NGNL Vol. 6 Chapter 5 Part 4

 Disclaimer: Bukan punya saya ya!

XXXXX

“Jujur saja—ada kesalahan dalam perhitungan Prayer Shuvi.”

Di tempat persembunyian Riku, Ex-Machina yang memangil dirinya sebagai Einzig mulai menjelaskan pada Riku jika 32 Umweg yang sudah dipasang Shuvi tidak akan bisa melubangi planet sesuai rencana Riku.

Ada jarak 10-609 detik yang akan menghambat Umweg mengarahkan semua serangan itu ke arah jantung planet. Lebih tepatnya, semua energi itu hanya akan menyatu dan membentuk sebuah vorteks. Mengubah arah vorteks itu dan kemudian menyatukannya belakangan... Tidak bisa dilakukan.”

Sebuah kesalahan dalam perhitungan Shuvi. Sebuah kesalahan kecil yang mungkin bisa membuat mereka semua kalah. Ini adalah kesimpulan yang diambil Ex-Machina setelah melakukan perhitungan paralel dari berbagai kluster. Setelah mendengarnya, Riku menyipitkan matanya dan menyeringai. Meski semuanya bisa berjalan sesuai rencana, mereka mungkin masih bisa gagal. Riku hampir menyerah, tapi—Einzig belum menyelesaikan penjelasannya.

“Dengan 24 item yang berhasil ditanam oleh Prayer, kita bisa mengubah arahnya.”

“... Lalu?”

“Seperti yang sudah kukatakan, vorteks energi itu akan menyatu dan menyebar ke segala arah. Tapi, karena rencana awalmu memasang 32 Umweg tidak bisa diselesaikan—kita bisa membuat sebuah lubang di arah barat daya.

... Dengan kata lain, Riku menyadari sesuatu dan kemudian menyahut.

“Jadi kita tidak bisa menggunakan titik awal—tapi bisa melakukannya di arah barat daya... Itu maksudmu?”

Einzig mengangguk dan menambahkan.

“Aku akan menyediakan data tambahan...”

Seperti sebuah alat.

“Satu: Ex-Machina memiliki senjata bernama Himmelpokryphen yang bisa meniru Pendobrak Surga.”

Mereka tidak lebih dari data yang ada di dalam sebuah instrumen.

“Dua: Prayer sepertinya juga menyadari hal ini. Jika Suniaster termanifestasi menggunakan kekuatan yang digunakan untuk menusuk inti planet, ada 52% kemungkinan jika Suniaster akan muncul di depan Artosh. Karena tidak ada makhluk dengan ether sebesar Artosh.”

Kalimat itu membuat Riku berpikir lagi—Apa itu ether?—tapi Einzig tidak menghiraukan ekspresi Riku dan terus menjelaskan.

“Tolong jadikan ini bahan pertimbangan, Spieler. Kau harus memperbaiki strategi ini—berikan kami perintah.

Ya. Mereka adalah mesin. Hanya alat. Dan orang yang akan menggunakan mereka—orang yang akan membuat semua keputusan—adalah sang pengguna: Riku.

“... Kalau begitu semuanya akan jadi lebih mudah. Kita akan membuat serangan tipuan dari markas Artosh.”

Riku mengunci emosinya dan menatap peta yang ada di mejanya. Akan tetapi, tidak ada cahaya kehidupan yang terpancar dari sana. Wajah Riku tetap terlihat tenang, dingin, dan penuh perhitungan.

“Tembakkan Pendobrak Surga dari belakang Avant Heim dan arahkan semuanya ke armada Union tanpa membunuh siapapun. Itu pasti sudah cukup untuk membuat Think Nirvalen bergerak—mereka akan menembakkan semua senjata mereka bersama dengan kita. Setelah itu kita arahkan semuanya ke arah barat daya. Lalu...”

Riku mulai merapikan bidak yang ada di atas meja dan berhenti sesaat... tapi dia kembali melanjutkan.

“Sebuah senjata yang bisa meniru, mereproduksi, dan memfokuskan energi—Aku yakin Ex-Machina bisa membuat yang seperti itu, kan?”

“Ya. Jika 21 kluster dari 32 kluster melakukan input, setidaknya kami bisa mereproduksi 70% dari vorteks energi itu.”

Riku menyentuh dadanya seakan sedang merasakan kunci hatinya yang mulai retak. Dia kemudian melanjutkan.

“Dan apakah itu akan cukup untuk menusuk inti planet dan memunculkan Suniaster?”

“Ya. Jika 4.807 unit mengorbankan diri mereka untuk menyatukan 70% dari kekuatan asli vorteks itu dan menembakkannya ke arah inti planet, sumber dari koridor spirit akan berhenti—dan itu cukup untuk memunculkan suniaster di hadapanmu.”

Itu artinya perintah mati bagi 5.000 ras Shuvi—istriku...

Riku mengesampingkan sentimen yang tiba-tiba muncul dan mencoba mengunci hatinya sekali lagi.

Kunci hatimu. Riku terus menggumamkannya.

“’Peraturanmu’ tidak melarang kehancuran alat—sama seperti saat aku membuang satu tanganku.”

“Ya.”

Riku pun menanyakan pertanyaan terakhir.

“Bisakah 21 kluster yang tersisa mengalahkan Artosh tanpa membunuhnya?”

“... Ya.”

...

“'Pendobrak Surga' adalah serangan yang menyatukan semua Pendobrak Surga milik Flügel dan Pendobrak Surga Artosh dalam satu serangan. Para Flügel akan kehabisan energi dan Artosh akan melemah. Dan setelah itu terjadi, kami akan memisahkan Artosh... Dari ethernya.”

“... Old Deus yang kehilangan ethernya akan tertidur serama 100 tahun. Jika kita berhasil melakukannya dan menghancurkan sumber koridor spirit, hampir bisa dipastikan—jika Suniaster akan muncul di depanmu, Spieler.”

Setelah Einzig menyelesaikan penjelasannya, Riku menolehkan wajahnya untuk menyembunyikan seringaian yang muncul di bibirnya. Orang ini sangat canggung, begitu pikirnya. Sama seperti Shuvi. Jika dia ingin berpura-pura menjadi mesin tanpa hati, harusnya dia tahu kalau mesin tidak akan berkata ‘hampir’ atau ‘mungkin’.

“Kami adalah mesin tanpa hati, hanya alat yang menunggu perintah darimu... Jadi...”

Dan yang paling penting... Pikir Riku sambil menundukkan kepalanya.

“Saat kau melihat cahaya tanda Artosh kehilangan ethernya, jangan ragu. Tarik pelatuknya dan dapatkan Suniaster.”

... Jangan memalingkan wajahmu saat kau sedang berbohong... ‘mesin’ sialan...

XXXXX

Tidak lama setelah Riku selesai mengingat kilas baliknya, Ex-Machina yang ada di sebelah Riku membungkukkan badannya dan berkata:

“Lapor: Kalau begitu, aku... unit ini akan pergi ke medan perang. Spieler Riku...”

Jadi, ras yang menyebut diri mereka hanya mesin hingga akhir itu pun pergi setelah mengatakan sesuatu yang sepertinya belum mereka sadari apa artinya.

... Semoga beruntung....”

Ex-Machina itu melompat pergi setelah mengatakannya.

XXXX

<... Dari: Einzig...

<Kepada: Julius, Kafma, Luis, Marta, Nord, Ohto, Ӧkon, Paula, Quelle, Richard, Samueh, Schule, ß, Theodor, Uhlig, Uber, Will, Wilhelm, Yksati, Ypsilon, Zacharia—semua 9.177 unit yang masih tersisa dalam kluster Größt.

<... Befehl ist nur einer*. Pertaruhkan nyawa yang kita dapatkan dari Prayer Shuvi untuk mendukung Spieler Riku. Hancurkan ether dari Old Deus Artosh. Hancurkan semua halangan dan jangan pedulikan semua kerusakan yang kalian terima dalam pertarungan ini... Sebagai tambahan, aku memutuskan jika ini adalah perintah yang tidak biasa untuk Ex-Machina...
*) Perintahku hanya satu.

<... Kita adalah mesin tanpa hati... Kita hidup tanpa nyawa dan mati tanpa kehilangan nyawa... Aus.>

<<<Jawohl...!!>>>

Einzig mulai menghina dirinya sendiri... sesuatu yang tidak pernah dilakukan Ex-Machina. Dia ingin meminta maaf atas kebohongan yang dia buat. Maafkan aku, Spieler Riku. Meski para Flügel sudah menggunakan Pendobrak Surga mereka, Avant Heim, Artosh... Menghancurkan ether Artosh tanpa membunuh siapapun itu tidak mungkin. Kami harus mengerahkan seluruh kekuatan kami untuk mengalahkannya. Kumohon—kuharap kau akan berpikir seperti ini: Para mesin tanpa hati itu menjadi gila dan bertindak diluar perintah.

... Karena itu, makhluk hidup yang mengaku bukan makhluk hidup itu sekarang berteriak:

“Untuk semua unit: Izin untuk menggunakan semua senjata tanpa batasan apapun telah diberikan....!”

“””... Lösen... Enderpokryphen...!!”

XXXX

“... Kalian pikir kalian siapa... Dasar rongsokan!!!”

Azrael berteriak dan langsung berlari ke arah ruang tahta Artosh. Dia mengerahkan sedikit kekuatan yang masih dia miliki untuk menghiasi langit dengan ratusan pedang energi dan beberapa dari pedang itu mengenai beberapa musuhnya. Dia hampir tidak bisa melihat cahaya biru yang ditembakkan oleh para Ex-Machina itu sebelum akhirnya mereka hancur berkeping-keping.

 

Kekuatan penuh dari Pendobrak Surga sudah ditembakkan. Para Flügel kehilangan kekuatan mereka. Beberapa tidak bisa bergerak. Seakan semua ini sudah direncanakan sejak awal—ya, mereka pasti sudah merencanakan ini—para mesin mulai memenuhi langit. Aranleif, pemimpin dari Dragonia, yang bisa dikalahkan hanya dengan seperempat dari total kekuatan Ex-Machina sekarang benar-benar tidak berdaya. Hanya ada beberapa Flügel, mereka yang memiliki peringkat tinggi yang masih menyimpan sedikit tenaga. Dan Azrael, bersama dengan Avant Heim terus melindungi Artosh dari gempuran Ex-Machina... Tapi mereka tidak bisa berbuat banyak. Meriam anti serangan udara terus menembaki Ex-Machina, tapi para mesin itu terus melaju seakan tidak peduli dengan kerusakan yang mereka terima.

Yang paling membekas dalam ingatan mereka adalah sesuatu yang diceritakan oleh Jibril... Senjata yang meniru Far Cry milik Aranleif. Serangan Ex-Machina berhasil menghempas para Flügel yang masih bisa bertarung, tapi mereka sama sekali tidak menghiraukan para Flügel yang sudah tidak bisa bertarung—para Flügel yang tidak mereka anggap sebagai hambatan. Tidak hanya itu. Apa yang mereka lakukan? Para mesin itu bahkan menyerang armada Union seakan sedang mencari celah untuk melakukan penyerangan. Akan tetapi serangan mereka tidak mematikan. Mereka hanya merebut kapal dan menghancurkan kemampuan tempur mereka.

 

... Jangan melawan. Kami tidak ingin membunuh terlalu banyak makhluk hidup...


Chapter5-3     Daftar Isi     Chapter 5-5


Komentar

Postingan Populer