NGNL Vol. 7 Chapter 2 Part 6
Disclaimer: Not mine
Sora tidak tahu, begitu pula Jibril. Untuk Shiro sendiri,
mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan—pertaruhan yang mungkin hanya bisa
terjadi satu per satu juta kali—baginya untuk membuat sang kakak sadar akan
dirinya sebagai wanita. Selama 8 tahun dia tinggal bersama Sora, kondisi
dan situasi seperti ini tidak pernah muncul sebelumnya, tapi kemunculan Jibril
sudah menghancurkan kesempatannya. Jika Shiro punya beberapa jam saja—tidak,
beberapa menit saja—dia pasti sudah bisa mendapatkan sang ‘kakak’ di
tangannya..! Mata Shiro bersinar penuh rasa marah—tapi, bersamaan dengan angin
yang berhembus lembut…
…. Tiba-tiba ada kain merah yang berkibar.
“…. Hm. Jika boleh
kukatakan, sikap acuh tak acuhmu membuat semua dendam dan benci menghilang…”
Kain merah… dari si kepala otot muda yang sedang berdiri di
sisi kolam—cawat itu berkibar karena ditiup angin! Ah, aku mungkin memang
berhasil memegang benang, tapi aku masih anak-anak, begitu pikir Shiro.
Yang ada di depannya sekarang adalah sebuah pemandangan yang aneh dan tidak
bisa digambarkan dengan kata-kata. Otot orang itu berkedut seperti makhluk
hidup independent. Jika usia 18 tahun menunjukkan jika kau memiliki hak
tertentu—maka kewajiban—untuk melihat hal tidak senonoh yang bisa menghancurkan
pikiran seseorang itu…
”…. Aku tidak apa-apa… dengan… jiwa anak… anak…”
Setelah bergumam seperti itu, Shiro langsung kehilangan
kesadarannya.
XXXXXXX
“Kehilangan kesadaran
saat melihat tubuhku di puncak keemasannya…. Ya ampun, sepertinya aku berhasil
mendapatkan hati satu gadis lagi, iya kan?”
Ino si kepala otot pun berendam sambil mengingat cobaan masa
mudanya, waktu dimana dia ‘terlalu populer’. Tentu saja sikap Ino membuat Sora
kesal setengah mati.
“…. Hei, pak tua.
Bisakah kau menjawab pertanyaan yang baru saja muncul di kepalaku ini?”
Sora—yang sekarang berusia 3,6 tahun—mengajukan pertanyaan
dengan nada rendah sambil berusaha keras tidak melihat langsung sosok Werebeast
yang ada di depannya.
“Bukannya telanjang
di tempat umum itu pelanggaran hak, itu melanggar 10 Sumpah, kan?”
Hmm? Ino menatap Sora dan kemudian menjawab sambil
tersenyum.
“Tidak ada orang yang
memikirkan hal sepele seperti itu. Kenapa kau tidak hidup sesuai dengan
keinginanmu?”
“Hei, aku bertanya
karena kau menunjukkan ‘otot berkedut mu’ yang mengagetkan dan ingin tahu apa
itu juga termasuk pelanggaran! Apa kau tidak bisa menangkap sarkasme ku? Dan
jangan bilang ‘itu’ kecil! Ukurannya segitu karena usiaku, tahu!”
Sora bersikeras jika beberapa bagian tubuhnya ikut menyusut
sesuai dengan usianya yang sekarang menjadi lebih muda.
Dari balik pembatas sederhana yang memisahkan kolam air
panas, Shiro terus memegang tangan Sora dengan tubuh yang bergetar hebat.
Sepertinya gadis itu mengalami trauma berat setelah melihat pemandangan penuh kekerasan
itu.
“…. Mengerikan…
euuuugh… otot…mereka… mengejarkuuuuu…”
Adiknya terus bergumam seperti itu seakan dia baru saja
mendapat hukuman karena berani mempermainkan kenyataan. Tidak lama kemudian,
terdengar suara baru dari balik pembatas.
“…. Kau membangunkanku
dari tidur hanya untuk menyuruhku ‘mencuci rambut Shiro’. Bukannya itu juga
kekerasan?”
“Lalu apa yang harus
kulakukan…? Shiro masih marah pada Jibril… Asal kau tahu saja.”
Jibril menarik Steph yang terlihat masih mengantuk ke dalam
kamar mandi. Sora memang tidak bisa melihat apa yang ada di balik pembatas,
tapi dia tahu jika Steph—yang sekarang berusia 12,6 tahun karena mendapatkan 6
dadu dari Shiro—sedang mencuci rambut adiknya. Suara gelembung air itu pasti
berasal dari Jibril yang ditenggelamkan Shiro ke dasar kolam.
“Kau memberikan
dadumu dengan sangat mudah, Sora-sama. Apa kau tidak tahu jika mereka adalah
nyawamu?”
Keraguan dan rasa bingung…. Gumaman Ino penuh dengan hal
seperti itu. Saat Sora merasakan tatapan dari ujung kolam, dia menghela nafas.
“Apa masalahnya…? 1
atau 10 masih sama selama itu bukan 0. Dan lagi…”
Sora melambaikan tangannya dan menunjuk Steph dengan
dagunya.
“…. Kami ada di
perahu yang sama. Kekuatan kami, bisa dibilang nol besar. Tidak mungkin kami
bisa bertahan.”
Diam yang tiba-tiba datang dipenuhi banyak emosi dan niatan
tersembunyi, tapi Sora melambaikan tangannya seakan ingin menghilangkan semua
itu. Dia mengubah arah pembicaraan untuk menyembunyikan rasa malunya.
“Ngomong-ngomong, apa yang kalian lakukan di
sini? Terutama kau, Pak tu… Paman? Kenapa kau kemari?”
Yah, tapi kalian berdua berhasil menyelamatkan nyawaku, pikir
Sora.
“Tentu saja aku
datang untuk membunuhmu, Sora-sama.”
“Hei, h-h-hei!!
Setidaknya sembunyikan nafsu membunuhmu! Kau bisa membuatku menangis, sialan!!”
Even if violence was prohibited by the Covenants, you’d be
lying if—for instance, confronted by
a body like
Schwarzy’s in his
prime—you said hearing a robot
tell you You are terminated wasn’t
scary.
Meski 10 Sumpah melarang terjadinya kekerasan, tapi bohong
sekali jika—misalnya, kau ditabrak oleh seseorang dengan badan seperti Schwarzy*
di masa jayanya—apa kau mau bilang jika mendengar dia berkata ‘Kau akan
dimusnahkan’ itu tidak menakutkan?
*)Arnold Schwarzenegger, mungkin.
“Tapi, pikiranku
tidak berubah. Tapi untuk sekarang aku tidak akan membunuhmu.”
…. Oh, aku
mengerti…. Untuk sekarang aku
tidak akan membunuhmu. Semua orang
tahu apa kata-kata yang akan muncul setelah itu—aku bohong.
Sial. Aku sudah ada di daftarnya…!
“…. Sora-sama…. Boleh
aku tahu seberapa besar pengetahuanmu soal sejarah Eastern Union?”
Meski Sora sudah berusaha keras memperhitungkan bagaimana
caranya untuk kabur, pertanyaan tiba-tiba dari Ino membuat pikirannya berubah
arah.
…. Sepertinya ini adalah salah satu pertanyaan yang bisa
memberiku kesempatan menghindari death flag.
“Sejarah, katamu….
Bukannya kau sudah mengetahui hampir semua sejarah itu…?”
Sora menjawab dengan nada penuh semangat, dia memilih kalimatnya
dengan hati-hati. Ya, Eastern union tidak hanya menyembunyikan teknologi game
mereka. Mereka juga menyembunyikan detail sejarah mereka pada dunia
luar.
Mungkin karena sejarah itu menyinggung proses terciptanya
kartu AS mereka, video game.
“Aku tahu semua
sejarah yang ada dalam buku. Katanya kalian melakukan perang antar suku selama
6.000 tahun lebih…”
Setelah Perang Besar selesai, Werebeast terbagi menjadi
banyak fraksi berdasarkan atribut fisik mereka—dengan kata lain, apa mereka
punya telinga anjing atau kucing—dan terus berperang satu sama lain. Dalam
pandangan Sora, hal itu adalah guyonan yang tidak bisa dimaafkan. Kenapa
seseorang harus ditempatkan di atas orang lain? Orang bijak pernah berkata,
“Surga tidak menciptakan telinga hewan di atas telinga hewan lainnya!” telinga
anjing, telinga kucing, telinga kelinci—semuanya sama…. Tidak bisakah kita
menyukai semuanya dengan seimbang? Karena itu, mari kita liputi dunia ini
dengan cinta…. Harta dunia seperti mereka tidak boleh bertarung. Itu sudah
pasti.
.... Tidak adakah sebuah dunia dimana orang-orang membunuh
palette swap* mereka sendiri? Dengan pikiran seperti itu, mereka tidak berada
dalam posisi bisa memberikan kritik. Sebaliknya...
*) Palette Swap: satu karakter yang dibuat punya banyak warna yang membedakan
level kekuatan, skill, dll, lihat di sini: https://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Main/PaletteSwap
“Setelah itu kalian
berhasil mengontrol mereka semua dan menjadi negara terbesar ketiga hanya dalam
waktu 50 tahun. Ras yang dulunya terpecah belah sekarang menjadi Eastern Union.
Kalian bahkan punya game yang bisa mengalahkan Exceed lain dengan telak.”
Sebuah prestasi yang
tak ternilai, sesuatu yang sangat
luar biasa yang tidak akan habis mendapatkan pujian hingga akhir zaman. Ya,
di dunia ini ada 16 bentuk kehidupan yang memiliki kecerdasan—Exceed. Bukankah
mengorganisir salah satu dari mereka adalah sebuah hal mudah?
Untuk menaklukkan karma yang dibungkus dalam diskriminasi
dan prasangka selama 6.000 tahun, bagaimana menurutmu itu bisa dilakukan?
“Jika kami memiliki
seseorang seperti Miko dahulu kala, kurasa semua peperangan akan berakhir.”
“... Perkataanmu
membuatku terkejut.”
“Apa maksudmu?”
“Kupikir kau akan
berkata jika hal seperti itu masuk akal jika.... Miko-sama menggunakan kekuatan
Old Deus.”
Ocehan Ino lah yang paling mengejutkan.
“Ahhahahaha! Whoa,
hei, kakek! Kata-katamu sangat lucu!”
Sora tertawa terbahak-bahak sambil memukul permukaan air
kolam. Setelah itu dia menatap papan permainan buatan Old Deus yang membentang
di depannya.
“Kita sedang
membicarakan soal penaklukkan sebuah daerah yang mengalami konflik selama
setengah abad. Jika kau bisa membuat keajaiban dengan berdoa pada dewa, dunia kami pasti tidak akan
mengalami peperangan!”
Ya, game ini dipenuhi oleh kekuatan Old Deus. Mengkopi tanah
dan membelokkan hukum alam untuk menciptakan struktur spiral yang menusuk
langit... Jika kau memperhitungkan energi yang dibutuhkan secara fisika,
seberapa besar angka yang sedang mereka bicarakan? Sora tidak tahu, tapi angka
itu pasti mendekati tidak terhingga... Ini adalah pekerjaan dewa. Kekuatan
tidak terhingga yang bisa menulis ulang kebenaran yang ada di dunia, kekuatan
yang bisa menghancurkan dan menciptakan segalanya...
Meski begitu, semua itu sama
sekali tidak berguna. Di dunia ini, tidak peduli seberapa besar kekuatan
yang kau miliki, kau tidak bisa mengambil hak orang lain secara paksa. Terlebih
lagi, di dunia manapun, selain mengakhiri
sebuah konflik ada satu cara yang bisa digunakan untuk menaklukkan pihak lain.
“Tapi ini teoriku—Ada
Old Deus di belakang Miko yang bisa melakukan semua itu...”
Sora berbicara pada Ino seakan dia sedang menatap seseorang
yang dia hormati dengan seluruh hatinya.
“Miko lah yang
menggunakan Old Deus itu. Setelah
mengalahkannya dalam sebuah game. Aku yakin itu.”
Mereka terikat dengan 10 Sumpah sehingga tidak bisa merebut
hak orang lain—baik Miko dan Old Deus itu.
Baik itu Miko yang ingin menggunakan Old Deus, atau Old Deus yang ingin
menggunakan Miko—keduanya membutuhkan persetujuan masing-masing di awal
permainan—dan mereka harus memenangkan permainan itu.
……
“.... Apa... itu...
benar-benar...Miko-sama?”
Setelah keheningan yang cukup lama, tatapan Ino mengarah ke
permukaan air dan bahunya turun, seakan dia baru memahami sesuatu. Dia tertawa.
“... Sepertinya aku
sudah terlalu lama berendam.... Aku akan keluar sekarang.”
“Thanks, bro. Karena
aku berhasil menemukan pemandian air panas setelah sekian lama, aku akan
menikmati semua ini tanpa otot kekarmu itu.”
Sora melihat Ino yang keluar dari kolam dan berjalan keluar
kamar mandi. Pemuda itu menghela nafas lega karena berhasil menghindari bendera
kematian.
Tapi...
“Ngomong-ngomong,
boleh aku bertanya?”
Jantung Sora seakan berhenti saat Ino tiba-tiba berkata
seperti itu. Ino yang pura-pura tidak menyadarinya (meski dia sudah tahu) pun
bertanya—lebih tepatnya memastikan.
“Pengkhianat yang
masih memiliki ingatan lengkap... Itu kau kan, Sora-sama?”
Steph bisa mendengar tarikan nafas dari balik pembatas. Jika
Ino benar, maka hal itu bisa menjelaskan kenapa Sora bisa menjelaskan cara bermain
game ini seakan dia tahu semuanya. Saat Steph sedang memikirkan hal itu, Sora
yang ada di balik pembatas hanya menyeringai lebar.
“Ya ampun! Bukti apa
yang membuatmu berpikir kalau aku pengkhianatnya?”
“Apa bukti seperti
itu perlu?”
Ino menatap Sora dengan tajam seakan berkata jika keberadaan
Sora sudah cukup menjadi bukti yang kuat.
“Jika Tet
mengumpulkan semua Exceed dan berkata jika ada seorang pengkhianat diantara
mereka, itu sudah pasti dirimu.”
“Haha! Aku suka gayamu. Mudah dimengerti.
Deduksi yang bagus!”
Keberadaanmu adalah
bukti yang kubutuhkan, bajingan. Itu adalah hipotesis milik Ino. Sora yang
mendengarnya hanya bisa bertepuk tangan dan tertawa terbahak-bahak.
Ya, mereka setuju untuk memainkan game ini.
Jika kau menerima peraturan game ini apa adanya, maka
‘pengkhianat’ pasti sudah menipu semua orang dan membuat semua orang setuju untuk menghapus ingatan mereka. Kau satu-satunya bajingan yang bisa
melakukan ini. Kira-kira itu adalah ‘pujian’ yang didapatkan Sora dari Ino.
Tapi...
“Kalau begitu izinkan
aku membela diri. Mari kita mulai dari aku yang meragukan Tet.”
Sora melanjutkan. Jika
aku boleh menambahkan...
“Tidak mungkin aku mau
melakukan hal serumit itu hanya untuk trik
murahan.”
Ino dan juga Steph dan Jibril yang ada di balik pembatas
tersentak tidak percaya. Dalam diam mereka mulai mempertanyakan permintaan Sora
soal penghapusan memori—dan lebih jauh lagi, syarat untuk mendapatkan
kemenangan—adalah ‘trik murahan’. Sora menyeringai.
Sebuah kebohongan pasti ditanam dalam penjelasan peraturan
kedua, tapi diantara penjelasan pertama dan kedua dia tidak mungkin bisa menciptakan kebohongan sebesar ini. Saat
mereka tahu jika ingatan mereka sudah dihapus, semuanya memiliki kekhawatiran
yang sama—resiko dimana mereka diberitahu jika menyelesaikan game ini berarti
mereka menang, tapi malah mendapati fakta jika ternyata hal itu membuat mereka
kalah. Mereka harus membuat persetujuan di awal untuk melarang kebohongan seperti itu. Tapi kalau begitu, kepalsuan apa
yang mungkin terjadi...? Tidak, yang lebih penting...!!
“Tidakkah kalian
berpikir sebelum aku mengkhawatirkan hal seperti itu, aku akan lebih
mengkhawatirkan soal makanan dan transportasi!? Jika kami tidak mendapatkan
Harley ini, persetan soal menyelesaikan game! Kami bahkan mungkin tidak akan
bisa bertahan hingga kotak berikutnya!”
“.... Auugh...
Perkataannya sangat meyakinkan...”
Sora menganggukkan kepala setelah berhasil membersihkan
keraguan yang ditujukan padanya dengan cara menunjukkan jika dia lebih
mementingkan keberlangsungan hidupnya dalam game yang keras ini.
Ya, trik seperti itu memang tidak menjamin kemenangan. Tapi
taktik dan metode ‘Kuuhaku’ selalu sama.
“Jika kami akan
menanam sesuatu, sudah pasti itu akan sangat mematikan.”
Ya, itu dia.
“Itu pasti akan
membuat kami menang, tidak peduli apa yang terjadi.”
Sora meletakkan sikunya di pinggiran kolam dan menyangga
dagunya dengan telapak tangan. Setelah itu dia menatap Ino dan mengatakan
sesuatu yang berani tapi masih bisa diterima.
“Itu yang akan kulakukan... Itu yang akan
dilakukan semuanya, kan?”
Tentu saja. Bukankah
itu yang seharusnya kalian lakukan?
Chapter 2-5 Daftar Isi Chapter 2-7
Komentar
Posting Komentar