Mahouka Vol. 13 Chapter 6 Part 6
Disclaimer: Lihat Daftar Isi ya
Di hari ketiga kompetisi diadakan pertandingan kualifikasi
dab final ganda putra Shields Down di pagi hari. Kedua pertandingan itu juga
berbarengan dengan final pria Pillars Break.
Sekarang pertandingan ketiga final ganda pria Shields Down
sedang dilaksanakan. SMA1 dan SMA 3 berhasil memenangkan masing-masing 1
pertandingan final, karena itu siapapun yang berhasil memenangi pertandingan
ini akan menjadi juaranya.
Tomitsuka memegang tamengnya dengan erat dan mulai
menyerang. Atlet SMA 3 yang mengetahui dari pertandingan sebelumnya jika kedua
atlet dari SMA 1 adalah petarung jarak dekat pun memilih untuk menyerang dari
jarak jauh. Akan tetapi mantra jarak jauh mereka langsung mengenai Area
Interference yang sangat tebal milik Tomitsuka, atau itu yang dipikirkan oleh
atlet SMA 3. Sebenarnya semua mantra itu ditahan oleh contact-type Program
Demolition. Atlet SMA 3 yang sudah membuat Kesimpulan yang salah pun mulai menembakkan
kompresi udara ke arah atlet SMA 1, tapi…
“Yaaaah!!” Gelombang kejut yang ditembakkan dari tameng
Tomitsuka berhasil menghalau kompresi angin itu dan membuatnya menjadi angin
biasa.
Itu adalah teknik gabungan yang melibatkan turunan dari
mantra akselerasi ‘Explosion’ dan mantra pergerakan ‘Stasis’. Daripada mengaplikasikan
akselerasi radial pada populasi, alterasi pada gabungan mantra itu menyebabkan
percepatan vektor pada gas yang bersentuhan dengan permukaan tameng—sedangkan Stasis
digunakan untuk mencegah adanya rekoil pada tubuh pengguna.
Tomitsuka tidak bisa mempelajari mantra serangan menggunakan
udara—sebuah teknik populer bagi penyihir modern. Untuk mantra dengan tipe
seperti itu, kau harus mempertahankan kondisi kompresi udara hingga serangan
itu mendekati atau menyentuh musuh. Tomitsuka yang tidak bisa mengontrol sihir
yang lebih jauh dari jangkauan tangannya tentu merasa jika dia tidak ahli dalam
menggunakannya.
Alasan kenapa dia tidak bisa mempelajari semua mantra
tipe seperti ini memang berasal dari pikirannya. Selama kau berdiri di
atas bumi, udara selalu ada di sekelilingmu. Tentu saja itu juga mencakup udara
yang berada dalam jangkauan tanganmu. Melakukan akselerasi sederhana pada
udara yang ada di sekeliling tanganmu tidak membutuhkan kontrol jarak jauh.
Misalnya, teknik ‘Mach Punch’ milik Sawaki memanfaatkan udara yang ada di
sekitar tangannya untuk mendorong udara yang bersentuhan dengannya. Menggunakan
mantra lanjutan yang bisa langsung mempercepat tubuhmu memang sangat sulit
dikuasai—apalagi jika kecepatannya sudah mencapai kecepatan suara dan bisa
menggerakkan bola udara dengan kecepatan yang sama. Trik yang
menembakkan tekanan gelombang yang tidak dikendalikan oleh remote control.
Tatsuya memang orang yang merancang alur teoritis itu. Tapi yang
berhasil mewujudkan rancangan itu adalah Hirakawa Chiaki yang juga berhasil
melakukan modifikasi sekuen aktivasi dan meningkatkan optimalisasi CAD
Tomitsuka hingga pemuda itu bisa mempelajari dan menguasai mantra ‘Blast’.
Chiaki memang lebih ahli dalam bidang hardware—misalnya setting
CAD—jika dibandingkan dengan software atau sekuen aktivasi. Meski gadis itu
cukup hebat dalam penyesuaian program, dia tidak begitu ahli dalam hal
penataannya. Akan tetapi saat dia mendengar ide Tomitsuka tentang zero-range Blast,
Chiaki langsung pergi menemui instruktur mereka—jennifer Smith—setiap hari,
mempelajari penataan sekuen aktivasi yang tidak begitu dia kuasai, dan akhirnya
bisa menguasainya setelah latihan yang begitu sulit. Setelah itu Chiaki juga
berhasil merangkai sekuen aktivasi untuk mantra ‘Blast’ yang bisa digunakan
Tomitsuka dengan mudah. Orang bisa berkata jika berkat Chiaki lah Tomitsuka
bisa menggunakan mantra Blast—meski hanya dalam jarak 0 meter.
Kirihara yang menemukan momen yang tepat untuk menghancurkan
serangan SMA 3 pun langsung maju ke depan. Posisi mereka saat ini, Tomitsuka
berada di tengah ring, pasangan SMA 3 berada di ujung arena dan Kirihara ada di
antara mereka bertiga.
Kirihara melakukan squat, berlutut pada satu kakinya, dan
langsung menghempaskan tamengnya ke lantai ring dengan keras.
Sedetik kemudian seluruh ring bergetar. Kirihara menggunakan
sihir untuk mengirim gelombang osilator yang mengalir ke seluruh ring untuk
menyerang targetnya.
Getaran dari mantra milik Kirihara terasa paling kuat di
bagian tengah ring. Akan tetapi efek psikologis dari serangan ini lebih berat bagi
atlet SMA 3 yang berdiri di ujung ring. Jika
mereka sampai keluar ring, mereka akan langsung didiskualifikasi.
Kirihara dan tomitsuka tidak melewatkan kesempatan ini.
Tomitsuka langsung berlari—dengan bantuan mantra percepatan diri—melewati Kirihara
dan langsung memukul salah satu tameng SMA 3 dengan tameng miliknya. Kali ini
dia menggunakan mantra yang dia kuasai—mantra yang mengarah pada objek tertentu—Explosion.
atlet SMA 3 yang lain tidak memiliki waktu untuk
mengkhawatirkan partner nya yang jatuh dari ring karena Kirihara sedang
berusaha melakukan hal yang sama kepadanya.
Kirihara menggunakan mantra High-Frequency Blade yang sudah
dimodifikasi. Tidak seperti mantra High-Frequency Blade biasa yang memotong
objek serangannya, mantra ini hanya menghancurkan tameng yang dipegang oleh
atlet SMA 3. Dengan begini SMA 1 berhasil mendapatkan kemenangan di event ganda
pria Shields Down.
Kikirhara menggenggam tangan Tomitsuka dan mengangkatnya ke
udara. Di tempat duduk para staf, Chiaki bertepuk tangan dengan wajah bahagia. Selama
ini dia selalu terlihat murung… Mungkin itu karena dia duduk di sebelah
Tatsuya, tapi sepertinya sekarang gadis itu sudah melupakannya.
XXXXX
Hari ketiga berakhir dengan SMA 1 mendapat peringkat 3 di ganda
pria Pillars Break dan peringkat 1 di ganda wanita. Dalam event Shields Down,
ganda pria berhasil mendapat peringkat 1, tapi ganda wanita tidak berhasil
lolos kualifikasi. Hasil pertandingan ganda wanita Shields Down adalah
miskalkulasi di pihak mereka, tapi alasan lain juga karena mereka ada di grup
yang sama dengan SMA 3 yang berhasil meraih peringkat 1. Jika mereka berhasil
mengalahkan SMA 3 di pertandingan kualifikasi, pasangan SMA 1 mungkin akan
memenangkan event ini. Inilah gambaran betapa ketatnya persaingan di antara
kedua sekolah tersebut.
Tapi hasil tetaplah hasil. Di event hari ini SMA 3 berhasil
mendapatkan peringkat 2 klasemen. SMA 3 berhasil mendapatkan 400 poin di akhir
hari kedua, karena itu mereka berhasil memimpin 100 poin dari SMA 1.
Berkat itu makan malam SMA 1 tidak semeriah biasanya. Yah, tentu
tidak semua dari mereka merasa murung, tapi…
“Shizuku, selamat atas kemenanganmu!”
“Yah, kau kan memang kuat, jadi menang itu sudah
pasti.”
“Ya! Selamat, Shizuku!”
Ucapan selamat pada Shizuku terus melayang selama pesta teh.
“Terima kasih semuanya.”
Meski Shizuku merasa senang dengan semua pujian itu, dia
tetap bersikap rendah diri sambil sedikit menundukkan kepalanya.
“Besok giliran Miyuki.”
Shizuku terlihat malu-malu dan berusaha menutupinya, tapi
dia berhasil memberikan dukungan pada Miyuki.
“Ya. Aku akan melakukan yang terbaik.” jawab Miyuki dengan
serius, sebuah senyum simpul menghias wajah cantiknya.
“Jujur saja, mungkin sebaiknya kau tidak perlu berusaha semaksimal
mungkin. Jika kau terlalu tegang, kau mungkin bisa jatuh ke dalam lubang
yang tidak kau perkirakan.”
“Miyuki tidak mungkin kalah hanya karena bangga dengan
kemampuannya, kan? Yang perlu dia khawatirkan adalah didiskualifikasi karena
terbang terlalu lama.”
“Itu akan jadi lubang paling dalam dari semua lubang yang
ada.”
“Ya ampun… Subaru, Erika, apa kalian pikir aku seceroboh
itu?”
Mungkin Subaru dan Erika sengaja mengatakan semua itu karena
mereka tidak bisa menahan aura bercahaya yang menguar dari arah Shizuku dan
Miyuki. Untungnya Miyuki menanggapi percakapan mereka dengan santai, dan hal
ini membuat semua orang yang ikut dalam pesta teh kembali rileks.
“Ya, tidak begitu juga, sih..” jawab Subaru sambil tersenyum
kecut. Miyuki yang melihat ekspresi temannya itu memutuskan untuk tidak
meneruskan pembicaraan.
Percakapan para gadis itu semakin melebur dan menghangat meski
udara malam menjadi semakin dingin. Seperti yang sudah diduga, pesta teh yang
diadakan di mobil kerja Tatsuya berhasil mendatangkan lebih banyak orang dari
sebelumnya, suasana juga menjadi semakin meriah.
Erika yang tidak bisa hadir di hari pertama juga terlihat
bergabung dan bisa berbaur dengan santai sejak tadi malam. Satomi Subaru dan
Akechi Eimi baru bergabung malam ini. Sebentar lagi meja kemah mereka tidak
bisa menampung cukup gelas dan piring untuk mereka semua. Jika ada semakin
banyak orang yang berkumpul, Tatsuya juga harus menyediakan meja dan kursi baru
untuk mereka semua.
Di sisi lain, pesta teh malam ini sudah menyebar ke seluruh
atlet dan staf SMA 1 di pagi harinya, ini adalah salah satu alasan kenapa
Subaru dan Eimi juga ikut bergabung malam ini.
“Ngomong-ngomong, aku lega kau terlihat lebih baikan, Amy.
Kupikir kau akan terus merajuk sepanjang malam.”
“A-aku tidak melakukannya! Aku tidak pernah merajuk!”
Eimi tidak mau diingatkan dengan hal seperti itu… Tapi
untungnya Subaru bisa menenangkan sahabatnya itu dengan mudah. Yah, masih tidak
jelas juga apakah dia benar-benar berusaha menenangkan sahabatnya itu atau
mungkin itu menunjukkan seberapa lelahnya mental gadis itu. Setidaknya itu yang
Subaru pikirkan.
Subaru dan Eimi menginap di kamar yang sama. Mereka memang
tidak begitu dekat dengan Tatsuya—setidaknya jika dibandingkan dengan Shizuku
dan Honoka. Dan sejak mereka datang ke area kompetisi, mereka berdua selalu
bersama kecuali saat pertandingan dimulai. Jika mood Eimi terasa buruk, maka
Subaru juga akan merasa tidak nyaman. Selebihnya Subaru ingin melakukan sesuatu
sebagai seorang teman.
Chapter 6-5 Daftar Isi Chapter 6-7
Komentar
Posting Komentar