NGNL Vol. 7 Chapter 1 Part 12

 Disclaimer: not mine

>>>>><<<<<

 “... Shiro. Aku berjanji padamu... Aku tidak akan... lari... dari kenyataan... lagi.”

 “... Ya... ya...! Nii... aku setuju... aku tidak, akan... lari... lagi...”

Berkat kerja keras Steph, dua kakak adik itu berhasil selamat. Mereka saling berpelukan sambil menangis dan bersumpah untuk menghadapi kenyataan bersama-sama.

 

Setelah ini mereka akan belajar berenang.

 

 “Okeeee, Sora! Kesombongan macam apa yang akan kau ucapkan untuk menjelaskan semua error ini?”

Steph yang basah kuyup berteriak dengan nafas terengah-engah. Bukan hanya Sora dan Shiro, Steph juga harus menyeret barang bawaan mereka yang tenggelam di dasar danau. Kapasitas paru-paru yang masih bisa membuatnya berteriak seperti itu patut dipuji dan dihormati.

Seandainya rasa hormat bisa menggantikan energi seseorang...

 “Ah, ini, begini... Semua sesuai dengan rencanaku...”

 “Kau mengeluarkan air dari mulut seperti air mancur, gemetar kedinginan bersama adikmu, menangis dengan keras... dimananya yang ‘Sesuai dengan rencanaku’!? Apa rencanamu itu menjadi terumbu karang yang menghiasi dasar danau!? Kau ini pecinta alam, ya!?”

... Steph yang lebih serius dari biasanya itu pun mulai menceramahi kakak beradik itu dengan nada yang agak keras dari biasanya. Tapi Sora yang mendengarnya hanya menyeringai dan memperlihatkan ekspresi mencemooh.

 “Kenapa kami harus membuat terumbu karang di danau? Kalau kami benar-benar ingin menjaga alam, kami akan membuatnya di...”

 “Bukan. Itu. Maksud. Ku, Yang. Mulia!! Memangnya bagaimana caramu ‘merencanakan’ semua kekejaman ini!?”

Bam! Steph menekankan telunjuknya pada Sora yang dia anggap sebagai biang keladi dari semua kekejaman yang dia alami selama beberapa hari belakangan ini.

 

Sora tetap berbaring terlentang dengan Shiro berbaring di atas tubuhnya, sedangkan Steph terus berteriak di sebelah mereka. Meski semua barang mereka tenggelam ke dasar danau—backpack mereka berhasil diselamatkan oleh Steph. Backpack mereka sudah dilapisi lilin untuk mengantisipasi kejadian seperti ini. Terlebih lagi, hp milik Sora dan Shiro adalah perangkat tahan air yang bisa digunakan di dalam air. Dan sekarang, karena mereka sudah menyelesaikan Tugas, mereka mendapatkan 1 dadu baru di depan dada mereka masing-masing.

Apa ini yang disebut Steph sebagai ‘kejam’? jadi dimana masalahnya...?

 

 “Bukannya kita sedang membunuh satu sama lain...? Kenapa kau berkata jika ini ‘seperti yang sudah kau rencanakan’...!?

Nada kesal Steph membuat Sora menyadari jika dia memang sedikit tidak peka. Dia bilang mereka tidak saling membunuh satu sama lain, tapi Ino dan Plum hampir membunuh mereka berdua. Itu pasti ‘kekejaman’ yang dimaksud Steph.

 “... Hmm, aku tidak tahu cara menjelaskan bagaimana aku berbicara. Kau harus melakukannya dengan mulutmu sendiri...”

Sora berdiri dan menatap Steph dengan tatapan santainya.

 “Mungkin sekarang aku memang memuntahkan air, mungkin ikan, tapi aku masih akan mengatakan hal yang sama—semuanya sesuai dengan rencanaku.

“…………”

Steph menatap Sora dengan tajam, tapi pemuda itu hanya memeras bajunya yang basah dengan wajah datar.

 “Premis dimana kita semua setuju untuk memulai game ini... sama sekali tidak masuk akal.”

Ya, itu adalah premis yang tidak biasa. Agar mereka bisa saling percaya satu sama lain, tidak saling mengkhianati, tidak membunuh satu sama lain, apalagi bertaruh dengan nyawa Miko-sama. Ada terlalu banyak kondisi yang tidak mungkin disetujui oleh mereka semua—dan masih ada banyak lagi. Sora melepas kaosnya sambil tersenyum tipis.

 “Game dengan Old Deus... Shiro dan aku pasti akan melakukannya. Jibril pasti akan menuruti keinginan kami—kurasa dia mungkin akan ikut karena penasaran. Jika Miko-san ikut, maka Ino dan Izuna juga akan ikut. Dan kau, Steph... kau mungkin... kau tahu, tidak sengaja terseret ke dalamnya.”

 

 

 “... Lalu? Bagaimana dengan Plum?”

Steph hampir tidak bisa mengatakannya. Premis seperti ini memang tidak mungkin terjadi—tapi game ini bisa terjadi jika mereka semua setuju dengan premis yang ada. Meski begitu, Plum tidak punya alasan, tidak punya motif... Dia tidak punya kewajiban untuk mengikuti game ini.

 “Dalam game ini, yang memiliki kemungkinan bertahan hidup paling kecil bukan kita—tapi Plum. Lihat keadaan di sekitarmu. Sejauh mata memandang hanya ada alam terbuka. Jika game ini menjadi semakin lama, orang yang tidak bisa bertahan di bawah sinar matahari akan menjadi pihak yang paling dirugikan. Tidak ada darah di sini—dia bahkan tidak bisa mendapatkan cairan tubuh lainnya.”

Tanpa kesempatan untuk menang seperti itu, tidak mungkin Plum mau mengikuti game ini.

 “Apa yang dia incar? Apa kondisi yang membuatnya setuju untuk bermain? Itu mudah, iya kan Shiro?”

Kakak beradik itu memeras dan mengeringkan baju mereka sebisa mungkin. Sora menunjuk dadu milik Plum yang ada di dadanya—mereka akan mendapatkan 1 dadu setelah selesai mengerjakan Tugas yang diberikan. Shiro yang sepertinya bisa menangkap maksud perkataan sang kakak pun menjawab dengan senang hati.

 “... Plum... ingin menang... tanpa... menyelesaikan... game ini...”

Keduanya memainkan dadu yang baru saja mereka dapatkan—bukan, tapi dadu yang diberikan Plum kepada mereka—gamer terbaik Immanity, “    “ (Kuuhaku). Kemudian mereka menyeringai lebar seakan sedang mendeklarasikan kemenangan mereka.

Jika kau sudah lupa, kami akan mengatakannya sebanyak yang kau perlukan.

 

     “ (Kuuhaku) tidak pernah kalah.

Semuanya sudah mereka prediksikan, semua berjalan sesuai dengan rencana mereka. Apa yang mereka lakukan adalah menang, itu adalah takdir mereka.

 “... Ya. Hehehe, ya. Itu benar, iya kan!? Kalau begitu...”

Steph bergumam, wajahnya sudah tidak semurung tadi. Dia dipenuhi perasaan lega setelah mengingat kembali hal yang penting yang sudah dia lupakan. Setelah itu dia menunjuk Sora dan Shiro—lebih tepatnya sesuatu yang ada di belakang mereka.

 “.... Aku ingin dengar apa yang akan kita lakukan setelah ini—termasuk apa yang akan kupakai sebagai celana dalam, tolong pikirkan itu. Kumohon beritahu aku rencana hebat kalian, wahai ratu dan raja bijaksana, kebanggaan Elkia... Jelaskan plot yang sudah kalian siapkan, aku tidak mau jantungku tiba-tiba berhenti berdetak karena terlalu kaget.”

Steph mengatakannya dengan tatapan putus asa dan senyum kosong, tapi hal itu berhasil membuat kakak beradik itu tersadar. Pemandangan di belakang mereka telah berubah karena Tugas yang diberikan Plum, terlebih lagi mereka langsung dipindah ke udara sesaat setelah sampai di kotak ini. Kalau begitu, kereta dan kuda yang mereka gunakan selama ini, mungkin sudah pergi atau menghilang entah kemana. Di dunia tanpa ada jalan raya seperti ini, mereka tidak punya pilihan lain selain berjalan ke arah horizon yang terlihat sangat jauh itu. Melihat hal itu, Sora dan Shiro pun menitikkan air mata mereka.

 

Sialan! Padahal ini masih lemparan dadu pertama mereka. Mereka sudah melalui semuanya—bahkan sampai meletakkan kaki mereka di depan pintu gerbang kematian untuk mencapai kotak ke 62 ini! Mereka masih harus melempar dadu banyak kali untuk melewati 289 kotak lagi!

Ini masih 1/6 dari total kotak yang harus mereka lalui... Ini masih bagian pembukanya... Demi Tuhan!? Jujur saja, Sora sekarang sedang mencaci Sora yang ada di memorinya yang hilang, kenapa dia setuju dengan semua peraturan ini. Bukannya dia bisa melakukannya dengan lebih baik lagi!? Setidaknya pikirkan dia harus naik kendaraan macam apa... iya kan!?

 “Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah kedepan. Berikan dadumu padaku lagi, dan kita akan pergi sebagai satu kelompok!

Sora berteriak seakan ingin mengangkat semangatnya yang sudah ada di titik terendah. Mereka akan pergi bersama-sama, seperti di awal. Sora mengambil dadu milik Shiro dan Steph dan hanya menyisakan 1 dadu untuk masing-masing gadis itu.

 

04: PERGI SEBAGAI KELOMPOK harus dideklarasikan terlebih dahulu, dan seluruh kelompok akan maju sesuai dengan nomor dadu yang didapatkan oleh representatif kelompok.

05: Jika jumlah kelompok lebih dari 2, saat dadu digunakan, maka kelompok tersebut akan kehilangan dadu sesuai dengan JUMLAH SELURUH ANGGOTA KELOMPOK DIKALI DENGAN JUMLAH PENGIKUT DALAM KELOMPOK.

 

Pergi secara berkelompok membuat masing-masing dari mereka menggunakan 6 dadu di setiap lemparannya. Kelebihannya, angka yang mereka dapatkan akan meningkat drastis dan membuat mereka maju lebih jauh dalam sekali lemparan dadu. Efeknya, Tugas yang harus mereka kerjakan juga menjadi lebih sedikit. Saat Sora mengulurkan tangannya, Steph mengambil 8 dadu dari dadanya dan menyerahkannya pada si pemuda...

... Ya, Steph memang berniat menyerahkan dadunya. Tapi ada sesuatu yang membuatnya ragu. Gadis itu menundukkan kepalanya dan bertanya.

 “... Ini mungkin sudah terlambat... Tapi kenapa kalian membawaku?”

.... Apa....?

 “Ma-maaf.... sepertinya aku sudah salah menilaimu... Kita semua tidak pernah melihat game seperti ini sebelumnya, dan kau ingin kita memainkannya sebagai karakter terlemah yang tidak akan pernah level-up? Sialaaaann!! Aoa kau ini masokis profesional!?”

 “... Nii... para uploader... selalu... membuat diri mereka... terlihat bodoh... dalam video... seperti itu...”

 “A-aku tidak tahu apa maksudmu! tapi...”

Steph yang dipaksa ikut bersama kakak beradik ini di kotak pertama karena mendapat ancaman, sekarang mulai merasa ragu.

 

 “Jika melihat peraturan tentang ‘anggota kelompok’... kalian pasti akan lebih diuntungkan jika meninggalkanku, iya kan...?”

Kenapa mereka berdua memaksaku untuk pergi bersama? Sora dan Shiro bertukar pandangan saat Steph sedang sibuk bergumam sendiri. Sepertinya gadis berambut merah itu mulai menyadari sesuatu.

Ya, Steph memang terlambat bertanya. Sora dan Shiro tersenyum karena merasa kasihan pada Steph. Di awal game, mereka mengambil 9 dadu dari Steph dan kemudian mengancamnya untuk ikut bersama mereka. Jika mereka pergi bersama, masing-masing dari mereka harus menggunakan dua dadu dalam sekali langkah—totalnya menjadi 6 dadu. Ditambah lagi, jika mereka gagal menyelesaikan Tugas, mereka bisa kehilangan dadu, dan mati dalam sekejap. Meski mereka berhasil pergi lebih jauh dengan dadu yang lebih banyak, jika mereka menggunakan lebih banyak lagi, mereka bisa kalah. Karena itu...

 “Jika kalian berdua pergi tanpa diriku... kalian hanya butuh menggunakan 2 dadu dalam 1 langkah, iya kan?”
*) Penjelasan nggak penting: Di peraturan kelima dikatakan kalau jumlah dadu yang hilang adalah jumlah anggota kelompok dikali jumlah pengikut. Di kelompok Sora, anggotanya ada 3 (Sora, Shiro, dan Steph) sedangkan pengikutnya—artinya representatif nggak dihitung—ada 2 (Shiro dan Steph). Jadi kalau mereka bertiga pergi bareng, dadu yang dibutuhkan adalah 3x2=6. Kalo Sora dan Shiro pergi sendirian dadunya jadi 2x1=2.

Ya, dalam peraturan dikatakan, ‘jika anggota kelompok lebih dari 2’ maka dadu yang akan digunakan juga bertambah. Kalimatnya adalah lebih dari 2—lebih dari. Bukan ‘2 atau lebih’. Kalimat itu tidak memasukkan 2. Jika yang pergi bersama hanya dia dan Shiro, maka mereka hanya perlu menggunakan masing-masing 1 dadu, total menjadi 2 dadu. Jika mereka menambahkan 1 orang lagi, penggunaan dadu mereka menjadi 3 kali lipat.

 “Jadi, Shiro dan aku harus pergi bersama, tapi tidak ada alasan untuk menambah jumlah anggota karena peraturan ini. Jika aku menambahkan orang selain Shiro dalam kelompokku, maka beban kami akan bertambah. Hal itu bisa menjadi penghalang kami untuk menang, jadi kami harus meninggalkanmu—apa itu yang kau maksud?”

 “Uh, ya...”

Steph langsung tersipu saat mendengar suara orang yang mengambil 9 dadu dari Shiro dan 8 dadu darinya dan sekarang membawa 27 dadu itu. “Yah, aku agak enggan mengatakannya, tapi tebakanmu salah... Sayang sekali, huh?”

It was a sharp baritone booming with laughter—the voice of a man in his late forties.

Suara baritone tajam Sora bergetar karena tawanya—itu adalah suara laki-laki di usia 40-an akhir.

 

 “Kita bisa tenang karena yang menambahkan peraturan soal pergi berkelompok adalah—aku. Itu artinya...”

Peraturan soal ‘anggota kelompok’ sama sekali tidak berguna kecuali untuk Sora dan Shiro. Meski ada pengkhianat, pergi berdua tidak akan memberimu keuntungan, dan pergi dengan anggota lebih dari 2 malah akan semakin membebanimu... Tidak ada alasan bagi orang lain untuk menggunakan peraturan ini. Tapi jika peraturan (yang Sora tambahkan karena itu penting untuknya dan Shiro) ini sangat menguntungkan karena mereka bisa pergi bersama-sama tanpa penalti apapun, mereka pasti akan sangat terbantu, iya kan, dewa?

 “Dari sudut pandangku, kita harus pergi dalam kelompok untuk menang—jadi katakan saja deklarasinya.”

Sora melihat ke arah yang sepertinya adalah garis finish—tempat yang berjarak sangat jauh dari tempatnya berada sekarang—dan mendengus kepada Old Deus yang sedang menunggu di sana. Setelah memperlihatkan (beberapa kali, malah) jika manusia bisa bisa mengalahkan dewa, Kalimatnya, wajahnya, dan suaranya yang terdengar semakin dewasa langsung membuat Shiro dan Steph tersipu. Sora kemudian mengajak keduanya, menggenggam tangan mereka dan kemudian berkata:

Pergi dalam kelompok.

Setelah kalimat itu menggema, Sora mengambil dadu dari dadanya dan melemparnya ke tanah. Mereka berputar beberapa kali dan saat nomornya muncul, ketiganya akan mulai bergerak lagi dengan harga 20% dari nyawa mereka. Membuang waktu eksistensi mereka—usia mereka, nyawa mereka—hanya untuk maju. Apa yang menunggu mereka di kotak berikutnya? Sora dan Shiro menyeringai, Steph gemetaran. Bersama mereka menatap ke depan, ke tempat dimana hidup mereka akan menuju...

XXXXXX

30 menit berlalu.

 “Aku memang menanyakan ini di kotak pertama. Apa yang sedang kau lakukan?”

”Kupikir aku sudah menjawabnya di kotak pertama.... Ini adalah ritual.”

“…Random number analysis…”

Rasa was-was yang mereka rasakan mulai menghilang. Steph, gadis berusia 18 tahun, duduk sambil memeluk lututnya pun bertanya hanya untuk dibuat diam kembali oleh Sora dan Shiro. Ini adalah pemandangan yang aneh; 2 gadis kecil dan 1 perjaka berusia 50 tahunan, tidak mengenakan kaos, dan sekarang sedang melakukan headstand.Kalau ada yang menelpon polisi, dia pasti langsung ditangkap dengan tuduhan telah berbuat tidak senonoh di depan anak kecil. Tenang, dia pasti akan terbukti bersalah.

 “Nii... untuk... selanjutnya.... obor, meringkuk, ke kiri... dan kanan... lalu lempar.”

 “Ah, um... Aku akan sangat menghargai jika kau bisa menjelaskan dengan lebih detail kepadaku.”

Meski sekarang Sora terlihat seperti orang paruh baya yang kesakitan, dan melihatnya bisa membuatmu sedih, tapi kau harus sadar. Dia cuma Sora.

 “Hanya aku yang akan mengajukan peraturan soal Tugas yang dianggap tidak sah dan pergi secara berkelompok. Aku sudah bilang, aku pasti sudah menipu mereka semua...”

Dan seperti 30 menit yang lalu, Sora melempar 1 dadu.

 

02: Pembawa dadu bisa maju sesuai nomor yang muncul pada dadu yang dia lempar.

03: Hasil dari pelemparan dadu akan ditentukan secara acak, setelah itu pembawa dadu akan kehilangan dadu yang SUDAH DIGUNAKAN.

 

 “Yang membuat peraturan soal dadu mungkin juga kami berdua.”

 “... Nii... selanjutnya.... 1 langkah... ke belakang... dan lempar... dengan pose... kayang...”

Sesuai petunjuk Shiro, Sora melakukan kayang dan melempar dadu lain. Dia terlihat tidak nyaman, tapi dia tetap menjawab pertanyaan Steph. Jawabannya tidak menggunakan kata-kata, tapi menggunakan perbuatan. Masih dengan pose kayang, dia melempar 20 dadu yang masih ada bersamanya...

... Dan semua dadu itu menunjukkan angka 6.

 “Dengan sedikit teknik semua orang bisa memanipulasi hasil lemparan dadunya... setidaknya, seperti, ini!”

.... Mana mungkin! Shiro bisa mendengar teriakan hati Steph... Tapi faktanya, semua orang bisa melakukannya. Lihat saja indera luar biasa milik Izuna dan Ino, atau sihir milik Jibril dan Plum. Tidak jelas siapa yang berkata jika hal itu harus dilarang, tapi sang kakak terus meneruskan penjelasannya.

 “Tapi jika kami melarang manipulasi dadu dan percaya jika Old Deus mengatakan hal omong kosong seperti hasil yang ‘acak’, bisa saja dia yang akan memanipulasi dadu kita hingga kita tidak bisa mencapai garis finish. Itu adalah trik yang tidak bisa kau buktikan, dan kita akan mati karenanya. Kau pikir aku akan membiarkan hal seperti itu?”

 “... Nii, selanjutnya... tempelkan wajahmu... di tanah...”

Sesuai dengan perintah sang adik, Sora menempelkan wajahnya di tanah dan melempar 1 dadu lain.

 “Jika begitu, seseorang harus memiliki Random Number Generator yang spesifik.”

Sora melirik Shiro dan berkata.

“—Someone here.”

“... Ada seseorang di sini.”

Sambil terus menatap angka dadu yang muncul dan menghilang saat dadu-dadu itu dilempar, Shiro menjawab dengan wajah puas dan pose V untuk Victory. Jika manipulasi hasil pelemparan dadu dilarang untuk semuanya bahkan Old Deus sekalipun, maka mereka harus membuat urutan nomor pseudorandom—fungsi randomisasi. Jika kehilangan ingatan ada kondisi untuk memulai, ini akan memastikan jika tidak ada seorangpun dalam game ini yang bisa memainkan pengacakan angka dadu.

 “Tapi, jika Shiro yang menggambarkannya, dia pasti memasukkan kondisi tertentu!”

 “... Aku membuatnya... seperti itu... jadi jika... kami bisa... mengetahui... seednya... kami bisa... membuat nomor random... sesuka... kita...”

Ini adalah bukti dari apa yang sudah kami lakukan. Sang kakak tersenyum miring.

 “Kau harus melempar semua dadumu, tapi peraturan itu tidak berkata kalau kau harus melempar semuanya di waktu yang bersamaan, iya kan?”

Kalau begitu, jika mereka melempar 1 dadu di satu waktu sambil mengubah kondisinya, mereka bisa mengetahuinya.

 “Yah, itu bukan berita baru untukku... Tapi kau benar-benar penipu ulung. Kalian berdua.”

 “... Baiklah... nii... sekarang, lepaskan... celanamu... dan mundur... 1 langkah...”

 “... Shiro, boleh aku bertanya: Apa kau benar-benar memasang seed di RNG* berdasar apa aku memakai pakaian atau tidak?”
*) RNG: Random Number Generator.
Seed: Dalam game, seed punya beberapa arti, tapi hasil pencarian teratas di google bilang seed itu lawan atau tim dalam pertandingan yang diberi peringkat lebih awal dengan tujuan mendapatkan hasil draw/seri.

Shiro menjawab pertanyaan sarkas Sora dalam hati—Tentu saja tidak. Shiro harus menggunakan routine* dari game Romancing SaGa 3 dan seluruh keunikannya. Dalam kasus ini, seed akan menghasilkan jumlah langkah dan lamanya waktu yang dibutuhkan, dan Shiro bisa mengingat semua itu dengan sempurna, tapi...
*) Routine itu semacam apa yang sering kamu lakukan dalam sebuah game. Cara main, strategi, dll.

 “... Tentu... Itu caraku... melempar dadu...”

 “Apa yang kau katakan...? Apa yang harus kulakukan kalau aku harus telanjang demi nomor-nomor ini!?”

 “...? Kalau... Begitu... Telan...jang...”

 “Paman-paman dengan pakaian ulang tahunnya di depan 2 gadis kecil!? Bukannya itu sama saja seperti mengundang polisi!?”

It’s  probably  already  too  late,  Shiro  thought.  Steph  seemed  to  have given up and was gazing at the blue sky, whistling through some grass she’d picked, the flat sound reverberating alone.

... Mungkin itu sudah terlambat. Pikir Shiro. Steph yang sepertinya sudah menyerah hanya bisa menatap langit biru yang ada di atas sambil mendengarkan suara angin yang mengenai ujung rerumputan.

 

Chapter 1-11     Daftar Isi     Chapter 2-1


Komentar

Postingan Populer