I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 219

 Disclaimer: not mine

πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

…. Aku ingin pergi. Ya, aku. Sangat. Ingin. Pergi. Ke sana.

Kenapa dia berkata seperti itu? Kalau begini, meski aku pergi ke sana diam-diam…. Aku pasti akan ketahuan. Ah, mungkin saja menara itu adalah tempat rahasia Victor.

Apa ada sesuatu di menara itu…. Apa ada orang yang disekap di sana, atau… jebakan?

XXX

“Hei, kau dengar tidak!?”

Seruan keras itu berhasil menarikku kembali ke dunia nyata.

Di depanku muncul wajah laki-laki yang terlihat sangat garang…. Wajahnya juga terlihat kesal, seakan semua kebahagian yang ada di dunia akan langsung menghilang jika dia mengernyitkan alisnya.

“Kau sudah diam cukup lama. Kalau kau memang tidak punya motivasi, sebaiknya kau pulang saja ke pelukan ibumu.”

Benar. Dia tidak butuh orang yang tidak punya motivasi. Kemalasan satu orang bisa mempengaruhi disiplin semua orang yang terlibat.

“Aku minta maaf!” ucapku sambil membungkukkan kepalaku. Ya, aku harus melakukan yang terbaik di sini. Aku pasti berhasil.

Mata laki-laki itu membelalak, seakan dia tidak pernah menyangka jika aku akan meminta maaf padanya. Para prajurit yang ada di sekeliling juga menatap kami tanpa mengatakan apa-apa.

“…. Siapa namamu, anak baru?” Tanyanya.

“Ria.” Jawabku.

“Namaku Marius, Reid Marius. Aku kapten dari unit ini.”

“…. Unit ini?”

“Apa kau tidak tahu apa-apa mengenai unit yang akan kau masuki?” Tanya kapten Marius dengan wajah tercengang.

Victor tiba-tiba membawaku ke tempat ini, dia bahkan tidak mengatakan apa-apa kepadaku.

“Oke, dengarkan aku baik-baik. Ini adalah unit spesial milik pangeran Victor. Semua prajurit yang ada di kerajaan ini berusaha keras untuk bergabung ke dalam unit ini…. Tapi untuk beberapa alasan, pangeran malah menempatkan anak yang tidak berpengalaman sepertimu di sini. Memangnya apa yang sedang dia pikirkan?” lanjut Marius.

“Kalau begitu aku hanya harus menunjukkan jika aku memang layak berada di sini, iya kan?”

Semua prajurit terdiam saat mendengar perkataanku.

Wajah kapten Marius terlihat kaku… Ah, kurasa aku sudah membuatnya marah. Sebenarnya aku juga tidak bermaksud mendapatkan poin wanita jahat karena sudah membuat orang lain marah dengan penampilan yang tidak elegan ini.

 “Kau benar, anak baru.”

Ah, iya juga. Ini pertama kalinya aku berbicara pada kapten dari unit prajurit. Di Duelkiss aku tidak punya banyak waktu untuk berkomunikasi dengan para prajurit.

“Mulai hari ini kau harus push-up 200 kali.”

“Huh?”

Hanya itu? aku hanya perlu push-up 200 kali tiap hari? Bukannya dia mau menghukumku?

Apakah aku harus memberitahunya kalau 1.000 kali push-up akan menjadi hukuman yang lebih cocok untukku?

“Whoa, kapten membuatku takut.”

“Kapten jahat juga. Dia menyuruh anak baru sepertinya push-up 200 kali.”

“Aku bertaruh, dia pasti hanya akan bertahan seminggu.”

“Tidak mungkin. Aku bertaruh 3 hari.”

“Aku 1 hari.”

Para prajurit mulai membuat taruhan. Waktu taruhan mereka juga semakin memendek. Memangnya mereka pikir aku ini gadis yang mudah terintimidasi? Ah, tentu aku tidak bermaksud buruk pada mereka.

“Jika aku melakukan kesalahan, apa aku harus mengulang dari awal?”

 “Hei, jangan keterlaluan.” Ucap seorang prajurit.

“Kurasa 200 kali sudah cukup?” ucap seorang prajurit berambut krem yang berusaha menghentikan kapten Marius.

Mungkin dia adalah wakil kapten unit ini, karena itu dia bisa mengatakan hal seperti itu pada kapten. Dia memang kelihatan lebih ramping dari kapten Marius, tapi dia punya otot yang bagus.

Yang lucu adalah, aku merasa iri padanya karena aku tidak pernah memiliki otot sebagus itu meski aku sudah lama melatih tubuhku.

“Kau juga. Jangan memanasinya.” Ucap si wakil kapten (mungkin).

Jika aku tidak memanasinya, jumlah push-up ku tidak akan bertambah. Push-up 200 kali sama sekali bukan hukuman untukku.

“Masih tidak cukup? Kalau begitu lakukan push-up 500 kali.”

“Aku mengerti.” Ucapku sambil mengambil ancang-ancang untuk memulai push-up.

“Dan kau harus memanggilku dengan sopan.” Tambah kapten Marcus.

“Baik. Saya mengerti, kapten.” Jawabku sambil mengambil ancang-ancang untuk push-up di tempat.


Chapter 218     Daftar Isi     Chapter 220


Komentar

Postingan Populer