I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 396

 Disclaimer: Not minee


Aku bergerak dengan cepat, secepat seperti saat aku sedang mengambil Maddie di dinding jurang.

“Jika kau terus menghindar kau tidak akan pernah menang, kau tahu itu kan.”

Aku tahu itu!

Tendanganku yang tadi tidak berhasil memunculkan celah sedikitpun, karena itu aku tidak bisa menyerang wanita itu dengan mudah.

Jika dia terus mengayunkan sabitnya seperti ini, dia pasti menggunakan banyak energi…. Aku juga menyadari jika kecepatan gerakan wanita itu semakin berkurang.

Tapi tetap, dia terus mengayunkan sabit besarnya itu ke arahku. Setiap ayunannya terasa kuat dan sangat presisi.

Wanita ini sangat kuat…. dia benar-benar lawan yang sulit dikalahkan.

Sepertinya hutan ini adalah taman milik musuh mereka, tentu mereka mendapatkan keuntungan yang besar di sini. Mau tidak mau aku harus mencari cara untuk mematahkan keuntungan yang mereka punya.

Tidak sepertiku, wanita yang sedang kulawan memiliki tubuh tinggi dan kuat. Aku tidak punya cara lain selain mengambil keuntungan dari ciri-ciri itu. Aku memperpendek jarak di antara kami sambil terus menghindari serangannya.

Di saat yang bersamaan aku mengambil cabang pohon kecil yang ada di tanah. Di satu titik, wanita itu berhenti mengayunkan sabitnya—mungkin karena dia merasakan ada bahaya yang mendekat—dan langsung menendang dadaku dengan kuat.

“Kahah!”

Tendangan itu berhasil membuatku terbang cukup jauh sampai menabrak sebuah pohon dengan batang yang cukup besar.

Whoaaah…. Latihan seperti apa yang dia lakukan hingga bisa mendapatkan kekuatan sebesar ini?

Tendangan yang barusan membuatku tidak sengaja menggigit bibir hingga terluka dan mengeluarkan darah.

Wanita itu berjalan mendekatiku yang sedang berusaha mengatur nafas. Wajah serius dan aura menekan yang dia keluarkan membuatku ingin memberi hormat kepadanya.

Apa merasakan hal seperti ini kepada musuh adalah hal yang aneh…?

Jika kami dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan yang sama, kami mungkin bisa menjadi teman baik bahkan rival.

“Aku cukup terhibur…”

Wanita itu berdiri dan mengayunkan sabit besarnya ke arahku.

“Alicia!”

Aku bisa mendengar teriakan Duke-sama.

Maaf, aku bukan wanita lemah yang bisa dibunuh di tempat seperti ini! Aku sudah memutuskan untuk menjadi wanita jahat terhebat yang ada di dunia!

Aku tidak akan pernah menunjukkan kelemahanku pada lawan. Aku akan menunjukkan wajah yang berkata aku akan menang tidak peduli seberat apa situasi yang sedang ku lalui.

Saat wanita itu semakin mendekatiku, aku mengangkat tubuhku dan menendang pergelangan kakinya dengan seluruh kekuatanku. Wanita itu limbung dan kehilangan keseimbangan. Setelah itu aku mendorong tubuhku dengan tangan dan menendang wajahnya dengan kakiku.

…Buak! 

Wanita itu hampir jatuh ke tanah di detik itu juga. Dia memang lawan yang sangat kuat, tapi sepertinya aku bisa memenangkan pertarungan ini…

“Eh?”

Aku tidak sengaja berteriak saat wanita itu bergerak tiba-tiba karena kehilangan keseimbangan dan akhirnya roboh. Dalam sekejap, aku jatuh dengan punggung menempel di tanah dan sabit wanita itu sudah menempel di leherku.

Saat aku melihat mata wanita itu, aku akhirnya menyadari situasi yang sedang kualami.

Apa yang baru saja terjadi? Aku tidak tahu bagaimana dia bisa melawan balik dari posisi seperti itu.

Satu hal yang sekarang muncul di benakku adalah jika wanita yang sedang kulawan adalah monster.

“Tetap waspada hingga akhir adalah hal yang sangat penting.” Wanita itu bergumam sambil menatapku.

Aku bisa mendengar suaranya dengan jelas dari jarak ini. Disisi lain, aku bisa merasakan tatapan khawatir dari Duke-sama dan yang lainnya.

…. Duke-sama, Victor, dan Leon sepertinya berhasil mengalahkan semua orang-orang itu.

Aku bisa merasakan tekanan yang memenuhi udara hutan ini.

“Aku menang.”

Wanita itu tetap menatapku sambil terus menekankan sabitnya ke leherku. Aku bisa merasakan sisi tajam sabit itu mulai menggores kulitku. Aku bahkan bisa merasakan darah yang mulai mengalir dari sana dan bau besi yang mulai menguat.

Wanita itu mengangkat salah satu alisnya saat dia melihatku masih terlihat tenang di situasi yang sangat tidak menguntungkan ini.

“Aku tidak yakin soal itu.” Aku hanya tersenyum ke arahnya.

Aku langsung mengubah cabang yang tadi kuambil dan mengubahnya menjadi pisau dengan sihirku.

Tentu, aku tidak akan bertarung melawan musuh yang menggunakan sabit tanpa senjata, kan?

 

Chapter 395     Daftar Isi     Chapter 397


Komentar

Postingan Populer