NGNL Vol. 7 Chapter 2 Part 2
Disclaimer: Not mine y'all.
XXXXXXXXXX
Di sana, disamping
Tugas yang ditulis oleh Sora dan
Shiro: mereka bisa melihat sebuah sepeda motor besar dengan bagian sidecar yang
terpasang, bensinnya penuh, dan mesinnya meraung dengan garang. Seperti yang
mereka duga, ini adalah Tugas yang hanya bisa dijawab oleh Sora dan Shiro—atau
mungkin juga Jibril.
Harley.
Setelah melempar dadu lagi, Sora naik ke atas Harley. Sebuah
seringai lebar menghiasi wajahnya seakan dia baru saja menyaksikan keajaiban
dengan 2 matanya sendiri.
“Haha! Membuat
setengah dari Tugasku bertema kendaraan akhirnya membuahkan hasil! Mengaumlah,
V-type, liquid-cooled, DOHC
Evolution engine ku!! Bawa kami
melewati horizon tanpa batas ini!! Ayo—mari kita pergi menuju tempat yang ada
di balik horison ituuuuuu!!!”
Itulah yang menyebabkan mereka mengalami hal ini sekarang.
“... N-nii... Apa
kau... punya... SIM?”
Menanyakan pertanyaan yang sudah dia ketahui jawabannya
adalah usaha Shiro untuk mengesampingkan rasa takut yang muncul saat wajahnya
merasakan tamparan angin ketika mereka melaju dengan sangat cepat. Tentu saja
Sora tidak punya. SIM motor? Sepeda tercepat yang pernah Sora naiki di dunia
lamanya adalah sepeda ibu-ibu onthel. Tidak mungkin hikikomori seperti mereka
bisa mendapatkan SIM di dunia itu.
“SIM buat naik
Harley!? Ha! Tentu saja aku punya~.”
Saat Sora menjawab sambil menunjuk dadanya dengan jempol
tangannya, ekspektasi Shiro seketika hancur.
“Aku punya jiwa
bapak-bapak! Spirit Amerika!! Tepat di jantungku!!”
“... Nii! Kita...
orang Jepang...! Kita bahkan tidak.... punya spirit... Orang Jepang... Kita
ini... hikikomori!”
Setelah mendapatkan dadu Shiro dan Steph, Sora memiliki penampilan bapak-bapak berusia
43,2 tahun..
—
“Dan itu penipuan
umur... Ayolah, kau harus sadar diri...!”
Meski penampilannya seperti itu, di dalamnya, laki-laki itu
masih tetap Sora, perjaka berusia 18 tahun.
“Tenanglah, adikku...
Hati kakakmu ini sedang berada dalam kondisi tercerahkan. Apa itu cukup?”
Shiro mengangguk tidak yakin saat melihat senyum Buddha sang
kakak. Perkataan tidak logis seperti ini adalah bukti terbaik jika kondisinya
sedang tidak ‘baik-baik’ saja, tapi...
“Kau mengelompokkan
orang menurut negara kelahiran mereka... Kenapa kau mengatakan hal menyedihkan
seperti itu?”
We are the world, we
are the children.
Saat Sora ingin melanjutkan nyanyiannya, dia melihat sesuatu
di kejauhan.
“Kau ingin bilang
jika seseorang tidak lahir di Jepang, mereka tidak akan mengerti konsep harmoni
milik orang-orang Jepang? Untuk merasakan harmoni, untuk menghargai harmoni—Apa
kau ingin bilang jika seseorang harus terlahir di dalam batas negara yang
ditandai sebagai Jepang di dalam peta? Kakakmu ini tidak setuju dengan
pendapatmu.”
“... Uh... ta-tapi...
nii...”
“Amerika... Itu
contoh yang bagus. Ras Amerika adalah penduduk negara itu sendiri—apa aku
salah?”
“Ya... Amerika… memang negara... dengan... banyak imigran...
tapi...”
“Heart in oneself.”
“Tapi mereka yang lahir di Amerika, atau mereka yang pindah
kesana, mereka menyebut diri mereka sebagai orang Amerika dengan bangga. Itu
untuk menyentuh hati mereka—untuk mengetahui isi hati mereka. Itu bisa terjadi
saat seseorang berhubungan dengan orang lain, bukan batas negara, tapi kumpulan
budaya yang dibangun oleh banyak orang—mereka yang memiliki perasaan yang sama.
Karena itu, yang
seperti ini tidak ada hubungannya dengan tempat kelahiran.
Sora menunjukkan senyum Buddha sekali lagi. Ekspresi Sora
seakan berkata jika dia adalah avatar dari Bodhisattva Vajrapani itu sendiri.
Shiro sekarang yakin.
“Dalam Harley ini berdiam jiwa Amerika! Sekarang Aku adalah
Amerika!!!
Apa
yang harus kulakukan...? Kakak sudah tidak waras...
“Ngo-ngomong-ngomong, ini bukan jalan nasional kan? Hukum
bumi tidak berlaku, kan? Tidak ada polisi di sini, kan?
Laki-laki yang merasa dirinya memiliki jiwa Amerika itupun
menyebutkan beberapa hal yang biasanya memberikan masalah di Bumi.
“Shiro, ini bukan imajinasiku saja, kan? Sora sudah rusak,
kan?”
Seorang gadis kecil berusia 1,8 tahun yang sekarang sedang
duduk di sebelah Shiro yang berusia 2,2 tahun membuka mulutnya. Dia mengatakannya dengan nada curiga dan
Shiro bisa bersimpati dengan perasaannya—meski sebenarnya dia tidak mau mengakuinya.
“Da-dan juga, kita punya masalah mendesak di sini...”
“Masalah!? No problem! Dari Amerika dengan cinta—let it
be~~!”
“... Nii... The Beatles... itu dari... Inggris!”
“Aku tidak akan mengeluarkannya
di sini!! Shi-Shiro, kau tahu apa yang kau maksudkan... Kita harus memetik
bunga...”
*) Memetik bunga: kalo di banyak manwha yang ceritanya para nona bangsawan dan tuan
putri itu artinya buang air kecil.
“Aku... bayi... Bayi... tidak... buang air kecil...”
“Apa!? Apa kau tidak bisa mendengar suara angin dan mesin
ini!? Bicara dengan keras!”
Sora memutuskan untuk menggunakan skill protagonis yang
mendadak tuli untuk membuat Shiro mengulang perkataannya sekali lagi, tapi
sayang sang adik malah tidak menghiraukannya. Shiro mengambil tablet dari
tasnya hingga membuat Steph tergencet. Gadis kecil itu berpikir.
Jika kakaknya sudah serusak ini, itu artinya dia sedang berfungsi dengan baik.
Lebih dari 18 hari berlalu setelah game dimulai. Lebih
tepatnya 436 jam dan 18 menit. Mereka sudah kehabisan makanan dan kelelahan
karena tidak bisa tidur sedikitpun. Meski tidak ada monster di sini, masih ada
anjing liar atau serangga yang berkeliaran, lalu cuacanya... Ada banyak sekali
bahaya yang bisa membunuh seseorang di
sini. Tanpa lingkungan dimana mereka bisa bersantai dan beristirahat setelah
perjalanan panjang ini... Akan aneh jika tidak
rusak.
... Tentu saja itu hal normal, kecuali untuk seseorang yang
memiliki kantong tidur terbaik, yang biasanya digendong di punggung atau
berbaring di dada sang kakak saat dia lelah berjalan—Shiro. Jika begitu, ini saatnya aku bekerja,
gumamnya setelah menyelesaikan analisisnya:
Memulai pemrosesan
situasi
-Menganalisa jumlah dadu dan usia kelompok:
-Sora: 24 dadu—43.2 tahun.
-Shiro: 2 dadu—2.2 tahun.
-Steph: 1 adu—1.8 tahun.
Alasan Sora membuat Shiro dan Steph menjadi sangat muda
tentu bukan untuk memuaskan jiwa bapak-bapaknya untuk menaiki Harley. Menjadi
lebih muda itu berarti makanan yang akan mereka butuhkan menjadi lebih sedikit.
Saat ini, mereka lebih mementingkan ketahanan dan membagikan dadu dengan tepat.
Alasan Shiro memiliki 2 dadu dan Steph 1, adalah agar jumlah dadu Shiro tidak
akan menjadi 0 apabila ada player yang
berhasil menyelesaikan Tugas dari gadis itu. Mereka bisa sampai sejauh ini
karena terus beradaptasi dan membagikan dadu dengan jumlah yang tepat. Tapi,
sang kakak adalah orang yang membawa beban berat itu tanpa mengeluh. Karena itu,
tidak aneh jika dia layak menjadi pemimpin. Meski damage yang dia terima sangat
besar dia sama sekali tidak tenggelam. Tentu dia mengesampingkan semua ide dan
permintaan Steph.
Steph menyerah dan kemudian berkata. “Sekarang aku sudah tidak
punya celana dalam, jadi aku tidak merasa malu.”
... Mendesak... harus
menemukan... makanan untuk... nii... tempat... dia... bisa tidur...
-Lokasi saat ini: kotak 152. Ujung barat dari provinsi
Highwest di Elven Gard. Dadu: kotak yang harus kami lewati untuk mencapai
tujuan, memperhitungkan waktu dan bahan bakar yang dibutuhkan...
“……Oh.”
Shiro memeriksa peta yang ada di dalam tabletnya. Dia terkesiap
saat menemukan sesuatu yang hampir berada di batas kotak yang sedang mereka
lewati. Shiro langsung menghitung—tidak, mengkalkulasi—dan
kemudian berbisik.
“Nii... 2,4 km di timur... ada... kota kecil... di sana...
ada penginapan.”
“Penginapan!? Penginapan! Tidur di tempat tidur
kedengarannya sangat menyenangkan. Apalagi setelah berkeliaran di jalan
berminggu-minggu tanpa mandi!”
Steph yang tergencet Shiro dan barang bawaan mereka
berteriak sekuat tenaga sebelum Sora sempat berbicara.
Ya, pasti di sana ada
kamar mandi. Steph tidak mengatakannya, dia hanya melirik Shiro yang
menganggukkan kepalanya. Akan tetapi Sora hanya mengernyitkan alisnya, tanda
tidak setuju. Tentu saja dia berpikir
seperti itu, pikir Shiro yang tidak
berjengit saat mendengar kata mandi. Tapi...
“Kumohon! Kita harus kesana secepatnya! Cepat, aku butuh
bunga! Bunga!”
“... Kenapa kau ingin melihat bunga di waktu seperti ini?
Apa yang ingin kau lakukan pada mereka? Memakannya?”
“Pokoknya kita harus pergi kesana sekarang! Jika kau tidak
pergi kesana... aku akan melompat dari sini!”
“O-oke, oke. Tenang dulu! Hmmm... Padahal aku baru mau
mulai...”
Sora sedang berada di kondisi prima meski dia tidak tahu
apakah ini pertanda jika api energinya akan segera padam setelah ini. Dengan
wajah sebal, Sora membelokkan motornya. Belokan yang dia buat terlalu tajam
hingga membuat sidecar yang ada di sebelahnya menghempaskan pasir ke berbagai
arah.
“Eyaaaaaa!!! Apa ini satu-satunya cara untuk berbelok!?”
“Y E P!!”
Shiro merasa kesal pada sang kakak yang sepertinya bisa
berbohong tanpa ragu sedikitpun.
“Apa benar begituuuuu? Kalau begitu, tidak ada yang bisa kau
lakukan... Aaaaaaahh!!”
Motor itu melaju menuju ke sebuah hutan kecil. Steph terus
berteriak ketakutan selama perjalanan berlangsung.
Chapter 2-1 Daftar Isi Chapter 2-3
Komentar
Posting Komentar