Mahouka Vol.13 Chapter 3 Part 4
Disclaimer: Not miine
Siang hari itu, kakak beradik Shiba pergi ke subcenter kota. Lebih tepatnya, Miyuki membawa kakaknya ke sana.
Uji model CAD baru berjalan dengan lancar dan berakhir pagi ini.
Karena itu, waktu yang sengaja diluangkan untuk memperbaiki kerusakan digunakan
sebagai waktu istirahat.
Tatsuya pulang ke rumah dengan membawa souvenir—satu fully
thought-controlled CAD yang sudah dalam bentuk produk siap jual—tapi dia malah
menemukan sang adik sedang menunggunya dengan wajah sebal, stress sudah membuat
mood Miyuki memburuk. Dia tidak marah pada Tatsuya—itu sudah pasti. Miyuki
bahkan hampir tidak pernah melakukan hal seperti itu—dia hanya terlihat tidak
senang dan sedang bergelut dengan sesuatu.
Di sini lain, Tatsuya tidak bisa membiarkan adiknya berada dalam
kondisi seperti itu terus-menerus. Sejak mereka masuk SMA, Miyuki selalu
mendapat peringkat kedua di kelasnya (tentu keseluruhan peringkatnya berada
paling atas). Tidak ada pelajaran yang tidak dia mengerti, tapi dia juga bukan
tipe gadis yang terlalu peduli dengan peringkat. Belajar untuk ujian bukan
sumber dari stress yang dirasakan Miyuki.
‘Apa ini masalah kompetisi…?’
pikir Tatsuya yang kemudian mengajak Miyuki keluar untuk mencari suasana baru.
“Jalan-jalan denganmu, oniisama? Tentu aku mau!”
Jawaban Miyuki sesuai dengan ekspektasinya, cukup berapi-api
hingga membuat Tatsuya sedikit menyipitkan matanya. Sejujurnya, Miyuki hanya
ingin perhatian dari sang kakak tercinta. Tatsuya sebenarnya merasa jika Miyuki
sudah agak berlebihan soal ini, tapi pada akhirnya yang gadis itu lakukan hanya
menunjukkan kasih sayangnya pada kakak satu-satunya. Tatsuya baru menyadari hal
ini belakangan, tapi sebenarnya sejak awal dia tidak membenci perhatian yang
diberikan Miyuki padanya.
“Minami, bagaimana denganmu?” Tanya Tatsuya agar dia tidak
terdengar sengaja mendiamkan maid yang tinggal bersama mereka itu.
“Tidak. Saya harus segera belajar. Sebelum itu saya juga harus
membersihkan rumah.”
Minami menjawab dengan nada sopan sambil menundukkan kepalanya.
Dia merasa bimbang… mungkin dia harus ikut untuk memenuhi kewajiban
guardiannya. Tapi pada akhirnya Minami memutuskan jika pekerjaannya di rumah
jauh lebih penting daripada terjebak di dalam gelembung merah muda milik kakak
adik itu.
+++
Tatsuya memang orang yang memberi ide agar mereka jalan-jalan,
tapi itu adalah ide yang muncul secara mendadak, karena itulah dia tidak punya
rencana akan pergi ke mana untuk saat ini. Tatsuya membiarkan Miyuki memutuskan
tempat mana yang akan mereka kunjungi, dan sebagai hasilnya sang adik pun
memilih untuk berbelanja di subcenter kota Shibuya.
Miyuki menyukai barang-barang indah. Gadis itu tidak terlalu
tertarik dengan alat make up, tapi Tatsuya berpikir jika Miyuki senang mencoba
baju-baju baru. Sebenarnya perasaan Miyuki sedikit berbeda dengan perkiraan
sang kakak… dia senang memperlihatkan dirinya yang sudah berdandan pada
Tatsuya. Karena itulah setiap mereka keluar berdua, Miyuki selalu meminta
Tatsuya menemaninya mengunjungi beberapa toko. Seperti sekarang misalnya,
mereka berdua berada di mall yang baru saja dibangun.
Kebanyakan pedagang di gedung ini tidak menjual produk mereka
secara terpisah dan memilih untuk menggabungkan barang dagangan mereka di tiap
lantai, tidak ada sesuatu yang membatasi para pedagang itu. Salah satu bagian
menampilkan gaun pesta sedangkan bagian yang ada tepat di sampingnya memajang
berbagai jenis pakaian dalam, hal itu membuat beberapa pengunjung merasa sedikit
tidak nyaman saat tidak sengaja melewatinya.
Awalnya Tatsuya juga sudah berhati-hati, tapi karena dia harus
mengikuti Miyuki dia tidak bisa menghindarinya. Dan lagi Tatsuya juga tidak
punya pikiran yang tidak pantas saat berada di sana, jadi dia pasti akan
terlihat aneh saat menolak ajakan Miyuki untuk masuk ke dalam toko pakaian
dalam atau pakaian renang.
Tapi kali ini sikap Tatsuya malah menimbulkan masalah untuknya.
Saat Miyuki berkata pada seorang pegawai jika dirinya ingin
mencoba sebuah pakaian musim panas yang
sedikit terbuka, pegawai tersebut berkata jika tidak ada kamar ganti kosong
yang bisa digunakan oleh gadis itu. Miyuki dan Tatsuya tidak keberatan untuk
menunggu hingga pengunjung lainnya selesai menggunakan kamar ganti itu, tapi
pegawai yang sudah terpesona dengan kecantikan Miyuki langsung memaksa gadis
itu untuk mengganti bajunya di sebuah kamar ganti kosong yang berada agak jauh
dari sana.
Dan itu adalah kamar ganti yang berada di bagian pakaian renang.
Tatsuya berjalan melewati barisan baju renang wanita dengan wajah
datar seperti biasanya, tapi dia memutuskan untuk tidak berdiri di depan kamar
ganti tempat Miyuki mengganti bajunya. Saat Miyuki menghilang di balik pintu,
Tatsuya berkata padanya agar langsung menghubungi terminalnya jika memerlukan
sesuatu, setelah itu, dia pergi dari area tersebut.
Tapi niat baiknya itu tidak berakhir baik. Saat dia berjalan dari
kamar ganti terjauh yang tersembunyi di balik dinding dan melewati 3 kamar
ganti lainnya, dia bertemu dengan 2 gadis yang berada di depan kamar ganti
paling depan. Mereka adalah adik kelas yang sangat dia kenal.
“Shiba-senpai!? Apa yang kau lakukan di sini!? Ini ruang ganti
perempuan!”
Yang baru saja berteriak padanya adalah Kasumi Saegusa yang
mengenakan setelah tomboy dengan kaos bergambar hewan dan celana jeans pendek.
“Ini bukan ruang ganti, Kasumi. Ini kamar ganti… tunggu! apa
senpai bersama dengan Miyuki-senpai sekarang!? Iya kan!? Dimana dia, apa aku
boleh tahu!?”
Yang baru saja bertanya dengan nada antusias pada Tatsuya setelah
dia mengoreksi perkataan kakak kembarnya adalah Izumi Saegusa yang mengenakan
gaun tanpa lengan yang terlihat feminim. Gaun itu memiliki desain berenda
dengan bagian kerah lebar dan rok yang berakhir 5 cm di atas lututnya.
Jika mereka berdua ada di sini, Tatsuya bisa menebak siapa orang
yang ada di balik pintu itu. Tatsuya yang merasakan tanda bahaya pun ingin
segera pergi dari sana, tapi dia terlambat.
“Kenapa kalian berdua berteriak seperti i…tu?”
Kamar ganti itu dibuat setengah kedap suara, jadi Mayumi tidak
bisa mendengar kata-kata adiknya dengan jelas, yang dia tahu kedua adiknya
tiba-tiba berteriak tidak jelas di depan pintu. Dengan niat untuk mengingatkan
kedua adiknya itu, Mayumi membuka pintu kamar gantinya lebar-lebar.
Tatsuya bisa merasakan tatapan kakak kelasnya itu di punggungnya.
Jika dia mencoba pergi sekarang, dia pasti dikira baru saja mengintip. Berada tetap di sana adalah
pilihan paling baik daripada dituduh melakukan kesalahan yang tidak dia
perbuat. Setelah melakukan kalkulasi di dalam kepalanya, Tatsuya meneguhkan
hatinya dan berbalik dengan santai.
Situasi saat ini hampir mendekati skenario terburuk yang sudah dia
perkirakan.
Mayumi tidak mungkin menunjukkan dirinya jika dia sedang
telanjang, jadi skenario terburuk Tatsuya adalah jika kakak kelasnya itu
membuka pintu dalam keadaan hanya menggunakan pakaian dalam.
Disana, Mayumi berdiri dengan mata terbelalak. Saat itulah Tatsuya
melihat pakaian apa yang sedang digunakan Mayumi. Pakaian itu hanya menutupi
bagian dadanya, lalu bagian bawahnya hanya tertutupi sebuah bikini berwarna
putih.
Dada besarnya yang terlihat tidak pas dengan tubuh kecilnya itu
tidak tertutupi sepenuhnya dan menyebabkan Tatsuya bisa melihat belahan di sana
dengan jelas.
Pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang lebar membuat bentuk
tubuhnya terlihat seksi.
Pahanya yang tidak ditutupi apapun terlihat sangat halus di mata
Tatsuya.
“Apa…? Ta… Eh…”
“Tolong tenang dulu, Saegusa-senpai.”
Tatsuya mengangkat kedua tangannya saat dia melihat tubuh Mayumi
yang gemetar. Kemudian Tatsuya melambaikan tangannya sebagai tanda jika dia
tidak sengaja berhenti di depan kamar ganti sang kakak kelas. Pada intinya,
Tatsuya mencoba berkomunikasi dengan gerakan tangan agar Mayumi kembali tenang.
Dan sepertinya usahanya cukup berhasil. Mayumi yang sedang
menatapnya langsung berbalik masuk ke dalam kamar gantinya, menutup pintu
dengan keras dan kemudian berteriak. Tentu saja hanya teriakan itu terdengar
pelan dari luar.
“Kyaaaaa!”
Setelah Tatsuya mendengar teriakan milik Mayumi itu dia memutuskan
untuk segera pergi dari sana.
“Kukira ada sesuatu yang terjadi tadi…”
“Maaf karena sudah membuat keributan seperti itu…”
Setelah Miyuki mengatakan pikirannya, Mayumi langsung meminta maaf
pada adik kelasnya itu.
“Tidak, itu bukan salah senpai. Malah harusnya aku yang meminta
maaf.”
Sekarang mereka berada di dalam sebuah kafe yang ada di dalam mall
itu. Di sekeliling meja itu duduk Tatsuya, Miyuki, Mayumi, Kasumi, dan Izumi.
“Akulah yang mengajak oniisama ke tempat seperti itu… aku
benar-benar minta maaf pada senpai dan oniisama…”
Miyuki adalah orang yang mengajak mereka berempat duduk ngobrol di
kafe ini. Dia berkata pada Mayumi jika dia ingin membicarakan keributan yang
baru saja terjadi sekaligus meminta maaf kepada Mayumi, dan jika keduanya
berada di kafe ini maka Kasumi, Izumi, dan Tatsuya juga ada bersama mereka.
“Bukan, ini bukan salahmu Miyuki-san. Itu… lagipula Tatsuya-kun
tidak melihatku sedang telanjang atau apa. I-itu cuma pakaian renang, jadi aneh
kalau aku merasa malu. Maaf karena sudah berteriak seperti itu, Tatsuya-kun.
Aku hanya sedikit terkejut tadi.”
Mayumi sedang mencoba memainkan perannya sebagai kakak kelas dan
orang dewasa yang pengertian. Tapi di saat yang sama, mereka semua bisa melihat
jika kalimat itu dikatakan Mayumi untuk meyakinkan dirinya sendiri. Jika
melihat pipinya yang memerah dan matanya yang tidak fokus, sepertinya kejadian
barusan benar-benar berhasil membuat Mayumi kaget.
Awalnya Tatsuya tidak mengatakan apa-apa. Jika dia menolak
perkataan Miyuki, dia hanya akan terlihat sebagai seorang kakak yang berusaha
membela adiknya. Tapi jika dia meminta maaf pada Mayumi, Tatsuya merasa jika
hal itu hanya akan membuat wanita itu merasa semakin malu.
“Tidak, itu juga bukan salah senpai.” Adalah kata-kata yang
berhasil keluar dari mulutnya.
Akan tetapi, salah satu gadis yang ada di sana merasa tidak puas
dengan respon yang diberikan Tatsuya. Kasumi berusaha menyembunyikan rasa
marahnya pada Tatsuya yang sudah membuat kakaknya malu setengah mati—tapi sayang
dia tidak bisa menyembunyikannya dengan baik.
Jika Kasumi mau menggambarkan perasaannya dengan kata-kata maka
mungkin dia akan berkata, ‘Kaulah orang
yang melihat kakakku menggunakan pakaian renang tanpa izin!’. Sayangnya
Kasumi tidak bisa berkata, ‘Kaulah yang
mengintip kakakku!’. Mau yang manapun itu, rasa marahnya pada Tatsuya
benar-benar salah alamat.
Untungnya (bagi Tatsuya), sepertinya Izumi sama sekali tidak
bersimpati dengan kemarahan Kasumi.
“Apa rencanamu setelah ini, Miyuki-senpai?” Tanya Izumi.
Saat ini perhatian gadis itu tertuju seluruhnya pada satu orang…
Miyuki.
“Aku ingin melihat baju ala barat dan setelah itu pulang ke
rumah.” Jelas Miyuki. “Lagipula minggu depan kita ada ujian.”
“Kalau begitu, boleh aku ikut melihat-lihat bersamamu?” Tanya
Izumi.
Izumi yang sudah kehilangan kemampuan berpikir rasionalnya pun
meminta agar dia boleh mengikuti Miyuki untuk melihat beberapa baju. Meski
tatapan mata Izumi agak jauh dari kata ‘polos’, sebenarnya gadis itu adalah
gadis yang selalu berterus terang dengan isi pikirannya, dan Miyuki merasa
kesulitan menjaga senyumnya saat dia mendengar permintaan itu.
“Kalau oniisama tidak keberatan, tentu.”
“Izu, kau tidak boleh menyulitkan orang lain.”
Jawaban Miyuki bukan mengiyakan atau menolak permintaan itu, tapi
respon dari Mayumi dengan jelas memperlihatkan jika dia tidak mengizinkan
adiknya pergi mengikuti Miyuki dan Tatsuya. Izumi langsung menyadari
kesalahannya saat mendengar teguran sang kakak.
“Kakak benar. Maafkan ketidaksopananku, Miyuki-senpai.”
Jika ini semua berhenti sampai disini, kakak beradik Shiba dan
Saegusa harusnya berpisah jalan disini dengan damai. Akan tetapi Kazumi yang
ceplas-ceplos pun berkata:
“Ya, Izumi. Kau tidak boleh mengganggu kencan mereka.”
“Kencan!?”
Teriakan itu entah kenapa datang dari arah Mayumi.
“Kasumi, kami tidak sedang kencan.” Jelas Tatsuya dengan tenang.
Sebenarnya, respon pemuda ini lebih tepat disebut datar tanpa perasaan yang
tercetak di wajahnya—dan hal itu malah membuat Kasumi merasa lebih kesal,
seperti biasanya.
“Senpai bilang kalian tidak kencan. Tapi, laki-laki dan perempuan SMA yang pergi belanja berdua terdengar tidak terlalu meyakinkan, tahu.”
Mayumi melirik wajah Miyuki
dengan ekspresi gelisah.
Dan entah kenapa Miyuki malah terlihat sedang menahan dirinya
sendiri agar tidak tersenyum lebar di hadapan kakak dan adik kelasnya itu.
“Kalau laki-laki itu kakaknya dan perempuan itu adiknya, kurasa
hal itu cukup meyakinkan.”
“Ya, kakak adik yang pergi kencan terasa tidak terlalu produktif
bagiku!”
“Kasumi, kau tidak sopan pada mereka.” Potong Izumi dengan nada
tegas. Dia bisa mengetahui jika saat ini Kasumi sedang dalam kondisi keras
kepala dan tidak mau kalah.
Kasumi sendiri tahu jika dia sudah terlanjur jatuh. Tapi setiap
kali dia berbicara dengan Tatsuya, dia selalu merasa tidak mau kalah bahkan
untuk hal terkecil sekalipun. Kasumi yang biasanya berpikiran terbuka dan
jarang bersikap seperti ini. Kasumi yang biasanya tidak akan pernah bersikap
kasar meski lawan bicaranya menyebalkan.
Mulut Kasumi mulai memuntahkan kata-kata pedas seakan organ itu
memiliki pikiran yang terpisah dengan otaknya.
“Penyihir berbakat juga memiliki tanggung jawab untuk generasi
selanjutnya! Atau kau mau bilang jika kau akan terus bersama Shiba-senpai
sampai…”
“Kasumi.”
Tapi Tatsuya menghentikan omelan Kasumi dengan suara yang terasa
menekan meski nadanya tidak terlalu keras.
“Jika begitu, menghabiskan hari libur dengan saudari-saudarimu
juga bukan tindakan produktif, iya kan?”
“!” alis Kasumi langsung mengernyit dan wajahnya menjadi merah
padam.
Tatsuya membalas tatapan frustasi gadis itu dengan wajah dingin.
Beberapa saat kemudian, dia memalingkan wajahnya, berdiri, dan
menundukkan kepala ke arah Mayumi. “Saegusa-senpai, kami akan pergi sekarang.”
“Oh, biarkan aku mentraktir kalian.”
Saat Mayumi melihat Tatsuya mengambil slip pembayaran yang ada di
meja, dia berusaha mencegah pemuda itu.
“Tidak. Aku sudah memperlihatkan sikap tidak dewasa di hadapan
adik kelasku, jadi ini adalah permintaan maaf dariku.”
Tatsuya menolak tawaran Mayumi dan langsung berjalan ke arah
kasir.
Miyuki juga berdiri, membungkuk ke arah Mayumi, dan berjalan
mengikuti Tatsuya.
Bibir Kasumi tertekuk tajam seakan gadis itu sedang menahan diri
agar tidak menangis. Dua saudarinya yang tetap berada di meja itu hanya bisa
menatapnya dengan khawatir.
Setelah keluar dari kafe dan berjalan selama beberapa meter,
Miyuki menoleh ke belakang. Kakak beradik Saegusa sepertinya tidak mengikuti
mereka. Dengan ekspresi lega Miyuki berkata pada kakaknya.
“Umm, oniisama, kurasa Kasumi tidak bermaksud buruk saat
mengatakannya.”
Tatsuya menatap adiknya dengan wajah bingung, tapi beberapa saat
kemudian dia tersenyum kecut dan menganggukkan kepalanya.
“Aku juga berpikir begitu.”
Ketegangan yang menyelimuti Miyuki sejak beberapa saat yang lalu
pun menghilang. Gadis itu menghela nafas lega.
“Aku tahu Kasumi tidak bermaksud mengatakan itu. Aku juga menggunakan logika miliknya karena aku tidak mau dia
mengatakan hal yang lebih jauh dari itu, tapi…. Mungkin kata-katanya agak
mengena padaku.”
Tatsuya memang sedang tersenyum sekarang, tapi Miyuki tahu jika
kakaknya itu sedang menyalahkan dirinya sendiri.
“…. Aku suka jika oniisama tidak
terlalu baik pada perempuan lain.”
“…. Ternyata Miyuki juga punya sisi kejam juga, ya?”
“Hmph!” ujar Miyuki sambil menggembungkan pipinya.
Sikap kekanakan itu membuat Tatsuya tersenyum, kali ini tidak ada
rasa sakit di balik senyum itu.
Chapter3-3 Daftar Isi Chapter 4-1
Komentar
Posting Komentar