I’ll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 21
Meskipun matanya tertutup rapat, bagaimana dia bisa berjalan tanpa menabrak siapapun??? Dia bahkan bisa belok di pojokan dengan mudah.
Tidak ada orang sepertinya di dalam game kan? Kupikir desa
ini juga hanya disebutkan sekilas dalam cerita.
Tunggu dulu... benar juga! Aku ingat!
Dalam game, desa ini digambarkan sebagai tempat yang sangat
berbahaya! Mereka bilang jika kau masuk ke dalam sana kau tidak akan bisa
keluar, karena itu heroine datang ke tempat ini.
Dan tanpa kusadari, aku juga berjalan ke tempat seperti itu...
apakah aku bisa bertahan hidup dan pulang ke rumah dengan selamat? Kalau begini
terus, apakaha aku akan dibunuh dan dimakan?
Tapi laki-laki tua ini menyuruhku untuk pulang barusan...
jadi dia orang baik kan?
Tapi, saat berpikir jika tempat semenyedihkan ini
benar-benar ada... bahkan orang-orang yang ada di sini sangat amat miskin
hingga mereka tidak bisa tidur di lama rumah mereka masing-masing.
Aku tidak bisa menahan bulu kudukku yang mulai merinding.
Ada ribuan orang yang tinggal dalam kondisi mengerikan seperti ini. Ini adalah
tempat yang tidak bisa dicapai cahaya bulan karena kabut buatan yang diciptakan
oleh sihir. Beberapa orang yang ada di sini mungkin meninggal dunia tanpa tahu
apa itu bulan.
Lalu apa yang terjadi jika cahaya matahari juga tidak bisa
mencapai tempat ini...?
Tapi tidak apa-apa. Aku yakin heroine pasti punya sebuah
rencana untuk memperbaiki kondisi ini di masa depan...
Ugh, ini tidak bagus. Bau yang menguar dari tempat ini
terlalu kuat. Aku sama sekali tidak bisa mengingat apa yang dilakukan oleh
heroine.
“Di sini.” Kata laki-laki tua itu, dia berhenti di sebuah
bangunan yang terlihat sama bobroknya dengan bangunan lain yang ada di desa
ini.
Meskipun bangunan yang ada di depannya terlihat bisa runtuh
kapan saja, dia terus berjalan ke dalam dan sama sekali tidak menunggu jawaban
dariku. Aku merasa ragu untuk sesaat, dan aku memutuskan untuk ikut masuk ke
dalam sana.
Bagian dalam rumahnya ternyata lebih normal dari perkiraan
awalku. Semua barang dan perabot yang ada di dalamnya sama seperti
barang-barang yang bisa ditemukan di rumah biasa... ada kasur—meskipun terihat
tua dan penuh tambalan, sebuah meja kayu, dan 2 kursi. Ada juga perapian yang
agak rusak di pojok ruangan—aku tidak tahu apakah perapian itu masih berfungsi
atau tidak.
“Rumah ini agak kecil, tapi selamat datang.” Kata laki-laki
tua itu sambil menarik sebuah kursi untukku. Semua pergerakannya hingga saat
ini sangat mengingatkanku pada seorang gentleman.
Setelah menyiapkan kursiku, dia berjalan ke kursi lain dan
duduk di sana. Aku pun mendudukkan diriku di kursi yang ada di dekatku.
“Maaf, aku tidak punya teh yang bisa kusajikan untukmu.”
“Oh! Tidak usah. Tolong jangan khawatir soal itu.”
“Lalu? Apa yang membuatmu mendatangi tempat berbahaya
seperti ini, nona muda? Kau sepertinya berasal dari keluarga baik-baik. Bukan
tamu yang biasa kulihat di desa seperti ini.”
Jantungku berdetak lebih cepat saat mendengarnya. Meskipun
matanya tertutup, bagaimana dia bisa tahu jika aku berasal dari keluarga yang
berkecukupan?
Dan lagi aku sedang mengenakan jubah dan tudungku. Bagaimana
dia bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dia lihat?
Ah, iya juga. Seharusnya aku melepas tudung yang sedang
kupakai di dalam sini. Betapa tidak sopannya aku ini.
Aku langsung membuka tudung yang menutupi wajahku, aku
berusaha memperbaiki ketidak sopanan yang barusan kulakukan.
Tunggu sebentar... dia selalu memanggilku nona muda dari
awal. Apa dia tahu kalau aku adalah bangsawan?
“Kakek, apa sebenarnya kau bisa melihat!?”
Sebelum menjawab pertanyaannya, aku malah menanyakan sesuatu
yang lain...
Ugh. Sikapku benar-benar tidak sopan. Aku bahkan belum
memperkenalkan diriku!
Tapi laki-laki tua itu, yang sepertinya tidak tahu kelakuan
tidak sopan ku hanya tersenyum dan berkata, “Aku tidak bisa melihat.”
“Huh? Lalu kenapa...?”
“Tanpa melihat sekalipun, aku masih bisa merasakan banyak
hal. Lewat mataku yang sudah tidak melihat, indera lain yang kumiliki bisa
bekerja dengan lebih bagus.”
Meskipun begitu, jumlah informasi yang dikumpulkan dari
penglihatan seseorang tidaklah sedikit.
Hanya dari pendengaran dan bau, kau tidak akan bisa tahu
jika aku adalah seorang bangsawan...
“Meskipun mataku tidak bisa melihat, masih ada banyak hal
yang bisa kuketahui hanya dengan berada di dekat seseorang. Cara mereka
bernafas, cara melangkah, derap kaki, gesekan baju yang mereka gunakan, bau...
semua aspek ini membedakanmu dari orang-orang yang ada di sini.” Lanjutnya
seakan dia tahu apa yang sedang kupikirkan.
“Apa kakek sudah buta sejak lahir?” tanyaku. Wajah laki-laki
itu terlihat sedih.
“Tidak. Penglihatanku dicuri saat aku berusia 20 tahun.”
Penglihatannya dicuri...? apa maksudnya itu...?
“Aku bekerja di istana dulu.” Katanya. Dan meskipun kakek
itu berkata sambil tersenyum, wajahnya terlihat sangat kesepian.
Komentar
Posting Komentar