup.”

Mata Jung Heewon menyipit.

“Biasanya itu cara kedua…. Apa yang satunya lagi?”

“Cara kedua sangat sulit. Mungkin salah satu atau dua dari kita akan mati.”

“Eh…. Itu tidak boleh terjadi. Aku akan pilih yang pertama.”

“Bagaimana pedapat yang lainnya?”

Lee Hyunsung pun mengatakan pikirannya.

“Jika cara pertama bisa membuat kita semua hidup, itu akan bagus sekali.”

Lee Gilyoung mengangguk. Hanya Yoo Sangah yang terlihat tidak yakin.

“…. Bisakah kita dengar bagaimana caranya?”

Aku menganggukkan kepalaku dan membawa mereka ke jalur transit nomor 4.

“Ini adalah cara pertama.”

Mereka berempat menatap titik yang kutunjuk. Ada 5 orang yang sedang gemetaran di sana.

[Green Zone 5/5]

“Ruangan ini bisa menampung 5 orang. Tapi kemampuan mereka tidak tinggi. Jujur saja, jika kita berlima…”

“Tunggu, Dokja-ssi…”

“Ya. Bunuh mereka dan ambil ruangannya.”

Tubuh mereka berempat semakin gemetaran saat mendengar nada suaraku yang sangat tenang. Jung Heewon menunjukkan ekspresi terluka.

“…. Siapa yang tidak tahu cara seperti ini?”

“Jika hyung bilang begitu, aku bisa melakukannya.” Ucap Lee Gilyoung.

“Jangan, Gilyoung!”

Yoo Sangah mencengkram bahu Gilyoung dan aku pura-pura tidak peduli dengan apa yang mereka berdua lakukan.

“Mereka pasti juga membunuh orang lain untuk mendapatkan ruangan itu. Jujur, kita tidak bisa menyelesaikan skenario lain di masa depan jika kita tidak melakukan ini.”

“Dokja-ssi.” Potong Jung Heewon. “Aku membunuh banyak orang di stasiun Gumho. Aku membunuh mereka karena ingin dan karena aku tidak akan menyesalinya.”

Jung Heewon mengatakannya dengan wajah terluka.

“Hanya karena aku seorang pembunuh, bukan artinya aku tetap terus ingin membunuh orang lain. Aku tidak mau menjadi monster.”

“…”

“…. Dokja-ssi, aku ingin tahu apa cara kedua.”

Aku menyilangkan tanganku dan menjawab pertanyaan Lee Hyunsung.

“Aku mengerti apa yang kalian pikirkan.”

Ya, ini cukup.

“Kalau begitu, kita gunakan cara kedua.”

Wajah mereka terlihat sedikit lebih cerah. Tapi sejak awal aku memang ingin melakukan cara kedua.

Membunuh adalah cara termudah untuk bertahan hidup, tapi aku tidak bisa menarik perhatian para konstelasi jika menggunakan cara yang mudah.

Tapi, cara kedua membutuhkan tekad yang besar. Bukan hanya aku, tapi mereka berempat juga. Karena itu, aku harus menguji tekad mereka. Aku harus tahu apa yang dipikirkan oleh mereka.

Jung Heewon tertawa.

“…. Aku sudah menduganya. Kenapa kau malah mengajak kami kesini kalau sudah memutuskan untuk menggunakan cara kedua?”

“Aku tidak bermaksud menguji atau apa. Apapun pilihan yang kalian ambil, aku akan menghargainya.”

Aku mengelus kepala Lee Gilyoung yang menatapku dengan tatapan gelisah. Yoo Sangah menghela nafas dan berkata, “Dokja-ssi, benar-benar jahat.”

“Maaf, aku memang bukan orang baik.”

“Apa cara keduanya?”

“Kita tidak perlu membunuh siapapun. Tapi cara ini sangat sulit.”

Wajah mereka berubah serius saat mendengar nada bicaraku.

“Jika kalian memilih cara kedua, tolong ikuti semua instruksiku. Tolong percaya padaku meski perintahku terdengar tidak masuk akal. Jika ada yang tidak mempercayaiku…”

“…”

“Kita semua akan mati.”

Seseorang menelan ludahnya. Mereka berempat menganggukkan kepala mereka, kemudian Lee Hyunsung berkata, “Aku percaya dengan Dokja-ssi. Aku ingin bertahan hidup karena Dokja-ssi.”

[Ada 5 menit yang tersisa sebelum skenario diaktivasi.]

“Ikuti aku.”

Kami berjalan di sepanjang jalur nomor 3. Kami melewati pintu yang sudah rusak dan berdiri di depan terowongan yang mengarah ke Euljiro-3.

Terowongan itu terlihat sangat gelap, dan di sana aku bisa melihat tulisan ‘red zone’ yang sangat mencolok. Mungkin para monster akan muncul dari tempat ini. Mereka akan menyebar ke seluruh lantai ini, naik ke lantai atas, dan terus ke permukaan tanah.

Lee Hyunsung bertanya dengan nada gugup.

“…. Apa kita akan bertarung dengan monster di sini?”

“Tidak, jika kita bertarung di sini, kita semua akan mati.”

Mengalahkan monster-monster itu bukan tidak mungkin, tapi peluangmu untuk selamat akan sangat rendah jika kau tidak memiliki Green Zone.

Kali ini, Jung Heewon bertanya, “…. Kalau begitu, kita akan berlari hingga Dongdae?”

“Itu juga tidak bisa dilakukan. Saat skenario ini aktif, kita akan mati jika meninggalkan Chungmuro.”

“Kalau begitu…”

“Operasi ini harus dibagi. Lee Hyunsung-ssi, Yoo Sangah-ssi, dan Jung Heewon-ssi. Saat monster-monster mulai muncul, langsung berlari ke arah mereka datang.

“…. Huh?”

“Mengerti? Langsung lari ke arah mereka. Dan sesaat sebelum kalian bertabrakan dengan mereka, lihat tembok sebelah kiri kalian. Saat itu kau akan tahu apa yang kumaksud.”

Mereka tidak mengerti kenapa aku berkata seperti itu, tapi aku juga tidak punya waktu untuk menjelaskan.

“Lakukan saja jika kalian masih ingin hidup. Jangan lupa, lihat tembok kiri kalian.”

“Aku mengerti Dokja-ssi.” Ucap Yoo Sangah yang sepertinya mengerti apa maksud ucapanku.

“Aku ingatkan sekali lagi. Langsung lari saat monster-monster itu muncul.”

Aku mengambil sebuah batu dan melemparnya ke arah terowongan. Batu itu langsung terpental setelah membentur sesuatu. Lee Hyunsung dan Jung Heewon menganggukkan kepala mereka.

“Bagaimana dengan Dokja-ssi.?”

“Aku akan menemukan tempat lain bersama Gilyoung.”

Cara ini tidak bisa dilakukan kecuali anggota kelompokku percaya pada semua keputusan dan perintahku. Tapi siapa yang akan membuang akal sehat mereka dan melakukan bunuh diri dengan berlari ke arah kerumunan monster?

Yang mereka miliki sekarang hanyalah tekad yang kuat.

[Skenario ketiga sudah dimulai.]

Barrier yang menutup terowongan yang menuju Euljiro-3 akhirnya menghilang.

“Lari!”

Tiga orang itu langsung lari saat aku berteriak.

Grrrrr!

Para monster mulai muncul di red zone. Kebanyakan dari mereka adalah monster grade 9, ground rat. Di bagian tengah gerombolan monster tikus itu terdapat monster grade 9, ‘groll’.

Kuuuuoooohh!!

Seekor monster dengan bulu hitam dan bentuk mirip beruang tiba-tiba muncul. Tanduk tajam yang ada di kepalanya terlihat sangat menyeramkan.

Menangani monster-monster itu cukup mudah, tapi yang jadi masalah adalah jumlahnya. Monster-monster yang memenuhi lorong itu sudah tidak bisa disebut ‘kelompok’. Kami pasti mati jika ditabrak oleh mereka.

Saat Lee Hyunsung menangkis serangan groll pertama, aku berteriak.

“Sekarang!”

Yoo Sangah menemukannya duluan. Di dinding kirinya terdapat kotak hijau yang memancarkan sinar.

“Ah…!”

Saat Yoo Sangah menyentuhnya kotak itu langsung berpendar lebih terang dan membentuk sebuah barrier.

[Green Zone 1/3]

Jung Heewon yang cekatan juga langsung menyentuh kotak hijau itu.

[Green Zone 2/3]

Lee Hyunsung langsung mencengkram ‘benang’ yang dilemparkan Yoo Sangah kepadanya. Berkat kekuatan dari 2 wanita itu, Lee Hyunsung berhasil masuk ke dalam ruangan dengan selamat.

[Green Zone 3/3]

Bagus.

Grrrr!!!

Para monster itu menatap mereka, tapi mereka tidak bisa menembus barrier green zone.

Yoo Sangah berteriak memanggil namaku, tapi aku tidak punya waktu untuk berbalik. Aku sedang berlari ke arah yang berlawanan bersama dengan Lee Gilyoung.

[…. Di skenario ketiga, ada beberapa green zone yang tersembunyi. Green zone itu muncul di tembok tertentu dan tidak akan muncul sebelum skenario dimulai…. Jika kau memikirkannya lagi, manusialah yang menganggap jika kotak-kotak hijau itu sebagai ‘ruangan’.]

Dalam novel Cara Bertahan Hidup, Yoo Joonghyuk telah melalui beberapa regresi sebelum akhirnya berhasil menemukan green zone yang tersembunyi di stasiun Chungmuro.

Di platform nomor 3, ada 2 green zone yang seperti itu.

Kiiiiit!

Beberapa ground rat mengejar dan menggigit pahaku. Luka yang muncul tidak besar, tapi aku tetap merasakan sakit karena gigitan mereka.

Buak!

Lee Gilyoung memukul beberapa ground rat dengan senjata tumpulnya. Jumlah mereka terlalu banyak. Dan lagi, ternyata groll adalah monster yang cukup cepat.

Belasan meter di depan, anak laki-laki itu menatapku dengan tatapan takut.

[Green Zone 1/1]

Aku tergoda untuk mengambil ruangan itu darinya.

{Hahahahahaha! Situasi ini seru juga. Kira-kira apa penaltinya apa yang cocok ya?}

Dokkaebi itu berbicara melalui pesan sistem.

[Sebuah penalty skenario telah ditambahkan.]

[Beberapa green zone akan dihilangkan.]

“Ti-tidak! Uaaaahh! Aaaaarrrgghh!!!”

Teriakan manusia menggema di Chungmuro. Teriakan paling dekat berasal dari anak laki-laki yang memandu mereka tadi.

Kwaaaaackkk!

“Aaaarrgh!”

Setelah green zone yang ada di bawahnya menghilang, anak laki-laki itu langsung dicabik-cabik oleh beberapa ekor ground rat.

Berkat pengorbanan anak laki-laki itu kami berdua bisa mengulur waktu dan berhasil lari hingga ke sebuah lorong. Tapi para monster yang datang dari balik pintu rusak sudah menghadang jalan kami.

Aku menyembunyikan Lee Gilyoung di belakangku dan menarik Unbroken Faith keluar dari sarungnya. Pedang yang terbuat dari White Pure Star Energy itu berhasil menebas monster-monster yang berlari ke arah kami.

Tapi jumlah mereka sama sekali tidak berkurang. Orang yang melawan monster-monster ini sampai pagi—Yoo Joonghyuk—juga seorang monster. Aku tidak yakin bisa melakukan hal yang sama, bahkan jika aku menambah statku dengan koin.

Tiba-tiba, Gilyoung yang ada di belakangku berkata.

“Hyung, kau tahu…”

“Jangan bicara sekarang. Aku sibuk.”

“Kau bisa meninggalkanku di sini.”

“…. Apa?”

“Aku sebenarnya tidak begitu mengerti. Alasan kenapa kau menyelamatkanku, Hyunsung-hyung, dan para noona. Jika kau sendirian…. Kau bisa… kemungkinanmu bertahan hidup akan lebih tinggi.”

Anak ini bisa membicarakan hal seperti itu dengan wajah datar. Mungkin pikirannya sudah lama mati.

“Kau benar.” Satu ground rat jatuh setelah aku menebas lehernya. “Hidup sendirian memang lebih nyaman. Makan sendirian dan bertahan sendirian, tapi…”

Kenapa aku bertingkah seperti ini? Jika ada orang yang bertanya, aku juga tidak akan bisa menjelaskannya. Tapi ada satu hal yang bisa kukatakan dengan yakin saat ini.

“Aku tahu satu novel dengan protagonist seperti itu, dan dia hancur di tengah jalan.”

“Huh?”

Aku memikirkannya berulang kali, tapi aku ini bukan protagonist. Aku tidak perlu menjadi pahlawan atau penyelamat. Tapi…

Mata Lee Gilyoung berkaca-kaca. Aku menggendongnya di punggungku dan berkata, “Pegangan yang erat.”

Aku tidak akan membiarkan Lee Gilyoung mati. Setidaknya tidak untuk hari ini.


Chapter 29     Daftar Isi     Chapter 31


Komentar

Postingan Populer