NGNL Vol. 6 Chapter 5 Part 5

 Disclaimer: Not mine ya guys

XXXXX

Ngnl vol6 c5 p5

... Jangan melawan. Kami tidak ingin membunuh terlalu banyak makhluk hidup...

 

Sepertinya itu adalah pesan yang menyebar saat para Ex-Machina sedang berusaha melewati Jibril yang sedang berlutut.

“... Kalian... sedang mempermainkanku...? Huuuh, dasar rongsokan tidak berguna...!?”

Jibril tahu kemana mereka akan pergi. Mereka sedang menuju ruang tahta Artosh. Mereka sedang mengincar dewanya.

“Kau ingin... Bilang... Aku harus diam saja... Saat melihat dewaku dibunuh... Apa itu yang ingin kau katakan... Rongsokaaan!?”

Di saat yang sama, halo di atas kepala Azrael terlihat aneh dan mulai retak. Puluhan Ex-Machina berterbangan ke arahnya dan Azrael langsung menusukkan tangannya ke arah salah satu Ex-Machina itu.

“Kalian pikir yang kami bisa hanya menembakkan Pendobrak Surga berulang kali...!?”

Dalam waktu singkat, jarak diantara mereka meledak. Azrael menggunakan Flügel shift—untuk berpindah tempat. Udara di antara mereka langsung tersedot, mengembang, dan kemudian menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya. Ruang dibengkokkan, terlipat, dan semua yang ada di radius tertentu langsung berubah menjadi tumpukan besi tak berguna.

Ada berapa banyak Ex-Machina yang terkena serangan itu...? tapi serangan itu adalah batasan Azrael.

 

“... Hfff... Hffft... hfff...”

Punggung Azrael sudah menempel di pintu ruang tahta. Sama seperti Jibril, dia sudah menggunakan seluruh kekuatannya dan berubah menjadi anak kecil.

Meski begitu Azrael tetap menatap Ex-Machina dengan tatapan tajam, seakan berkata jika siapapun yang berusaha masuk ke ruang tahta akan mati di tangannya.

“... Dari Prüfer pada Befehler... Analisis mekanisme Flügel Shift... selesai.”

“...!!!”

Apa ini rasanya panik? Azrael terlambat menyadari kesalahannya. Ex-Machina menganalisa ‘serangan’ yang barusaja mereka terima dan langsung menirunya. Mereka tidak pernah menganalisis Shift sebelumnya, karena mantra itu biasanya diarahkan pada perapalnya—tapi sebagai serangan... hal itu sudah dipastikan dari komunikasi yang didengan Azrael tadi.

“... Dari Zeichner pada unit yang tersisa—desain dari ‘Shurapokryphen’ telah selesai. Proses sinkronisasi dimulai.”

 

Di saat yang sama, di belakang Azrael, sebuah cahaya melesat masuk ke dalam ruang tahta Artosh...

Mengobservasi lokasi target. Membagikan data pada semua unit—neutralisasi musuh tingkat menengah selesai dilakukan—mulai mengubah target.”

“Crya...!”

“... Lösen—Shurapokryphen!”

Para Ex-Machina—yang sama sekali tidak membiarkan Azrael tenggelam dalam penyesalan karena telah gagal menghalau musuh—langsung menghilang begitu saja. Jangankan terbang, sekarang Azrael saja sudah kesulitan untuk berdiri. Meski begitu... meski dia harus merangkak sekalipun, dia tetap bergerak melewati pintu yang barusaja dihancurkan oleh Ex-Machina... Menuju tahta dewanya...

XXXXX

Einzig langsung mengubah arah terbangnya menuju tujuan terakhirnya—ruang tahta Artosh. Beberapa saat kemudian Einzig berhadapan dengan laki-laki berukuran raksasa. Ini pertama kalinya Einzig melihat sosok itu—lebih tepatnya, tidak ada unit yang pernah melihat Artosh dan bisa bertahan hidup cukup lama untuk membagikan datanya. Karena itu, hingga saat ini tidak ada data yang tersedia soal Artosh. Meski begitu Einzig tidak butuh data apapun untuk bisa mengenalinya. Makhluk itu duduk di atas tahta dengan dan aura yang luar biasa kuat memancar darinya. Mata emas kejamnya terlihat santai dan dagunya selalu ditopang oleh salah satu tangannya. Sosoknya terlihat kuat, luar biasa, dan tidak terkalahkan. Seluruh tubuhnya seakan berkata jika dialah yang terkuat... Sang dewa perang dan juga targetnya—Old Deus Artosh. Para Ex-Machina—mulai dari Einzig dan semua unit yang masih tersisa—mulai memenuhi ruang tahta itu.

“Aku memberimu izin. Sebutkan namamu.”

Artosh menunjukkan kesopanannya, tapi kalimat yang diucapkan dengan nada santai itu pun membuat sebuah variasi baru dalam alat observasi kolektif milik Ex-Machina.

“Ditolak: Alat tidak memiliki nama untuk menyebut diri mereka.”

Artosh tertawa setelah mendengar jawaban Einzig. “kau bercanda.”... Setelah itu seluruh ruangan berderit kencang.

“Kenapa aku harus menanyakan nama alat seperti kalian? Aku bertanya siapa nama musuhku yang sebenarnya.”

“....”

Einzig tidak memberikan jawaban. Dia tidak memiliki hak untuk menjawabnya. Dengan mulut yang tertutup rapat-rapat, dia terus mengamati medan pertempuran dan menunggu semua unit yang masih bisa bertarung tiba di tempat ini. Jumlah unit yang masih bertahan: 872 unit. Unit yng bisa menggunakan ‘Asura Apocrypha’: 701 unit—jumlah yang kurang untuk mengisi 2 kluster normal. Aku tidak menyangka kami harus mengorbankan begitu banyak unit hanya untuk mengatasi para Flügel dan 1 Phantasma—Pikirnya sambil menyeringai. Spieler Riku pernah berkata jika kemampuan perhitungan matematika dari semua macam alat itu tidak sempurna. Mesin yang mengakui jika hal ini benar adanya adalah sebuah ironi. Saat Einzig sedang memikirkan semua itu, Artosh hanya tersenyum.

“Baiklah, aku mengakuinya. Memang ini yang seharusnya terjadi.”

Dan senyum dewa itu semakin mengembang.

“Bagi yang terkuat... Yang namanya terdengar di ribuan dunia... Yang harus melawan mereka adalah yang terlemah dari semuanya... Seseorang yang tidak pernah dipedulikan dunia... Memang ini yang seharusnya terjadi.”

Setelah itu Artosh mengangkat kepalanya.

“Aku sudah menunggumu, wahai kesatria yang pantas menjadi musuhku.”

Artosh bangun dari tahtanya. Di saat yang sama...

<Dari Einzig pada semua unit yang tersisa... Apakah unit ini mengalami eror?>

Semua alat observasi milik Ex-Machina mengindikasikan jika massa Artosh terus meningkat. Tidak, penilaian Einzig lah yang tidak tepat. Tidak ada kesalahan optis. Semua parameter itu terjadi hanya karena Artosh berdiri dari tahtanya.

Koreksi. Kuantitas dari energinya memang meningkat... Koreksi sekali lagi. Bukan energi. Data dari entitas itu sendirilah yang terus meningkat, seakan apa yang dulunya tidak ada sekarang menjadi ada. Akhirnya semua 701 unit berhasil berkumpul dalam ruang tahta dan menjawab pertanyaan Einzig.

<<<... Nein.>>> Mereka semua juga melihat fenomena yang sama.

Ini tidak mungkin. Apa yang ada di depan mereka sudah menyalahi semua hukum termodinamika. Bahkan sihir yang menggunakan spirit saja hanya bisa mengubah hukum fisika yang berada dalam lingkup pertukaran energi. Dan sekarang, apa yang ada di depan mereka ini sudah menyalahi semua penjelasan itu.

Meski begitu, semua alat sensor milik Ex-Machina menghasilkan satu kesimpulan yang sama, yaitu: Massa Artosh semakin meningkat. Konsep yang tadinya hanya menyelimuti surga dan seluruh planet ini mulai menjadi nyata.

<Tidak mungkin! Apa yang terjadi...!?>

Setelah menembakkan Pendobrak Surga, seharusnya kekuatan Artosh hanya ada di kisaran 12% dari level normalnya. Itu adalah estimasi yang dikeluarkan oleh Seher dan Prüfer... Meski begitu, Artosh yang seakan bisa membaca pikiran para Ex-Machina pun berkata.

 “Yang terkuat akan selalu menjadi yang terkuat. Kalau begitu, apakah peningkatan dan penurunan kekuatan ada artinya?”

....

Aku mengerti. Einzig menerimanya. Meski sentimen miliknya berkata jika semua itu tidak masuk akal, mesin yang sekarang memiliki emosi itu tidak bisa menyangkal kata-kata Artosh dan merasa jika semua itu memang benar.

Konsep dari yang terkuat. Jika memang begitu... automaton yang sekarang sudah mendapatkan ‘jiwa dan perasaan’ dan yang sekarang sepertinya selalu membuat anomali baru ini pun menghasilkan sebuah hipotesis mengenai sesuatu yang tidak mereka ketahui sejak lama.

<Sebuah konsep telah mendapatkan identitas. Bukankah itu... sama saja dengan hukum yang memiliki keinginan?>

Jika begitu, maka ether itu sendiri adalah...

“Kalian tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Aku adalah yang terkuat dan kalian semua adalah makhluk lemah.”

Saat mendengar kata-kata Artosh yang kejam namun menghina itu, Einzig hanya menyeringai.

<Seluruh unit. Unit yang berbagi pikiran denganku. Jika kalian berhasil selamat, tolong uji kembali hipotesis ini.>

<Jawohl.>

Jika ether memang sesuai dengan hipotesis mereka, maka mengalahkan Artosh itu tidak mungkin secara teori. Einzig pun menyampaikan sebuah pertanyaan.

<Untuk semua Seher dan Prüfer yang tersisa—apakah ether adalah sebuah entitas yang bisa diamati secara fisik?>

<Kami setuju.>

Jika begitu tidak ada masalah.

“Semua unit, siapkan algoritma yang sudah dibuat oleh Prayer untuk melawan musuh yang tidak diketahui—Lösen...!!”

Di depan mata Einzig, massa tubuh Artosh masih terus bertambah—menjadi sebuah raksasa, sebuah konsep, sebuah fenomena, atau mungkin dia memang hukum itu sendiri. Di depan dewa yang sepertinya terus bertambah besar hingga seluruh bumi dan surga ditutupi olehnya itu, Einzig memberikan perintahnya. Saat itu, semuanya hanya hipotesis belaka.

Mengukur kekuatan lawan tidak mungkin dilakukan. Lalu apa yang harus kami lakukan? Pada akhirnya yang tersisa hanyalah bertindak sesuai dengan  jiwa yang telah memberi kami perintah. Dan karena musuh kami adalah sesuatu yang tidak kami ketahui, yang bisa kami lakukan adalah mengantisipasi semua yang tidak bisa kami antisipasi. Jangan mencoba memahaminya. Jangan mencoba memperhitungkannya. Cukup percaya pada apa yang kau rasakan dan bergeraklah—bukan begitu, Shuvi?

Avant Heim. Di ruang tahta tempat Artosh sang dewa perang berdiam, 701 makhluk hidup yang terbuat dari mesin pun berteriak:

<Target: Ether milik Artosh—diperkirakan memiliki kapasitas untuk membelokkan ruang dan waktu bahkan hukum alam di setiap detiknya..>

Kalau begitu...

<Lakukan adaptasi setiap setengah detik. Aku meminta pada semua unit—apa itu tidak bisa kita lakukan?>

<<<Negatif!!!>>>

Tidak peduli siapa musuhnya... Tidak peduli halangan apa yang muncul...

<Jika ether itu mengenai kita, kita harus beradaptasi—itulah jati diri kita yang sebenarnya. Semua unit, aku mendoakan kemenangan untuk kalian. Aus!!>

<<<Jawohl!!>>>

Semua unit Ex-Machina mulai bergandengan dan menyatukan kekuatan untuk mengalahkan musuh terakhir yang terus bermanifestasi dan membesar. Mereka semua berteriak:

“... Lösen...!!”

Artosh yang sedang menatap ratusan Ex-Machina yang sedang menyerangnya pun mengatakan satu kalimat yang terus menggema ke seluruh pelosok dunia.

“Datanglah dan coba hancurkan etherku—tunjukkan intisari dari peperangan di dunia ini... hai musuh bebuyutanku...!!”

.....

 

Chapter5-4     Daftar Isi     Chapter 5-6


Komentar

Postingan Populer