ORV Chapter 251: Episode 47 – Demon King Selection (5)

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya.

Warning!!! Chapter ini berisi pembicaraan sensitif 2 antara 2 laki-laki soal pengalaman hamil salah satu karakter. Bagi yang baca chapter-chapter lama pasti tahu siapa. Mohon dimengerti kalau ini cuma novel. Tidak akan kejadian di dunia nyata.


Akhirnya kami sampai di kompleks industri Yoo Joonghyuk (dulu: Syswitz).

Di sepanjang jalan Yoo Joonghyuk terus terdiam. Hal itu tidak berubah ketika mereka sampai di kompleks industri. Ketika mesin Ferragini dimatikan, Yoo Joonghyuk langsung keluar dan kemudian berkata. “Mulai sekarang aku akan bergerak sendirian.”

“…. Apa kau akan datang ke acara pemilihan?”

Yoo Joonghyuk menganggukkan kepalanya dan kemudian menghilang dari hadapan kami semua. Sepertinya dia sudah tahu harus kemana dan apa yang harus dia lakukan. Satu hal yang pasti, semua yang dia lihat akan hancur berkeping-keping.

“…. Kau tidak menghentikannya?”

Aku mengangguk kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Jang Hayoung. Setelah ini aku harus membuat rencana dengan premis dimana Yoo Joonghyuk tidak akan mendengarkan perkataanku. Yoo Joonghyuk hanya perlu tetap hidup sehat wal afiat hingga pemilihan Demon King dimulai.

Di samping itu ada hal penting yang harus kulakukan. Aku mengabaikan masalah-masalah kecil yang ada dan langsung pergi ke ruang dewan yang dipimpin Aileen.

“Sudah lama tidak bertemu.”

Sudah cukup lama aku tidak melihat Aileen dan sekarang dia terlihat sangat kelelahan karena berbagai kesibukan yang ada di kompleks industri ini.

Aileen membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidungnya dan langsung menyerahkan laporannya padaku. “Setelah duke pergi, aku harus mengatasi semua masalah di kompleks industri…. Untungnya anggota party memberikan bantuan padaku.”

“Anggota party?”

“Ya, party Yoo Joonghyuk. Kau tidak tahu? Setiap pagi, ada beberapa orang yang berjalan sambil berkata ‘Aku Yoo Joonghyuk’. Party itu terbentuk tepat sebelum kau pergi…. Sepertinya kau tidak sempat melihatnya.”

Apa mungkin itu mereka? Sial. Terkadang aku masih mendengar teriakan di hari itu dalam kepalaku.

Aileen menggelengkan kepalanya dan melanjutkan penjelasannya. “Belakangan ini, ada kelompok yang mengikuti jejak ‘Punisher’.”

“Apa kau sudah tahu identitasnya?”

“Belum. Yang pasti dia tiba-tiba menghilang setelah duke pergi.”

“Menghilang?”

Perasaan aneh muncul di dadaku. Mungkinkah…? Aku memiliki sebuah hipotesis, tapi itu tidak mungkin. Mau dipikirkan berapa banyak kali pun, hal seperti itu tidak akan pernah jadi kenyataan. Itu yang kupikirkan.

Aileen menghela nafas. “Aku tidak tahu kenapa aku tetap memberikan laporan padamu. Pemilik kompleks industri ini Yoo Joonghyuk, kan?”

“Itu bukan masalah besar….”

“…. Duke harus berada di kompleks industri yang dia pimpin.”

Ini bukan kompleks industri ku. Sejak aku kembali ke Demon World, aku harus memeriksa status kompleks industri Kim Dokja (dulu: Gilobat). Aku menyerahkannya pada Mark, tapi aku tidak tahu apa yang sedang terjadi di sana.

Aku menatap pemandangan kompleks industri melalui jendela. Ada banyak hal yang terjadi sejak aku datang ke tempat ini. Aku bangun dari tempat dudukku. Aileen yang duduk tidak jauh dariku juga ikut bangkit.

“tu-tuan Duke.”

Aku menatap balik Aileen dengan wajah aneh. Ekspresi wajahnya terlihat dingin, sedih, dan kecewa. Meski begitu suaranya tetap terdengar tenang ketika berbicara. Aku sudah mempelajari karakter Aileen yang ada dalam novel, karena itu aku tahu alasan kenapa wanita ini berbicara dengan nada seperti itu.

Aileen mencari sesuatu dan kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil. “Ini barang yang kau minta sebelumnya.”

Kotak itu berisi jam berukuran kecil. Itu adalah jam saku kecil yang didesain dengan sangat baik. Aku memegangnya dan bisa merasakan getaran pelan dari jam itu. Perlahan tapi pasti, aku bisa merasakan waktu yang bergerak. Di saat yang sama ada banyak hal yang melintas dalam pikiranku.

Horizon cerita, game revolusioner…. Semua ingatan yang sudah pergi mulai kembali dan menempati ruang kosong yang ada dalam kepalaku.

Aku menatap jam itu selama beberapa saat. Setelah itu aku melirik Aileen dan dia balik menatapku dan jam yang ada ditanganku secara bergantian.

Aku tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

“Duke Yoo Jonghyuk.”

Aileen menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Itu adalah sikap yang dilakukan orang-orang dari planet Aileen—Lindberg—ketika mereka ingin memberi hormat pada seseorang. Menyilangkan kedua tangan dan menyebarkan getarannya ke sisi lainnya. Sama seperti jarum jam kedua yang sedang bergerak, aku bisa merasakan detak jantung Aileen di tanganku.

“Kompleks industri ini tidak akan melupakanmu.”

***

Setelah meninggalkan kompleks industri Yoo Joonghyuk, aku langsung pergi ke kompleks industri Kim Dokja. Harusnya perjalanan kami membutuhkan waktu 1 minggu, tapi berkat Ferragini, kami hanya membutuhkan waktu 2 jam saja.

Aku duduk di kursi penumpang sambil melihat pemandangan yang ada di luar jendela. Di saat yang sama aku terus memikirkan kata-kata Aileen.

“Ada satu dokkaebi, lalu pesuruh dari kelompok laki-laki dengan benjolan di wajah, dan beberapa konstelasi.”

Itu adalah daftar orang-orang yang datang berkunjung ketika aku sedang pergi. Dokkaebi itu mungkin dari bureau dan laki-laki dengan benjolan itu mungkin wenny man. Aku tidak tahu siapa konstelasi yang datang berkunjung karena Aileen tidak mengatakan modifier apa-apa padaku.

“Hati-hati. Ada banyak sosok kuat di Demon World yang sedang memperhatikanmu.”

Dia tidak perlu memberitahuku. Aku hanya perlu melihatnya lewat channel.

[Ada banyak konstelasi yang memperhatikan aksimu.]

[Modifiermu menyebar di antara konstelasi dari sistem kejahatan absolut.]

[Konstelasi ‘Demon-like Judge of Fire’ sedang menatapmu dengan tatapan khawatir.]

Ada 3 hari sebelum skenario Demon King Selection dimulai. Aku menoleh ke belakang dimana Jang Hayoung sedang tidur sambil memeluk Breaking the Sky Master. Mereka berdua pasti capek.

Mau bagaimanapun, Jang Hayoung terpaksa mengoperasikan Unidentified Wall karena aku. Dan bagiku, keberadaan mereka berarti jika aku masih bisa memikirkan cara yang mungkin bisa kugunakan.

—Perhatian, percakapan sensitif dimulai dari sini. Skip bila perlu—

Aku melirik kursi sopir dan memanggilnya, “Kepala departemen Han Myungoh.”

“Hmm?” Han Myungh melirik ku dengan wajah serius karena sekarang dia sedang bereksperimen dengan tombol-tombol yang ada di depannya. Aku tidak tahu apakah dia menyadari tatapanku atau tidak, tapi dia berkata, “Hm, hm. Hidup ini tidak mudah, huh?”

…. Jujur saja, timing ini terlalu aneh. Han Myungoh merasakan kebingunganku dan langsung menambahkan.

“Aku juga merasakan hal yang sama … Hidup memang seperti ini. Ada waktu dimana tidak ada yang bisa kau lakukan dan waktu dimana apa yang kau lakukan tidak berjalan dengan baik.”

Perkataan seperti itu sudah sering kudengar dari dulu, tapi Han Myungoh mengatakannya dengan sedikit rasa kasih sayang. Benar juga, Han Myungoh sudah mengalami banyak hal. Dan mungkin saja dia sudah mengalami hidup yang jauh lebih berat dariku.

Aku memikirkan ucapannya dan tiba-tiba ingin menanyakan sesuatu. “Bisa aku bertanya sesuatu padamu?”

“Tanyakan saja.”

Mungkin laki-laki yang melahirkan anak karena beberapa alasan ini bisa memberikan masukan yang kuinginkan. Aku berkali-kali menyalakan dan mematikan hp yang sedang kupedang sambil memikirkan apa yang sebaiknya kukatakan padanya.

Han Myungoh sepertinya bisa mengartikan gerak-gerikku, karenanya dia berkata, “… Haaah…. Rasanya sangat sakit.”

“Apa maksudmu?”

“Kukira kau ingin menanyakan hal itu. Kurasa wanita dan pria manapun akan kesulitan untuk menahan rasa sakitnya.”

Aku terkejut saat menyadari apa yang sedang dibicarakan oleh Han Myungoh. Bukan begitu…. Aku tidak mau bertanya soal itu padanya.

Tapi, sekarang aku penasaran. “Dari mana anak itu berasal?”

“Aku melahirkannya dari hatiku.”

“Apa rasanya sangat sakit?”

Han Myungoh mengambil satu batang rokok, menyalakannya, dan lalu menatapku dengan ekspresi yang sangat tajam. “Awalnya aku ingin membunuhmu.”

Asap rokok itu keluar melalui jendela yang terbuka.

“Itu adalah pengalaman yang sangat memalukan untukku. Aku tidak habis pikir kenapa aku harus mengalami sesuatu seperti itu.”

“…”

“Aku mencoba cara-cara yang ada dalam drama. Misalnya memakan banyak kecap. Aku kesulitan menemukannya karena dunia sudah hancur seperti ini.

Jujur saja, aku merasa tidak bisa terhubung dengan cerita yang kudengar dari Han Myungoh. Jujur, aku juga tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika aku berada di tempatnya.

“Aku sangat ketakutan. Bagaimana jika aku melahirkan seekor monster? Bagaimana jika anak yang kukandung memakanku setelah lahir nanti? Bagaimana jika nanti anak ini keluar dengan cara merobek perutku hingga aku mati…”

“…”

“Setiap malam aku memikirkannya sambil terus melarikan diri dan bersembunyi dari para monster. Apa yang harus kulakukan pada anak ini? Haruskah aku membunuhnya, membiarkannya hidup, mengaborsinya, atau…”

Aku tidak menggunakan skill Omniscient Reader’s Viewpoint, tapi aku bisa membayangkan banyak skenario dimana Han Myungoh mencoba melarikan diri. Saat ini laki-laki itu berbicara dengan ekspresi yang tidak pernah kulihat sebelumnya.

“Meski begitu, apa kau tahu? Lucunya, waktu terus berjalan saat aku terus memikirkan masalah ini. Lalu, saat aku sedang tenggelam dalam perasaan tak tergambarkan itu…. Aku berhasil selamat.”

Han Myungoh berhasil bertahan di tengah-tengah skenario kejam itu karena 1 alasan.

“Saat itu aku menyadarinya. Ah, mungkin anak itu menyelamatkanku. Karena itu aku membuat keputusan. Entah aku hidup atau mati, aku akan melahirkan anak itu.”

Tiba-tiba han Myungoh membuang rokoknya keluar jendela. Dia mengambil rokok lain dan menyalakannya. Setelah itu dia menatap ke kejauhan.

Aku cukup mengenal seperti apa Han Myungoh itu. Dia adalah salah satu orang yang masuk kedalam daftar 10 orang paling buruk yang pernah kukenal. Meski begitu, sekarang, di detik ini, Han Myungoh terlihat seperti orang baik-baik.

“Dia adalah bayi yang sangat cantik. Dia bukan manusia, tapi dia sangat sangat cantik.”

“…. Aku sudah bertemu dengannya.”

Dia sangat cantik hingga Asmodeus menjadikannya sebagai tubuh inkarnasinya. Ketika aku mengingat momen itu, senyum di wajah Han Myungoh menghilang. Cerita ini tidak berakhir bahagia, tapi aku tetap menunggu apa yang ingin dikatakan olehnya.

Beberapa saat kemudian han Myungoh melanjutkan. “Karena itu Dokja-ssi juga harus mencobanya.”

“…. Aku harus mencoba melahirkan seorang anak?”

“Bukan begitu. Aku khawatir padamu.”

—Awkward conversation ends here—

Sekilas, aku melihat layar hp ku yang mati. Ekspresi bingungku terpantul di sana.

“Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan, Dokja-ssi. Jujur saja aku tidak suka kau yang dulu.”

“Senang mendengarnya.”

“Tapi aku bisa merasakan jika belakangan ini kau bersikap sedikit aneh.”

Aku menutup mulutku.”

“Aku tahu semua ini tidak berjalan lancar untukmu. Tapi kau tahu tidak semua hal akan berjalan sesuai dengan keinginanmu. Meski begitu jangan terlalu tenggelam ke dalamnya. Biarkan hatimu menuntunmu.”

“…”

“Yang akan bertahan setelah semua ini berakhir adalah Dokja-ssi sendiri. Jika kau tidak melakukannya dengan benar, kau akan menyesalinya nanti.”

Aku sudah hidup untuk waktu yang cukup lama dan banyak melihat berbagai hal di dunia, tapi aku tidak pernah menyangka akan ada hari dimana aku bisa bersimpati dengan laki-laki ini.

Layar hp ku menyala dan file novel Cara Bertahan Hidup terpampang di sana.

Three Ways to Survive in a Ruined World (2nd Revision).txt

Aku tidak punya pengalaman yang dimiliki Han Myungoh. Aku tidak pernah punya anak dan aku tidak berniat untuk memilikinya. Meski begitu aku bisa sedikit memahami perasaan Han Myungoh.

Membaca atau tidak membaca revisi kedua novel. Itu adalah satu-satunya masalah yang bersarang di kepalaku selama beberapa jam belakangan ini.

Aku takut dengan fakta jika novel itu akan mempengaruhi semua keputusanku di masa depan. Aku takut memastikan hasil usahaku. Aku takut mengetahui ‘masa depan’ ku yang mungkin berubah.

Ini memang terdengar lucu, tapi perkataan Han Myungoh…

Ya, cerita ini belum benar-benar terlahir. Aku membuka file novel tanpa ragu. Setelah itu aku membacanya dengan seksama.

Revisi kedua novel Cara Bertahan Hidup dimulai dari regresi ke-4.

< Sama seperti yang terjadi saat itu. Di regresi ke-3, Master akan mati jika bukan karena dia. >

Beberapa kalimat membuatku lega.

< Tapi, aku tidak bisa merubahnya. >

Beberapa deskripsi tidak berubah sedikitpun.

< Dia tidak ada di regresi ini. >

Aku masih tidak ada di regresi ke-4 Yoo Joonghyuk.

< Aku gagal di regresi ke-3. >

Aku tidak merasa panik karena aku sudah menduganya. Aku tidak tahu kenapa author mengirimiku sesuatu seperti ini. Mungkin dia ingin membuatku takut atau mungkin dia ingin menggunakan ku untuk mendapatkan ending yang dia inginkan. Aku bahkan tidak tahu apakah pengirim file revisi ini author novel yang asli atau bukan.

Perlahan aku menutup kedua mataku dan menarik nafas panjang. Setelahnya aku memikirkan Fourth Wall.

< Kim Dokja berpikir. >

Aku melakukannya seakan aku sedang menulis sebuah novel.

< Aku tidak tahu apa yang dia inginkan hingga akhir. Tapi, tidak peduli apapun hasilnya, aku hanya akan membuat ending yang kuinginkan. >

Aku menulis kalimat itu dan menatapnya selama beberapa detik. Seperti yang kuduga, tidak ada jawaban yang datang. Sebaliknya, Fourth Wall lah yang memberikan balasan.

[Fourth Wall menggeliat senang.]

Tiba-tiba aku melihat keluar dan melihat kompleks industri di kejauhan. Ini pertama kalinya aku menginjungi kompleks industri Kim Dokja. Ngomong-ngomong, Han Myungoh tiba-tiba mengurangi kecepatannya.

“Ada apa?”

“…. Skenarionya sedang berjalan.”

Skenario? Tidak mungkin. Skenario Demon King Selection harusnya belum dimulai, kan?

[Apa kau ingin masuk ke dalam area skenario?]

Han Myungoh mendekati kompleks industri dengan hati-hati. Pintu masuk kompleks industri terlihat sepi dan tidak dijaga oleh siapapun.

Aku membuka jendela dan bisa mendengar kata-kata yang diteriakkan dari dalam kompleks.

“Aku Kim Dokja!”

“Bukan! Akulah Kim Dokja!”

“Aku Kim Dokja! Aku!”

Han Myungoh dan aku saling pandang.

“Ada apa ini…?”

Sebuah pesan muncul di depanku.

[Skenario tersembunyi – Kim Dokja Game sedang dalam proses.]

Sepertinya ada hal aneh yang terjadi di kompleks industri ku ketika aku tidak ada disini.

 

Chapter 250     Daftar Isi     Chapter 252


Komentar

Postingan Populer