ORV Chapter 266: Episode 50 – Dokja’s Story (3)

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya. Lihat daftar isi untuk info lebih lengkap 👍

 

Penglihatanku menjadi gelap selama beberapa detik, seakan otakku kehabisan energi hingga aku tidak sadarkan diri. Beberapa saat setelahnya aku kembali tersadar. Aku mengedipkan mataku beberapa kali tapi yang ada di sekitarku hanyalah kegelapan.

…. Apa yang terjadi? Aku menarik nafas panjang untuk mengurangi sakit kepala yang kurasakan. Di saat yang bersamaan aku mulai berpikir.

Beberapa saat yang lalu, aku sedang berada di ronde kedua Demon King Selection. Aku berhasil membunuh duke Bercan dan di waktu yang sama aku dibunuh oleh Surya. Setelah itu ada banyak pesan yang kuterima.

Apa aku memenangkan rode itu? atau…. Aku kalah? Aku mencoba memikirkannya, tapi aku tidak yakin.

[Kau sudah mengambil ‘Kalimat’ milik lawan dan berhasil memenangkan game!]

Salah satu pesan berkata seperti itu.

[Tim lawan berhasil mendapatkan ‘Kalimat’ mu. Kau telah kalah!]

Tapi sepertinya aku juga sempat melihat pesan seperti itu. Mungkinkah aku memang menerima dua pesan dengan isi seperti itu? Lalu pesan mana yang duluan muncul? Aku tidak tahu.

[Kau sudah mati.]

Tapi ada satu hal yang aku yakin memang benar terjadi, dan itu tertulis dalam pesan itu. Aku mati dalam game dan bangun di tempat ini.

“Ugh…”

Perlahan aku bangun dan memperhatikan area di sekitar. Ada banyak lampu yang menerangi beberapa titik sehingga keadaan di sekitarku tidak benar-benar gelap. Ini adalah tempat asing yang belum pernah kudatangi sebelumnya.

Ada sebuah tanda yang bertuliskan [000~100] di tempatku berdiri dan ada beberapa rak buku besar di sekeliling tanda itu. Aku bisa mencium bau khas buku dari tempatku berdiri, dan jujur tempat ini mengingatkanku pada perpustakaan yang ada di universitas.

…. Perpustakaan? Kenapa aku ada disini? Aku memikirkan jawaban pertanyaan itu sambil mengambil sebuah buku dan membukanya.

< Setelah kematian Lee Seolhwa, Yoo Joonghyuk berpikir jika dia harus mati ratusan kali. Dia tidak pernah bisa menang melawan mereka hanya dengan bakat dan kemampuannya. Akhir skenario tidak bisa dilihat dan para konstelasi memiliki kekuatan yang sangat besar. Dia tidak bisa membalaskan dendam Lee Jihye dan Lee Seolhwa. Itu adalah pikiran Yoo Joonghyuk ketika dia tenggelam dalam rasa putus asa nya. >

Kalimat itu ditulis dengan gaya yang sangat familiar, dan aku membaca semua kata-kata itu seakan aku bisa masuk dan menyelam ke dalam cerita itu.

< ‘Bagaimana jika aku punya sponsor?’ >

Itu adalah scene yang tidak muncul secara detail dalam novel Cara Bertahan Hidup. Meski begitu aku tahu scene ini. Alasannya, scene ini muncul puluhan bahkan ratusan kali dalam imajinasiku.

< Konstelasi ‘???’ menginginkan dirimu sebagai inkarnasinya. >

Ini adalah pertama kalinya Yoo Joonghyuk menerima tawaran sponsor. Yoo Joonghyuk di regresi-0 terus berlatih hingga mencapai batasnya tanpa sponsor, namun sayangnya dia harus berlutut di hadapan inkarnasi lain.

< Atribut baru, Regressor akan segera mekar! >

Itu adalah cerita dimana Yoo Joonghyuk menjadi seorang ‘regresor’. Aku menutup buku itu dan melihat judul nya.

[Yoo Joonghyuk. Catatan Ke-56 dari Regresi ke-0.]

Aku langsung bisa menebak ruangan apa ini sebenarnya. Ketika mataku mulai terbiasa dengan kegelapan yang ada di ruangan ini, aku bisa melihat kondisi sekeliling dengan lebih jelas. Ini adalah perpustakaan dimana semua catatan mengenai novel Cara Bertahan Hidup dikumpulkan.

“…. Sepertinya jumlah catatan disini lebih dari 3.149…” gumamku dengan pelan.

Novel Cara Bertahan Hidup memang panjang, tapi tidak sepanjang catatan yang ada disini. Perpustakaan besar ini dipenuhi oleh buku. Aku tidak yakin apakah aku bisa menyelesaikan setengah dari seluruh buku yang ada disini meski aku menghabiskan seluruh hidupku untuk membacanya.

Kepalaku terasa sakit. Ingatan yang saling tertaut dengan erat seperti benang kusut pun mulai terurai. Tempat yang tadinya terasa asing ini sekarang terasa sangat familiar. Lampu-lampu yang ada mulai menerangi semua rak buku.

Detak jantungku menjadi lebih cepat dan keringat dingin mulai membasahi punggungku. Aku pernah datang ke tempat ini sekali. Kapan itu terjadi? Apakah…

< Kim Dok ja. >

Suara itu menggema di seluruh perpustakaan. Aku mengenal suara itu. “…. Fourth Wall?”

Tiba-tiba seluruh perpustakaan bergetar pelan.

< Ji wam u be rad a da lam ba ha ya. >

“Bahaya?”

< A ku me mang gi lm u. >

Fourth Wall memanggilku kemari, tapi aku tidak begitu mengerti apa yang dia maksud. “Mungkinkah…. Kau juga ada disini?”

< Be na r. >

“Bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini? Dimana pintu keluarnya?”

< …. >

“…Halo?”

Aku memanggil beberapa kali tapi Fourth Wall tidak menjawab. Dia adalah sosok yang langsung tidur saat mengantuk, jadi mungkin saja sekarang dia sudah  tertidur lagi. Kalau begini aku harus mencari jawaban sendiri.

[Kau tidak bisa menggunakan Omniscient Reader’s Viewpoint di tempat ini.]

[Kau tidak bisa menggunakan Bookmark di tempat ini.]

Semua skill yang kumiliki tidak bisa digunakan. Dan aku juga tidak bisa melihat ujung perpustakaan tidak peduli seberapa jauh aku berjalan. Aku juga tidak bisa melihat tanda-tanda jalan keluar di seluruh penjuru perpustakaan. Karena itu aku menjadi semakin yakin jika aku tidak bisa keluar dari tempat ini.

“…. Surga.”

Kemana pun mataku terarah, hanya ada novel Cara Bertahan Hidup disini. Ini adalah tempat yang penuh dengan catatan novel Cara Bertahan Hidup. Jika aku datang ke tempat ini sebelum skenario dimulai, aku pasti akan merasa sangat senang. Ini adalah cerita yang tidak pernah berakhir mau berapa kali pun aku membacanya. Aku juga tidak akan kelaparan karena aku hanya jiwa tanpa tubuh.

….. Karena aku tidak bisa keluar, sebaiknya aku mulai membaca buku yang ada disini. Siapa tahu aku bisa menemukan cara keluar dari sana.

Aku mengambil beberapa buku dari rak, menumpuknya di dekatku dan mulai membacanya. Aku membaca selama beberapa menit dan menyadari jika apa yang kubaca adalah novel Cara Bertahan Hidup di Dunia yang Telah Hancur.

…. Tapi ada terlalu banyak penjelasan disini.”

Keadaan sekitar sangat hening hingga kecepatan membaca ku meningkat cukup signifikan. Tapi aku tidak membaca novel-novel itu secara menyeluruh. Sama seperti seorang gourmet yang sudah lama mendambakan daging, aku memotong setiap kalimat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan kemudian memakannya.

“Bajingan itu, kali ini dia bersikap sok imut.”

“…. Sial, harusnya aku membunuhnya beberapa kali lebih banyak di awal.”

Ada beberapa cerita yang sudah kuketahui dan beberapa yang tidak kuketahui.

“Aku lupa soal informasi ini…”

“Apa!? Memangnya ada sesuatu yang seperti ini!?”

Tidak ada orang lain di tempat ini, karenanya aku hanya bisa berbicara dengan diriku sendiri, dan aku tahu tidak ada orang atau makhluk yang bisa mendengar semua ucapanku. Karena itu aku membaca beberapa buku lagi. Aku merasa bangga dan dadaku dipenuhi perasaan hangat.

Tiba-tiba tubuhku terasa lemas. Kenapa aku tidak menyerah saja dan tinggal di tempat ini? Tidak pernah bangun dan tetap berada di perpustakaan ini juga bukan pilihan buruk untukku. Terlebih lagi tidak ada skenario yang bisa membunuhku disini.

Aku tidak perlu bertemu para konstelasi. Setelah membaca beberapa buku, aku berjalan melewati beberapa rak menuju bagian tengah ruangan.

< Terkadang Yoo Joonghyuk juga berpikir seperti itu. >

< ‘Jika aku tidak bertemu laki-laki itu di jembatan, apa yang akan terjadi? Atau jika aku membunuhnya disana… Apa yang akan terjadi dengan sisa hidupku…?’ >

Aku melihat kalimat familiar yang mencerminkan isi judul bukunya.

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-12 dari regresi ke-3.]

…. Seperti yang kuduga, ini adalah catatan dari regresi ketiga. Aku membuka beberapa buku yang ada di dekatnya, dan semua itu berisi catatan mengenai diriku.

< ‘Sialan kau Kim Dokja.’ >

Beberapa buku lain berisi kalimat seperti itu.

< “Kim Dokja! Bangun! Kim Dokja!” >

Beberapa kalimat tertulis dengan jelas, tapi di beberapa buku, tidak ada kalimat apapun yang tertulis.

< ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ >

Kata-kata itu di filter dan tidak bisa dibaca. Beberapa episode bahkan hanya terdiri dari halaman kosong. Mungkin cerita di bagian itu belum sempat dicatat.

Semua buku yang ada di tempat ini disusun berdasarkan urutan regresi. Seakan ada seseorang yang sengaja mengaturnya agar aku bisa menemukan cerita yang kucari dengan mudah. Tapi siapa…

Ketika aku sedang memikirkan siapa orang yang sudah menata tempat ini, aku melihat pergerakan di sisi lain rak buku. Sontak, aku meletakkan buku yang kupegang dan memperhatikan tempat itu dengan lebih seksama. Aku hanya melihat sekelebatan saja, tapi aku yakin ada seseorang disana.

“Siapa disana?”

Suara langkah kaki itu semakin menjauh dan aku langsung mengejarnya. Aku hampir tersandung beberapa buku yang ada di lantai, tapi aku terus berusaha mengejar bayangan itu. Semakin jauh aku berlari, tanda yang ada di depan rak buku juga berubah.

Dari [000~100] menjadi [100`200]. Lalu tandanya berubah menjadi [200~300].

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-373 dari regresi ke-24.]

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-473 dari regresi ke-31.]

Ada banyak buku yang kulewati.

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-573 dari regresi ke-27.]

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-681 dari regresi ke-12.]

Aku berlari cukup lama hingga kehabisan nafas, tapi aku tetap tidak bisa melihat akhir dari ruangan ini. Padahal sekarang aku hanya jiwa tanpa tubuh fisik, ternyata aku tetap bisa kelelahan. Tapi ini adalah kesempatan terbaik. Jika aku kehilangannya di tempat ini, aku tidak akan pernah bisa menangkapnya lagi.

Seberapa jauh aku sudah berlari? Ah, rasanya jarak kami mulai berkurang.

“Tunggu!”

Ketika aku berteriak kepadanya, lantai yang ada di bawahku tiba-tiba menghilang. Tubuhku yang tidak bisa melawan gaya inersia pun jatuh bebas dengan cepat. Aku jatuh bebas selama beberapa detik, tapi untungnya aku berhasil meraih rak buku yang ada di dekatku.

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-1863 dari regresi ke-22.]

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-1863 dari regresi ke-23.]

[Yoo Joonghyuk. Catatan ke-1863 dari regresi ke-26.]

Isi buku itu mengalir ke dalam kepalaku. Rasanya sangat sakit, sesakit pukulan Yoo Joonghyuk yang pernah kuterima dulu. Aku hampir tidak bisa keluar dari tumpukan buku itu dan bayangan yang kukejar pun sudah menghilang entah kemana.

“Sial…”

Saat tidak ada lagi perpustakaan di depan mataku. Yang ada hanya sebuah jurang yang tidak bisa kulihat dasarnya.

“Ah…”

Aku menatap ke dalam jurang seakan ada sesuatu yang merasukiku. Ini adalah ujung perpustakaan. Ini adalah akhir dari semua cerita. Aku terus menatap jurang itu dan merasa ada sesuatu yang menarikku ke dalam sana. Aku merasa jika aku bisa mengetahui sesuatu jika terjun ke dalam sana. Jika saja aku bisa melompat…

Saat tubuhku sudah benar-benar berada di ujung dan aku hampir melompat, seseorang mencengkram bahuku dengan erat.

< “Kau bisa mati jika kau jatuh ke dalam sana. Apa yang ada di dasar jurang itu adalah sesuatu yang berada di ‘balik’ dinding.” >

***

Slap! Slap! Slap! Slap!

“Bangun!”

Slap! Slap! Slap! Slap!

“Yoo Joonghyuk-ssi! Berhenti! Wajah Dokja-ssi sudah lebam-lebam!”

“Apa yang sedang terjadi?”

“Dia masih bernafas. Kurasa jiwanya mengalami shock…”

Yoo Joonghyuk mengernyitkan alisnya saat mendengar ucapan Yoo Sangah. Setelah itu dia berdiri. Kim Dokja yang wajahnya lebam-lebam tetap terbaring di tanah. Lee Hyunsung yang seperti beruang sedang memeluknya sambil menangis.

“Dokja-ssi…. Bangun. Kumohon…”

Saat ronde ke-2 selesai, Mythical Battlefield tiba-tiba menghilang. Semua partisipan dan pembantu dari kompleks industri Yoo Joonghyuk—Kim Dokja tiba-tiba muncul di depan reruntuhan kompleks industri.

Yoo Sangah menatap orang-orang yang berdiri di depan camp. Ada 2 anjing dan satu pemuda tampan. Tidak lupa ada Han Myungoh disana…

“Kau masih hidup, kepala departemen.”

“Yo-Yoo Sangah-ssi…” Wajah Han Myungoh dipenuhi oleh keringat dan dia langsung mundur beberapa langkah.

Yoo Sangah menatap Jang Hayoung. “Kau… Apa kau ada di pihak kami?”

“Ah, aku…”

Jang Hayoung menjawab pertanyaan Yoo Sangah dengan terbata-bata. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk memperkenalkan dirinya pada wanita itu. Sedetik kemudian Jang Hayoung melihat Shin Yoosung. “Ah, kau yang ada di video itu kan…?”

“…. Kau tahu siapa aku?”

Jang Hayoung bisa mengingat scene dari skenario Demon King ke-73 berkat keberadaan Shin Yoosung, karena itu dia langsung menyadari siapa orang-orang yang ada di depannya saat ini. “Aku penggemarmu! Wow, aku tidak menyangka bisa bertemu dengan inkarnasi dari bumi…”

Jang Hayoung menjabat tangan Yoo Sangah dengan mata berbinar. Yoo Sangah hanya tersenyum kepadanya dan kemudian mengangkat wajahnya untuk melihat ke arah langit.

“Ngomong-ngomong, apakah kita menang? Atau kalah?”

Hanya ada satu pesan aneh yang sedang melayang di langit.

[Kami sedang berada dalam proses untuk menentukan tim mana yang menang dalam ronde kedua.]

Jang Hayoung berkata, “Kupikir Kim Dokja membunuhnya duluan. Kalau begitu, seharusnya kita menang, kan?”

“Tapi ‘Kalimat’ kita dicuri…”

Yoo Joonghyuk menggelengkan kepalanya. “Kim Dokja lebih cepat.”

Kata-kata yang terdengar sangat meyakinkan itu membuat ekspresi Yoo Sangah dan Jang Hayoung sedikit lebih cerah. Kemungkinannya memang kecil, tapi kalau Yoo Joonghyuk berkata seperti itu…

Beberapa saat setelahnya awan debu muncul di sisi lain gurun. Ada ‘status’ luar biasa kuat yang menguar dari sana. Tidak ada yang meragukan identitas dari sosok yang sedang mendekati mereka.

Yoo Joonghyuk menatap langit dengan wajah suram.

[Kami sedang berada dalam proses untuk menentukan tim mana yang menang dalam ronde kedua.]

Hanya itu kata-kata yang melayang di langit. Situasinya masih sama meski 30 menit telah berlalu.

“Bersiaplah.”

“Huh?”

“Ada yang salah.”

Di skenario utama, Biro yang biasanya bekerja cepat tidak mungkin menghabiskan 30 menit hanya untuk menentukan siapa pemenangnya.

Dengan kata lain, situasi ini sengaja dibuat oleh seseorang. Seseorang yang tidak mau skenario ini berakhir seperti ini.

Saat ini, Demon Realm ke-73 dipenuhi oleh probabilitas dalam jumlah yang sangat besar karena munculnya Mythical Battlefield.

Yoo Joonghyuk menarik Black Demon Sword dan berkata, “Ini bukan game.”

Geraman mengerikan dari Thunder Eating Bird memenuhi langit. Para konstelasi yang sudah tidak terikat penalti sedang menuju ke arah mereka.

 

Chapter 265     Daftar Isi     Chapter  267


Komentar

Postingan Populer