Orv Chapter 104. Episode 21 – Things That Can’t Be Changed 3

 Disclaimer: Not mine

PS: Maaf banget ya, udah lama nggak update. Maklum, irl menghabiskan waktukuuu... (T▽T)

>>>>><<<<<

Mengendalikan tubuh bencana? Awalnya aku tidak mau melakukannya. Rencana awalku bahkan sangat berbeda dari itu. Aku memutuskan untuk merubah rencanaku saat pikiranku tertransfer ke dalam tubuh Shin Yoosung.

[Skill eksklusif Omniscient Reader’s Viewpoint stage 3 diaktifkan!]

[1st person supporting role viewpoint diaktifkan!]

Lebih tepatnya, aku harus memodifikasinya sedikit.

「 …Aku tidak mau mengakuinya.. 」

「 …Jika itu memang benar, lalu apa yang kulakukan sekarang? Sudah berapa lama aku hidup? 」

「Apa aku punya tempat untuk kembali? 」

Di tengah pergolakan batin Shin Yoosung, aku melihat dunia dengan kedua matanya. Aku bernafas dengan menggunakan hidungnya, dan membunuh orang lain dengan tangannya. Aku mengucapkan pikiran Shin Yoosung dengan suaranya. Aku adalah Shin Yoosung.

[Skill eksklusif Fourth Wall mulai bergetar!]

Setelah itu aku bertemu Lee Jihye. Aku tahu, saat aku bertemu dengan Lee Jihye, dia akan mati di sini. Karena itu untuk pertama kalinya, aku melakukan sesuatu yang tidak pernah kulakukan sebelumnya.

[1st person supporting role viewpoint mempengaruhi sikap dari karakter.]

[Skill eksklusif Fourth Wall bergetar cukup kencang.]

Ada aliran listrik yang mengalir ke dalam kepalaku, setelah itu yang kurasakan adalah rasa sakit yang amat sangat. Meski begitu, saat Shin Yoosung akan memberikan serangan terakhir, aku berhasil menarik tangan kanannya. Ini adalah pencegahan yang sangat halus, karena itu Shin Yoosung tidak menyadarinya, tapi aku menyadarinya.

Lee Jihye tidak mati.

[Pengertianmu pada karakter ‘Shin Yoosung’ semakin meningkat.]

Hal yang sama terjadi pada Lee Hyunsung. Mentalku memang ada dalam keadaan yang sangat tertekan, tapi mungkin aku bisa melakukan sesuatu dengan ini. Aku semakin memfokuskan diriku dan mempererat cengkramanku pada tubuh Shin Yoosung.

Akhirnya, aku berhasil melakukannya r saat Shin Yoosung mencengkeram leher Lee Gilyoung.

"Si-siapa kau?"

Aku berhasil mengontrol tangan kanan Shin Yoosung.

[Pengertianmu pada karakter 'Shin Yoosung' sudah sangat tinggi.]

Sekarang tangannya bergerak sesuai keinginanku. Ini adalah pengalaman yang menakjubkan.

".... Paman?" tanya Shin Yoosung kecil.

"Keluar dari dalam tubuhku!"

Tangan kanan Shin Yoosung yang kukendalikan mulai bergetar. Tangan itu tiba-tiba menjadi hitam dan membengkak, pembuluh-pembuluh darah yang ada di sana juga menyembul dengan jelas.

Shin Yoosung muda langsung memegang tangan itu.

"Paman, kau ada di sana kan? Paman!!"

Shin Yoosung muda mencengkram tangan kanan Shin Yoosung dari masa depan. Di saat yang sama. Muncul percikan cahaya yang mirip dengan badai probabilitas. Orang-orang yang melihatnya berusaha untuk kabur, tapi percikan cahaya itu menghempaskan mereka ke jarak yang cukup jauh.

Bencana Shin Yoosung dan Shin Yoosung muda saling bertatapan. Ingatan mereka mulai berkumpul menjadi satu.

「"Paman."」

「"Kapten."」

Itu tidak mungkin. Jika teori ‘Disconnected Film’ memang benar, keduanya tidak akan berbagi ingatan.

「"Kau…. Kau boleh membunuhku. Aku tidak keberatan."」

「"Aku masih ingin hidup."」

Saat aku memikirkannya lagi, teori Disconnected Film hanya berlaku pada 'karakter'. Aku datang dari luar novel ini. Bagaimana jika keberadaanku membuat masa lalu mereka terhubung? Bagaimana kalau aku tidak sengaja menggabungkan 2 film yang berbeda?

Aku bisa merasakan 2 Shin Yoosung sedang memegang tanganku. Shin Yoosung dari regresi ketiga dan dari regresi ke-41. Dua entitas yang berbeda itu sekarang saling berhadapan.

「 “Apa aku boleh tetap hidup?” 」

「 “Kalau begitu apa tujuan dari kehidupanku?” 」

"Tidak! Ini…. Ingatan ini…"

Shin Yoosung dewasa langsung merasa panik dan menggigit bibir birunya.

Beberapa saat kemudian aku mendengar suara pukulan yang cukup keras dan Shin Yoosung muda terlempar cukup jauh.

Shin Yoosung dewasa menghancurkan tubuhnya sendiri untuk membuatku keluar. Darah mulai mengalir deras dan kekuatan tempurnya mulai menurun. Keseimbangan yang ada di otot-otot tubuhnya mulai hancur karena energi sihir yang berlebihan.

「 Shin Yoosung! Tunggu, hentikan ini! 」

“Aaaack!”

Shin Yoosung memegang kepalanya dan berusaha mengeluarkanku. Aku berbagi indera dengannya, karenanya sekarang aku menjadi gila gara-gara semua rasa sakit dan mual yang kurasakan. Tidak ada apa-apa lagi dalam pikiran Shin Yoosung dewasa.

Ini berbahaya. Jika ini terus terjadi, Shin Yoosung dewasa akan…

.

.

Kesadaranku meninggalkan tubuh Shin Yoosung dan sensasi yang bisa kurasakan dengan kelima inderaku menghilang. 

[Error dalam skill berhasil diperbaiki.]

[Hak khusus dari King of No Killing berhasil diaktifkan.]

[Tubuhmu berhasil bangkit dari kematian.]

……

Mungkin ini bukan pilihan yang benar. Tapi aku ingin mencobanya.

[Konstelasi yang suka merubah gender merasa sedih.]

Aku pasti akan menyesal jika tidak melakukannya.]

[Pembentukan ulang tubuhmu mulai dilakukan.]

[Skill eksklusif Fourth Wall menekan mental shock yang disebabkan oleh kematianmu.]

[Kompensasi sedang disiapkan untuk skill Omniscient Reader’s Viewpoint stage 3.]

Ini adalah kebangkitan keduaku setelah mati ditangan naga.

Aku bisa merasakan syarafku yang kembali dibentuk, rasa sakit kembali muncul. Paru-paruku yang beregenerasi mulai dipenuhi oleh udara dan syaraf mata mulai menyambung satu sama lain. Aktivitas abstrak dari pikiranku mulai ditransplantasikan ke dalam cerebral cortex.

[Hak khusus dari king of No Killing berhasil diaktifkan.

[100 poin karma telah digunakan.]

[Sisa dagingmu yang tidak terpakai telah dihilangkan. Performa tubuhmu semakin meningkat.]

[Fisik dan kekuatan sihirmu naik 2 level.]

[Kau telah melewati batas level pada skenario ini.]

Untungnya ini adalah kebangkitan keduaku dan aku tidak memperlihatkan sesuatu yang memalukan.

Aku melihat ke sekitar dan menemukan pakaian dan itemku. Untung tidak ada orang yang mengambilnya. Aku langsung menggunakan bajuku, dan di saat yang sama aku mendengar suara yang menyeramkan.

“…Kim Dokja?”

Ah, benar juga. Bajingan itu ada di dekatku. Aku berbalik dan melihat Yoo Joonghyuk menatapku dengan tatapan tidak percaya. Bahunya masih diikat dengan perban milik monster mumi yang dikendalikan Shin Yoosung.

“Kenapa…?”

Aku menghela nafas. Aku tidak bisa menceritakan kemampuan King of No Killing, karena itu aku berusaha mengubah arah pembicaraan.

“... Jangan bilang kau mau membunuhku lagi. Aku benar-benar akan mati kalau kau melakukannya sekarang.”

“Kim Dokja, kau…!”

“Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang kita tidak punya waktu.”

Aku mengayunkan Blade of Faith dan membebaskan Yoo Joonghyuk dari para mumi. Para sulfur mummies itu menatapku dan berteriak marah. Setelah itu aku mengaktifkan Way of the Wind dengan menggunakan skill Bookmark.

Aku membawa Yoo Joonghyuk yang terluka dan berlari ke arah sungai Han yang membeku. Dari kejauhan aku bisa melihat para inkarnasi yang bertarung dengan monster. Ada aura hitam yang menyebar dari Yongsang-gu, Seoul. Aku yakin itu. Bencana Shin Yoosung ada di sana.

“Paman!”

“Dokja-ssi!”

Aku melihat para companionku yang berlari ke arahku. Aku meletakkan Yoo Joonghyuk di tanah dan memberi perintah.

“Istirahatlah.”

Setelah itu aku berjalan ke arah bencana Shin Yoosung.

“Dokja-ssi, itu berbahaya!”

“Tidak apa-apa.” Aku menghentikan Lee Hyunsung dan berlari ke depan. “Shin Yoosung.”

Disaster of Flood sedang duduk sambil memegangi kepalanya. Darah terus mengalir dan membasahi tanah yang ada di sekitarnya.

Aku yakin jika para inkarnasi tidak mendekatinya karena aura mengerikan yang dikeluarkan oleh bencana itu. Padahal sekarang mereka bisa membunuhnya jika menyatukan kekuatan.

“Kau… Siapa… Siapa kau!?” bencana Shin Yoosung menatapku dengan mata sembab. “Semuanya hancur… Karena kau… Ini bukan regresi yang kutahu…”

Jiwa yang sudah bertahan selama ribuan tahun sekarang bergetar karena rasa takut.

“Tidak. Ini tidak sama.”

Yoo Joonghyuk mulai berubah dan jiwanya mulai hancur saat Shin Yoosung dewasa bertemu dengan SHin Yoosung muda.

Shin Yoosung dewasa membenci Yoo Joonghyuk. Kemarahannya sudah terpupuk selama ribuan tahun. Tapi semua emosi itu mulai hancur setelah menyaksikan ingatan yang baru saja dia terima.

Mungkin harapan ini bisa merubah dunia. Itu adalah harapan kecil yang dilihat bencana Shin Yoosung. Harapan itu mungkin memang sangat kecil, tapi itu sudah bisa mengalahkan rasa putus asa yang dia rasakan.

Aku berjalan mendekati Shin Yoosung dewasa dan berlutut di depannya. Bencana itu hanya menatapku.

“Aku senang kau datang ke sini.” Aku terus memikirkan hal apa yang ingin dia dengar. Hal seperti itu tidak ada di dalam novel Cara Bertahan Hidup, karena itu aku hanya bisa mengarang kalimatku sendiri. Jika aku Shin Yoosung… “Aku sudah menunggumu sejak lama.”

Shin Yoosung menatapku dengan curiga. “.... Kau menungguku? Siapa kau?”

“Orang yang menginginkan dunia yang sama denganmu.”

Di detik ini, tatapan Shin Yoosung langsung berubah drastis.

「 Aku… 」

Tidak lama setelah itu, Yoo Sangah menyentuh bahuku.

“Dokja-ssi.”

Aku mengangguk. Semua companionku menatapku. AKu balik menatap mereka semua dan berkata.

“Semuanya.”

Aku menyukai episode Disaster of Flood. Aku menyukai semua karakter yang muncul dalam episode ini dan menghargai mereka semua. Mungkin karena itulah aku berharap episode ini tidak akan terjadi.

“Aku tidak akan membunuh bencana ini.”

Aku memikirkannya sekali lagi. Di regresi ketiga yang asli, Disaster of Flood mati setelah Shin Yoosung muda dibunuh. Tapi aku mulai berpikir, mungkin ada ending lain di episode ini yang tidak kuketahui. Itu adalah ending yang belum pernah dicoba sebelumnya.

“Aku tidak akan menerima pendapat lain. Kali ini, aku berharap kalian akan mendengarkan permintaanku.”

“Paman, apa-apaan omong kosong ini!?”

Tidak ada batas waktu di skenario kelima ini. Bagaimana jika Disaster of Flood menyerah dan bagaimana jika kami tidak memburunya?

Mungkin skenario ini akan terus berlanjut tanpa ada seorangpun yang mati. Beberapa orang mulai memahami apa yang kumaksud, dan sisanya tetap terlihat bingung. Orang pertama yang menganggukkan kepala adalah Yoo Sangah, kemudian Lee Hyunsung berkata.

“Kau pasti punya ide, kan. Aku akan mengikuti keinginan Dokja-ssi.”

“Tidak apa-apa kalau hyung benar-benar menginginkannya. Tapi, bolehkah aku memukulnya sekeras dia memukul Titano?”

“Sialan. Lakukan sesukamu. Memangnya kapan paman tidak pernah melakukan semua yang kau mau? Tapi, apa ini tidak apa-apa?”

Aku mendengarkan pendapat semua companionku dan kemudian menatap Shin Yoosung muda.

“Aku…”

Gadis itu menangis. Mungkin Shin Yoosung sudah melihatnya. Semuanya yang dialami oleh dirinya dari masa depan.

Karena itu, terlalu kejam rasanya untuk bertanya pada Shin Yoosung muda tentang apa yang akan mereka lakukan pada Shin Yoosung dewasa. Aku mengelus kepala gadis itu dan menatap Shin Yoosung dewasa sekali lagi. Ekspresinya saat ini sangat mirip dengan hewan liar yang terluka.

“Kau akan membiarkanku hidup? Jangan buat aku tertawa. Memangnya kau ini siapa?”

Hal terakhir yang dia miliki adalah rasa bangganya.

“Aku sudah melalui regresi ke-41. AKu mengingat semua yang tidak diketahui semua orang yang ada di sini. Apa yang kau tahu? Bagaimana bisa kau tahu apa yang kualami saat itu? Bagaimana bisa aku melupakan semua itu?”

Kata-kata Shin Yoosung dewasa berhenti. Dia melakukannya karena Yoo Joonghyuk sedang menatapnya.

“…”

Shin Yoosung akhirnya menyadari maksud dari perkataannya sendiri. Tersesat diantara dunia. Kehilangan orang yang dia sayang. Dia tertidur dan kemudian terbangun di dunia itu sekali lagi. Hanya ada satu orang yang mengerti perasaannya di dunia ini.

“Semua regresor membenci hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.”

Regressor Yoo Joonghyuk membuka mulutnya.

“Orang itu akan menjadi jahat di masa depan, karena itu aku harus membunuhnya. Orang itu akan membunuh companionku, aku harus membunuhnya sekarang. Orang itu akan menjadi companionku di masa depan, aku harus menolongnya.”

Aku bisa merasakan emosi yang terpancar dari mata Yoo Joonghyuk. Sejak aku bisa membacanya, Yoo Joonghyuk yang sekarang terasa agak aneh untukku. Aku tidak pernah melihat Yoo Joonghyuk yang jujur pada perasaannya sendiri.

“Ini adalah masa depan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aku tahu mereka tidak mengingatku dan kenapa mereka tidak melakukan apa-apa. Meski begitu, aku percaya jika mereka akan bertindak sesuai dengan perkiraanku. Itu yang kurasakan. Alasannya, semua itu terjadi dalam kehidupanku dan aku tidak bisa hidup jika terus menghindarinya.”

Kemarahan kembali muncul di mata Shin Yoosung dewasa.

“Ya! Semua ini terjadi karena cara hidupmu yang seperti itu! Companionku…”

“Jadi kau hanya perlu menjalani hidupmu saja, Shin Yoosung.”

“... Apa?”

“Jika kau mau, aku akan menjadi objek kebencianmu.”

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena terlalu sedih saat mendengar kata-kata Yoo Joonhyuk.

“Bertahan hiduplah di regresi ini untuk membunuhku.”

Yoo Joonghyuk mengatakan kata-kata terakhirnya. Mungkin ini adalah kehangatan yang bisa ditunjukkan oleh protagonis itu.

 

Ini adalah kali pertama aku merasa jika punggung Yoo Joonghyuk terlihat lebar dan kokoh. Tapi disisi lain, punggung itu terlihat rapuh dan kesepian.

Shin Yoosung dewasa menatap Yoo Joonghyuk dengan mulut ternganga.

Ironisnya, dia mengerti perasaan laki-laki yang sudah dia benci selama 1000 tahun hidupnya.

“Kapten… Tunggu, kapten!”

Aku bisa merasakan riak gelombang dari dalam hati Shin Yoosung.

「 …Apa ini benar-benar tidak apa-apa? 」

「 Teruslah hidup untuk alasan itu. 」

「 Dunia ini, kau tidak perlu membuangnya….」

Beberapa kemarahan tidak menghilang dan kesedihan tidak bisa dihapuskan. Tapi, selama Shin Yoosung hidup, suatu hari nanti pasti ada orang yang akan menyelamatkannya.

Aku berkata pada Shin Yoosung dewasa. “Shin Yoosung, ini adalah ‘regresimu’.”

Aku tidak bisa mengubah apapun karena aku hanya pembaca. Tapi, karena aku adalah pembaca, aku bisa mengubahnya sekarang. Kurasa aku bisa melakukannya.

Setidaknya itu yang kupikirkan hingga kami semua mendengar suara dokkaebi tingkat menengah itu.

 

Chapter 103     Daftar Isi     Chapter 105


Komentar

Postingan Populer