NGNL Vol.7 Chapter 2 :: Whodunit – Overthinking Part 1
Disclaimer: No Game No Life bukan punya saya.
**********
Miko yang sedang melayang dalam ruang liminal bernama
kematian, melihat sebuah mimpi. Dalam ingatan lawas yang mungkin tidak akan
bisa dicapai oleh orang mati, seorang gadis kecil yang tidak diinginkan
melayang sendirian dalam waktu yang sangat lama dan kemudian tertidur. Itu
adalah mimpinya.
……
Hal pertama yang dia sadari adalah dunia mulai menggeliat, berubah
menjadi sesuatu. Melihat surga dan bumi menggeliat—bukan karena penciptaan dan
penghancuran, hanya sebagai lukisan yang dibuat ulang berkali-kali, membuat
gadis itu bertanya. Dimana aku? Dan Siapa aku? Dunia yang ada di depannya
tidak bisa memberikan jawaban yang dia inginkan, akan tetapi, ether nya lah
yang memberikan jawaban. Ether itu berkata: Ini
adalah planet dan Kau adalah dewa. Tapi,
pertanyaan lanjutan dari sang gadis sama sekali tidak mendapatkan respon. Yang
menunggunya hanyalah keheningan mutlak.
Apa
itu dewa?
Dalam keheningan tanpa batas itu, sang gadis mengambil
kuasnya, kembali bertanya, dan menulis. Saat sedang menunggu 1 kata, sebuah jawaban
sederhana dari ethernya, yang berhasil mencapainya adalah api peperangan.
Melihat para dewa yang menghancurkan bumi karena konflik yang mereka miliki,
gadis itu kembali bertanya... Tapi hanya ada keheningan yang menantinya.
Siapa
kau? – Aku adalah dewa.
Apa
itu dewa? – Dewa adalah dewa....
Gadis itu tidak mengerti, tapi Miko yang melayang di dalam
ingatan itu bisa mengerti. Planet ini masih tidak memiliki bentuk, kesadaran untuk bisa menanyakan alasannya. Filsuf kesepian
bertanya pada keheningan absolut dan memeluk lututnya, kehilangan harapan...
Dan pada akhirnya jatuh pada tidur abadi sambil memeluk erat jawaban yang dia
dapatkan...
Ya. hingga kau membangunkanku.
Suara menggelegar itu membuat kesadaran Miko kembali ke
permukaan...
……
....
Ya ampun...? Apa ini? Aku masih belum mati?
Miko mencoba melihat keadaan di sekelilingnya dan menyadari
jika matanya—lebih tepatnya semua inderanya—sama sekali tidak bekerja. Di dalam
dunia tanpa cahaya dan suara ini, satu-satunya hal yang bisa dia dengar adalah
sesuatu yang berasal dari esadarannya. Dan dia sangat mengenal suara itu.
Belum. Jika genggaman ini
mengendur, jiwamu pasti akan langsung menghilang seperti embun.
Itu adalah suara dewa yang bersemayam di dalam dirinya
selama puluhan tahun. Suara itu terdengar seperti suara robot yang dingin dan
tidak memiliki emosi.
Aku
mengerti. Jika aku sudah mati, kita tidak akan bisa berbincang seperti ini, iya
kan? Ya, di matamu aku memang sama seperti tetesan embun yang ada di atas daun.
Jiwa Miko benar-benar berada di dalam telapak tangan dewa.
Miko tertawa, meski tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Tapi sepertinya
sang dewa tidak menyukai tawa Miko.
Makhluk fana. Sadarilah posisimu
yang sudah menipu seorang dewa.
Setelah itu, Miko merasa jika keberadaannya mulai menghilang
sesaat. Dia pasti ‘mati’ saat sang dewa mengeratkan genggamannya, meski begitu
wajah Miko tetap terlihat tenang. Dia sudah menipu dan mengeksploitasi seorang
Old Deus—dia mengakuinya. Dengan keras kepala. Karena...
Kau
bisa tertipu pun adalah salah dari peraturan dunia ini, kan?
Sekali lagi, keberadaannya menghilang. Apa dia kembali mati
untuk sesaat ?
Ya
ampun, berhenti membunuh dan menghidupkanku berulang kali karena kau kesal...
Kau membuat bulu kudukku berdiri—tunggu, memangnya aku punya bulu kuduk?
Dua kali. Kau sudah menipuku dua
kali.
Itu adalah pernyataan dosanya dari sang ilahi. Kata-kata
suci yang bisa menghancurkan segalanya kecuali 10 Sumpah. Meski begitu....
Apa
ini? Apa kau sedang merajuk? Sepertinya game ini berjalan dengan lancar.
Ya, itu jika penipuannya berjalan dengan baik. Miko tidak mendapat
jawaban apapun, tapi sepertinya sang dewa memberikan respon lain dengan cara
mengembalikan penglihatannya. Miko melihat pulau yang dibagi menjadi banyak
kotak dan para player yang sedang melakukan apa yang mereka mau. Sepertinya
semuanya berjalan sesuai dengan rencana.
Ya
ampun, kau akan kalah, kau tahu?
Miko yang seakan lupa jika nyawanya sedang berada di ujung
tanduk pun tertawa dengan keras.
Ya. saat dewa ditipu 2 kali oleh
inangnya—mungkin itu yang terjadi, mungkin juga tidak.
Miko tidak bisa melihat wajah dewa itu saat dia berbicara.
Suaranya sama sekali tidak memiliki emosi, tidak ada rasa tertarik dan
sebagainya. Suara itu seakan menyiratkan jika dia tidak mengharapkan apapun dan
menganggap semua hal di dunia itu tidak bernilai dan tidak berharga.
Aku tidak peduli. Entah aku
menang atau tidak—hanya akhirnya yang akan berubah. Kesimpulan tidak akan
pernah berubah.
Kata-katanya mirip... anak kecil yang sedang marah.
Sejauh ini—kau sudah
menipu—menjual—dewamu. Batas dari teori yang sedang kau selidiki tetap tidak
berubah.
Miko tertawa pada gadis yang sepertinya tidak memiliki
kesadaran diri itu. Dia tahu. Tidak, dia tidak bisa mengerti, tapi dia tahu.
Bagi Old Deus—bagi transenden seperti gadis itu—waktu berada di skala yang
berbeda dengan Miko. Akhir dari game ini—dan mungkin apa yang terbentang
setelah momen itu—mungkin akan muncul sebagai fakta bagi sang gadis saat dia
melihat cabang masa depan yang tidak terhitung banyaknya. Tapi...
Mereka
akan merubah... Akhirnya, kesimpulannya, dan kau.
Tidak ada gunanya. Di titik dimana dia sudah ditipu oleh Miko, terungkaplah fakta jika dewa tidak maha
tahu—terutama gadis ini. Miko menghentikan tawanya.
Aku
sudah menyesatkan, menipu, dan mengkhianatimu. Yang pertama hanya kebetulan,
kedua memang sengaja kulakukan. Meski begitu...
Suara Miko terdengar sedikit kesepian, dia sengaja melakukannya
dengan niat untuk memprovokasi sang Old Deus.
...
Aku tidak berbohong padamu. Apa yang tidak bisa kau lihat adalah bukti dari
batasan penglihatanmu.
Saat sang gadis berkata jika Miko sudah menjualnya, memang
itu yang dia maksud. Bagaimanapun, ruang lingkup pengetahuan dan pemahaman dari
transenden... Hanya ada sejauh itu.
Aku—mereka—akan
membawamu ke suatu tempat yang berada di luar imajinasimu.
Dengan keyakinan seperti itu, Miko menjadi lebih berani
untuk mengatakan pendapatnya.
Keraguan
memiliki arti yang sama dengan keyakinan. Menerima apa yang tidak kau ketahui,
hal yang bahkan pernah membuatku putus asa... Untuk merubah akhir dan kesimpulan
yang mencakup seluruh dunia... Tangan-tangan yang akan membawa masa depan...
Apa kau pikir itu bukan sesuatu yang menarik?
____.
Apa yang mereka bawa—yang akan muncul, ya... Kau bisa menyebutnya
menarik.
Sebuah pemandangan yang sekilas dilirik sang Old Deus muncul
di dalam penglihatannya yang terkoneksi dengan Miko—mengenai sesuatu yang akan
muncul dalam waktu dekat.
……
Aku—kupikir...
Menurutku... Ah, mungkin aku terlalu terbawa suasana...?
Semuanya akan baik-baik saja... Mungkin. Harus, pasti...
Entah bagaimana caranya.
XXXXXXX
Kotak ke-152. Di lemparan ketiga, mereka mendapatkan angka
84—yang membuat mereka melaju hingga ke kotak 204.... Menurut peta milik Shiro,
tempat ini adalah dataran yang menyerempet bagian Highwest, negara bagian Elven
Gard yang ada di benua Lucia. Warna bebatuan mulai memudar menjadi warna hijau
kebiruan, menunjukkan tanda-tanda jika dataran ini akan berubah menjadi padang
pasir dalam waktu dekat. Di tempat ini, mereka yang melihat dari tempat tinggi
ke arah akhir dari semua kemungkinan
yang bahkan tidak diketahui dewa... Sekarang.
“Oh yeeeeeaaaaah! Persetan dengan jalan kaki, ini
waktunya alat bekerjaaaaa!”
Laki-laki itu berteriak riang. Potensi manusia tidak terdapat pada tubuh mereka, melainkan pada
pikiran mereka! Terbang melalui angin, menembus daratan kering—di atas
sebuah Harley—menuju garis akhir, mereka
memaksimalkan kerja mesin dan langsung melesat tanpa pikir panjang.
“S-Soraaaaa...!? Apa
iniiiiiii!?”
“... Niii....! Pe-pelan...
Pelaaaan...!”
Paman paruh baya yang membonceng 2 gadis kecil berusia 2
tahun itu berteriak.
“Jangan mengeluh,
adikku! Tidak bisakah kau mendengarnya? Suara dari angin memberitahuku untuk melesat
secepat cahayaaaaa!”
Mendengar pernyataan tidak jelas sang kakak, dan melihat
tatapan gila yang muncul dari dalam kaca matanya, Shiro berpikir. Semuanya dimulai beberapa jam yang lalu...
……
Sudah 18 hari berlalu sejak game dimulai dan sekarang
makanan mereka sudah habis.
“Aaaw, man, ini
menyebalkan.... Aku ingin pulaaaang.... Kita benar-benar dalam bahayaaaaa....
Kita semua akan mati, hahahahahaha.”
“... Nii... Kita
cukup... melewati... garis finish... kan?”
“Oh, lihat ke arah
gajah pink yang terbang ituuuu... Kita bisa naik ke atasnya dan sampai ke tujuan
dengan cepaaat~~.”
Ketiganya masih ada di lemparan kedua mereka dan bergerak
maju bagai hantu untuk melewati 58 kotak yang mereka dapatkan dari ritual
‘random number analysis’.
... Sejak awal mereka sangat beruntung karena mendapatkan
kereta di awal permainan. Setelah kehilangannya, mereka bermaksud untuk
mendapatkan kendaraan lain atau mungkin membuat sebuah sepeda
sendiri—masalahnya jalan off road ini memanjang sejauh 580 km dan terlalu berbahaya
untuk kendaraan yang dibuat asal. Setiap kali mereka kehilangan kendaraan,
mereka kesulitan untuk maju ke kotak berikutnya, hati mereka menjadi semakin
hancur, tapi pada akhirnya:
Ya Tuhan, kenapa kita
tidak jalan kaki saja? Seperti orang-orang yang sudah dikalahkan oleh
situasi, ketiganya pun mulai berjalan dengan perasaan terpaksa.
Saat para player mendapatkan Tugas dari Sora dan Shiro,
jumlah dadu mereka bertambah. Walaupun begitu, yang bisa mereka bertiga lakukan
hanyalah mencari tempat teduh dari sinar matahari, bertahan dari hujan, dan
mengkhawatirkan hewan liar yang mungkin menghampiri mereka. Semua ini
berlangsung selama 2 minggu, hingga akhirnya mereka mulai kehabisan makanan dan
merasa putus asa. Sesaat sebelum pengelihatan mereka menghilang—dan setelah
loading screen nomor 119—mereka akhirnya mencapai kotak yang mereka tuju.
Lemparan kedua mereka mengeluarkan angka 58 dan itu mengantarkan mereka ke
kotak nomer 120... Dan sebuah Tugas, tentunya. Sora dan yang lainnya berdiri
sendiri di daratan terbuka, dan di sana terdapat sebuah... Tanda.
-Sebutkan nama pabrik
yang memproduksi motor ini. Jika kau bisa menyebutkannya dengan benar, kau bisa
memilikinya!
Chapter 1-12 Daftar Isi Chapter 2-2
Komentar
Posting Komentar