I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 395

 Disclaimer: Not minee


The man who was supposed to be the group’s leader charged at me with a large scythe, looking as if he thought I had let down my guard by looking away.

Orang yang sepertinya bertindak sebagai pemimpin kelompok itu langsung menyerang dengan menggunakan sabit yang besar. Sepertinya dia berpikir jika aku sudah mengendurkan pertahananku saat aku

Kekuatan macam apa yang dia miliki sampai bisa membawa sabit sebesar itu dengan sangat mudah?

Aku menghindari serangan orang itu. Jika aku lengah sedikit saja, aku pasti mati. Di sisi lain, meski aku mengkhawatirkan situasi Duke-sama dan yang lainnya aku harus menyelamatkan diriku terlebih dahulu.

Sabit itu mengayun ke arah kananku. Beberapa saat kemudian sabit itu mengayun dari arah kiri ku.

Ternyata masih ada manusia super seperti ini di dunia ini…

Selalu ada orang yang lebih kuat darimu di dunia ini, dan dengan begitu aku bisa naik ke tingkatan yang lebih tinggi lagi. Saat memikirkan hal seperti itu, wajahku menjadi semakin rileks.

Aku tidak akan bisa menang jika terus menghindari serangannya. Aku harus melakukan serangan balik kepada orang itu!

Aku mengambil kesempatan diantara jeda serangannya dan kemudian menjejak sebuah pohon dan menggunakan energi dorongan dari sana untuk meraih cabang pohon dan kemudian mengangkat tubuhku ke atas cabang itu.

Aku harus mencari cara untuk melawannya…. Apalagi aku tidak punya senjata apapun!

Akan tetapi, orang itu langsung menendang pohon yang menjadi pijakanku dengan sangat keras, tubuhku sampai bergetar hebat karenanya.

Sosok badan besar dengan topeng aneh yang sekarang sedang menendangi pohon tempatku berlindung hingga membuatku hampir jatuh ini sangat menakutkan! Tolong pelankan tendanganmu!

Aku berusaha keras untuk bertahan, tapi sepertinya ini sudah tidak berguna. Dan lagi, tidak mungkin aku bisa menang melawan kekuatan tidak masuk akal seperti itu.

Aku melepaskan peganganku dan menjatuhkan diri ke tanah. Untuk menghindari benturan keras pada kakiku, aku memutar tubuhku dan kemudian mendarat di tanah.

Aku tidak punya waktu memikirkan dengan cara apa aku akan melawannya. Yang pasti aku harus menggunakan seluruh kemampuanku disini!

Aku melepas penutup mataku dan menunjukkan rongga mataku yang kosong. Mata kiriku ditutupi oleh kabut hitam. Aku harus menggunakan semua yang ku punya sekarang!

Laki-laki itu tertegun saat dia melihatku. Mungkin dia kaget karena aku hanya punya satu mata.

Selalu waspada. Jangan beri kesempatan sedikitpun pada musuhmu…. Atau itu akan menjadi akhir untukmu.

Aku mengambil kesempatan dan langsung melesat ke arah orang itu. Kemudian aku langsung menendang lehernya dengan seluruh kekuatanku, tidak lupa aku juga menendang wajahnya sekalian.

Topeng dengan pola merah itu pun lepas dan melayang di udara.

Orang itu masih tetap berdiri bahkan setelah dia menerima tendanganku, badannya hanya sedikit sempoyongan.

Aku tidak percaya. Padahal aku menendangnya dengan sangat keras…

Dia hanya memuntahkan darah berwarna hitam dan kemudian menatapku dengan mata tajam.

Wanita?

Aku terkejut saat melihat wajah yang ada di balik topeng itu.

Aku bisa melihat pantulan ku di mata yang berwarna merah menyala itu. Wajahnya cantik dan terlihat netral, lalu ada luka gores kecil di bawah matanya.

Apa dia bisa mengayunkan sabit sebesar itu hanya dengan kekuatan wanita saja? Tidak mungkin…

“Karena tendanganmu berhasil membangunkanku dari tidur panjangku, sepertinya ini akan menjadi lebih menyenangkan dari yang kuduga.”

Setelah itu dia menyeringai lebar.

Itu adalah bahasa kuno kerajaan Ravaal. Dia punya sedikit aksen, tapi aku masih bisa memahaminya.

“Kurasa aku tidak akan bosan melawanmu seperti ini.”

Saat aku menjawab perkataannya dengan bahasa kuno Ravaal, wanita itu terdiam dan matanya membelalak.

“Heh, aku tidak tahu kalau ada orang lain yang masih menggunakan bahasa kuno.”

Wanita itu menatapku dengan tatapan tertarik. Setelah kami saling tatap selama beberapa detik, wanita itu pun berkata.

“Kalau begitu jangan cepat mati.”

“Kau juga.”

Aku merasa ketakutan saat merasakan nafsu membunuh yang sangat kuat itu, tapi aku berhasil tersenyum.

*** 

“Apa yang dikatakan orang-orang ini?”

Leon berteriak pada Duke dan Victor saat mereka terus menghalau serangan yang terus datang.

“”Itu bahasa kuno kerajaan Ravaal.”

Duke dan Victor menjawab dengan tenang.

“Kenapa kalian berdua bisa tahu? Lagipula kau kan pangeran Duelkiss?”

“Hei! Di belakangmu!”

Victor meneriaki Leon yang perhatiannya sedikit teralihkan. Leon yang mendengar teriakan itu langsung bergerak cepat, Leon langsung melemparkan pisau yang dia gantung di pinggangnya.

Pisau itu meluncur dengan indah ke arah kepala salah satu penyerang.

Jika dilihat dari masing-masing individu, kelompok yang menyerang mereka terlihat besar dan kuat. leon, Duke, dan Victor terlihat kesulitan melawan mereka.

“Sial. Ini semakin sulit….” Gumam Victor dengan nafas terengah-engah.

 

Chapter 394     Daftar Isi     Chapter 396


Komentar

Postingan Populer