NGNL Vol. 7 Chapter 3 Howdunit - Misdirection Part 1
Disclaimer: Novel punya Yuu Kamiya.
Kotak 204—lemparan dadu kelima. Jumlah dadu yang tersisa: 3.
Hatsuse Ino menatap tangannya yang mirip dengan tangannya saat dia masih
berusia 30 tahun. Kotak tempatnya berada disinari oleh bulan merah yang
membuatnya teringat, karena semua nostalgia itulah dia tertawa pelan. Ya...
Bahkan musim yang ada di kotak ini sama seperti saat itu. Dulu kepulauan itu
belum dinamakan Eastern Union. Di sanalah dia menemukan sang badai...
XXXX
“Bulan yang indah, eh, Hatsuse?
Di malam seindah ini, kita harus menghibur diri, kan?”
Lebih dari setengah abad yang lalu, di bawah langit yang
dihiasi oleh bulan merah, rubah kecil berekor dua itu sudah mewarnai langit
dengan warna merah yang lebih pekat dari warna bulan. Badai mengerikan yang
menghancurkan daratan timur itu menyebutkan nama klan Ino dengan suara mirip
bel, dan sekarang dia berdiri di depannya. Ino hanyalah pemimpin dari satu
pulau dan dia pernah mendengar tentang rubah kecil ini—survivor terakhir dari
suku rubah emas. Seorang gadis yang bisa menggunakan bloodbreak, gadis yang
berhasil merangkak dari bawah pulau Kannagari yang sudah menyiksanya, dan pada
akhirnya dia berhasil mengendalikan seluruh pulau itu.
Gadis itu menggunakan sense nya yang kuat, kecerdikan, dan
kelicikannya untuk menyerang semua suku yang tinggal di pulau-pulau yang
dikuasai Werebeast. Dia akhirnya dikenal sebagai badai yang menelan dunia
Timur, yang menutup lautan, memotong jalur perdagangan, melemahkan dan
menumbangkan sistem pemerintahan, hingga tidak memberikan pilihan lain untuk
musuh-musuhnya kecuali menyetujui game yang dia berikan—dan dari sana rubah
emas itu bisa menumbangkan mereka semua tanpa ampun, tanpa kompromi, dan pada
akhirnya dia berhasil menguasai semua Werebeast.
Di depan badai itu, Ino tidak punya hak untuk menolak.
“.... Aku berharap kita bisa mempertahankan status quo yang
kita miliki sekarang.... Tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi...” Ino
hanya bisa menghela nafas dan menjejakkan kakinya dengan keras ke tanah.
Awalnya, kedatangan sang badai memberinya sebuah harapan,
antisipasi, kerinduan. Akhirnya, ada seseorang yang bisa menghentikan semua
pertarungan sia-sia antara semua suku Werebeast.
Tapi.... Tanah yang Ino pijak langsung terbelah dan cahaya
merah mulai membelah langit malam menjadi dua. Salah satu dari dua monster
merah itu—dengan darah mendidih dan energi yang melibas belenggu kebenaran
kosmik—pun berkata.
“Tentu kau tidak beranggapan jika hanya kau yang memiliki
kekuatan seperti itu kan? Lagipula...”
Rubah emas itu berpikir, dengan kekuatan sebesar yang dia
miliki dia bisa membuat semua Werebeast menurutinya. Dia bisa meletakkan semua
Werebeast di bawah otoritasnya, kontrol nya—dan
kemudian.
“.... Sangat sulit untuk tidak memikirkan adanya kemungkinan
jika orang yang lebih kuat akan menghancurkan seluruh ras...!!”
Tidak ada yang merencanakannya. Itu hanya konsekuensi yang
membuatnya mual, tapi…. Ini memang sulit untuk diakui, pertarungan di antara
suku Werebeast yang terjadi selama ini memang menjadi bagian dari premis ini.
Jika Werebeast Bersatu di bawah seseorang yang memegang kekuasaan penuh—
—Saat ada seseorang yang jauh lebih kuat muncul….Werebeast
pasti akan musnah dengan sangat mudah.
Itu adalah pendekatan suram yang menunjukkan adanya kemungkinan
jika ras lain mungkin bisa menguasai dan memperbudak sebagian Werebeast sebagai
bagian dari game. Filosofi yang memberi mereka kebebasan untuk berkata—Siapa
yang peduli dengan suku itu? Itu bukan urusan kita. Mereka bahkan mungkin
akan merasa senang dengan hal seperti itu. Kekuatan saja tidak cukup untuk
menyatukan semua suku Werebeast dan mengubah teori ini. Mereka membutuhkan
sesuatu yang lebih. Ini adalah penolakan yang dilemparkan Ino kepada sang
badai—penolakan yang berisi harapannya, antisipasinya, kerinduannya, dan yang
paling penting…. Kekecewaannya.
“Guh-ha-ha-ha! Perkataanmu terdengar indah, padahal kau cuma
bajingan yang hanya menginginkan semua Werebeast rupawan!” …. Sang badai
tertawa.
“Ya ampun, apa yang ingin kau katakan?” ujar Ino.
“Sahabatku, tidak perlu
berlagak sok hebat…. Kau pasti menantang suku lain dengan dasar ‘Aku tidak bisa
berhubungan dengan orang yang kumau’, karena itu kau ingin membangun harem mu
sendiri sambil mengaku kalau kau berusaha menghilangkan diskriminasi di antara
semua suku…. Ini adalah alasan baru yang segar dan mungkin itu adalah motif ter
murni yang pernah kudengar!”
Hmm, jadi dia tahu semuanya?
“Kalau begitu izinkan aku berterus terang. Jangan sentuh
para wanitaku. Jika tidak aku akan mencabik lehermu, dasar jalang.” Ino
melepaskan topengnya dan menunjukkan sifat aslinya. Badai cantik itu hanya
tertawa dan kemudian duduk bersila dengan santai.
“Kalau begitu
kalahkan aku. Jika kau berhasil melakukannya, aku tidak akan menyentuh semua
wanitamu atau pulau yang kau miliki.”
Dan sebagai gantinya—
“Kalau kau kalah, kau harus menjadi bawahanku. Tentu kau
tidak bisa menolaknya. Maaf soal itu~~.”
Ino mulai menyesali kebodohan yang dia tunjukkan beberapa
saat yang lalu. Penguatan Indera dan peningkatan kecepatan berpikir yang muncul
karena aktivasi bloodbreak tidak mungkin bisa menciptakan badai yang bisa
menelan semua pulau…. Apalagi memilikinya. Gadis itu sudah mempermainkan para
pengguna bloodbreak lain dan berhasil membuatnya terlihat selemah bayi.
“Teori yang mengatakan Werebeast lahir untuk bertarung…. Itu
adalah hal pertama yang akan kita hancurkan.”
Gadis itu mengenalkan dirinya pada Ino—yang sekarang sudah
menjadi bawahannya—sebagai ‘Miko’. Matanya tetap berwarna merah meski dia sudah
menon-aktifkan bloodbreaknya.
“Kita akan merebut semuanya, lalu rayu mereka dengan
kesempatan untuk membentuk pemerintahan mandiri dengan membentuk persatuan
semua suku.”
Gadis rubah berambut emas itu berhasil mengalahkan semua
harta karun yang dimiliki Ino saat dia membicarakan masa depan yang sudah dia
harapkan, antisipasi, dan rindukan.
“Kita akan membentuk pemerintahan federal Werebeast—Eastern
Union…. Itu akan menjadi langkah pertama kita untuk membatalkan konvensi yang
ada.”
Ino tertegun saat mendengar visi milik Miko.
“…. Tapi hal itu hanya akan mengundang pihak lain untuk
mencoba mengalahkan kita.”
Ino ingin mengatakan jika setelah mereka menyatukan
Werebeast, ras lain mungkin akan mulai bergerak untuk menguasai mereka.
“Kita akan mengalahkan mereka semua! Jika kau ingin bertanya soal cara yang akan
kita lakukan untuk mengalahkan ras lain, aku punya ide yang bagus.”
Pertama, ucap Miko sambil menatap ke kejauhan, ke
sebuah masa depan tak terbantahkan dimana para Werebeast akan melawan ras lain.
“Di akhir keabadian ini, saat kita sudah mengalahkan semua
yang bisa dikalahkan, di sana ada hal yang sedang kucari.”
Mata Miko memandang jauh ke arah ufuk. Beberapa detik
kemudian dia melanjutkan perkataannya.
“—Konvensi dimana tidak ada orang yang ditindas orang
lain—konvensi dimana seseorang tidak akan dikorbankan agar orang lain bisa
mendapatkan sesuatu.”
Hatsuse Ino berlutut di depan Miko—orang yang menantang
mimpi yang belum selesai…. Dan akhir yang ada di baliknya—itu adalah deklarasi
sungguh-sungguh dimana Ino akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk Miko.
“Jika anda berjanji untuk melegalkan poligami dalam
hukum Eastern Union, saya akan mengabdikan hidup saya untuk membantu anda.”
“Eh-hahahaha! Kau memang laki-laki yang akan menggoda semua
wanita cantik tidak peduli siapa mereka!” Miko tertawa dan menggoda Ino yang
berlutut dengan wajah serius.
“Syukurlah. Jika kau lebih liar dari ini dan menyerang semua
wanita tanpa pandang bulu, aku harus mengkhawatirkan kesucianku juga.”
“Jika saya boleh meminta, Miko-sama…. Apa anda bisa menarik
pernyataan itu?”
“…Eh?”
“Wanita secantik anda tidak pantas merendahkan diri sendiri
seperti itu.”
“…. Sahabatku, sekarang aku tahu kenapa kau bisa sangat
populer.”
“Saya bangga dengan siapa saya. Lalu, ini adalah
masalah harga diri, Miko-sama. Karena itu saya harus meluruskan ini. Jujur saja
saya sangat sadar dengan masalah status.”
Ino yang sudah mendedikasikan dirinya untuk mencapai tujuan
Miko pun tersenyum. Gadis yang ada di hadapannya menatap ke sebuah tempat yang
sangat tinggi, dia terlihat sangat bermartabat hingga membuat bulan merasa malu
menunjukkan wujudnya.
“Saya tidak akan merayu anda hingga saya menjadi laki-laki
yang layak untuk anda, Miko-sama.”
Sejak hari itu hingga setengah abad setelahnya yang terasa
seperti beberapa abad…. Sama seperti yang sudah dideklarasikan oleh Miko,
mereka merebut pulau-pulau hingga mencapai angka 4 digit, dan sangat banyak
suku. Mereka menghabiskan malam dan siang bermain game untuk menyelesaikan tantangan
kompleks—legal, ekonomi, hukum—semua masalah itu bisa didiskusikan dan
dinegosiasikan.
Di saat yang bersamaan, mereka mengumpulkan para ahli dari
setiap provinsi dan membentuk rencana penelitian nasional yang harus mencari
cara bagaimana agar mereka bisa menghalau serangan dari ras lain: sebuah game
yang tidak bisa diintervensi oleh spirit ataupun sihir. Mata Miko jatuh pada
kekuatan yang keluar dari kuil Kannagari yang sekarang disebut sebagai ;Kuil
utama’. Saat itu tidak ada seorang pun (termasuk Ino) tahu kekuatan apa yang
ada disana. Jika dipikir ulang…. Itu pasti kekuatan milik Old Deus. Tapi Miko
menggunakan kekuatan itu sebagai sumber dan membuat sebuah mesin yang bisa
bekerja dengan menggunakan kode tertentu. Ras lain tidak akan bisa mengetahui apa
yang mereka hadapi dan mereka tidak akan bisa melakukan intervensi apapun,
begitu ucap Miko. Karena itu Miko membuat sebuah program yang bisa beroperasi
dengan menekan tombol power—on atau off…. Video game pertama. Mereka
membutuhkan waktu 20 tahun untuk bisa membuat algoritma yang bisa menghasilkan
video dan audio. Dan sekarang, sudah 60 tahun berlalu sejak hari itu…
Chapter 2-7 Daftar Isi Chapter 3-2
Komentar
Posting Komentar