I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 137
Disclaimer: novelnya bukan punya saya, tapi terjemahan yang ada di sini iya.
πππππ
Paman Will terlihat tidak kaget dengan pertanyaanku. Dia hanya menganggukkan kepalanya dengan tatapan serius.
"... Apa karena itu kau diusir dari istana?"
"Tidak. Bukan begitu. Adikku dan aku hanya memiliki sedikit perbedaan pendapat."" kata paman Will dengan senyum sedih.
"Kau dan yang mulia raja tidak akur?" tanya Gilles dengan wajah suram dan alis mengernyit.
Sepertinya Gilles tidak terlalu menyukai yang mulia raja... Iya kan? Saat aku seusianya, yang mulia raja memang terlihat sangat agung dan menakjubkan, karena itu aku tidak berpikiran buruk tentangnya.
"Apa kau mau mendengar cerita lamaku yang membosankan ini?" tanya paman Will dengan mata sendu.
"Apa tidak apa-apa membicarakan itu di sini?" tanya Rebecca yang khawatir saat melihat orang-orang mulai berkerumun mengelilingi mereka.
Ya. Ada bayak orang yang mulai berkumpul di alun-alun ini... Sepertinya mereka penasaran dengan isi pembicaraan kami. Aku merasa bangga saat meyaksikan perubahan desa dan para penduduknya yang sangat signifikan ini... Rasanya tempat ini sangat berbeda dengan desa Roana yang pertama kali kulihat. Sekarang aku bisa melihat wajah-wajah penuh harapan di sini, tidak seperti dulu di mana semua orang terlihat putus asa. Lalu, aku menemukan hal lain. Tatapan mereka pada paman Will menyiratkan rasa hormat dan sayang...
"Ini bukan sesuatu yang harus dirahasiakan." kata paman Will dengan senyum lebar. "Kami adalah saudara tiri dengan ibu yang berbeda... Luke dan aku." lanjutnya dengan nada santai, tapi entah kenapa aku merasa semua orang yang ada di alun-alun ini bisa mendengar perkataannya dengan jelas.
Ceritanya membuat kami sangat kaget. Tapi setelah kupikir lagi, hal itu sama sekali tidak aneh. Jika mereka berdua memiliki ibu yang berbeda, hal itu bisa menjelaskan kenapa usia paman dan yang mulia terpaut agak jauh.
Daripada fakta bahwa paman Will adalah kakak yang mulia, aku merasa lebih aneh dengan tidak adanya satu rumor pun yang berkata jika yang mulia memiliki seorang kakak. Bagaimana bisa mereka menghilangkan keberadaan paman semenyeluruh itu?
"Ibuku meninggal tidak lama setelah aku lahir. Tapi dengan bakat sihirku aku bisa menutupi kekurangan dukungan politik dan terus bertahan sebagai pewaris kerajaan yang sah. Tapi saat aku kehilangan sihirku, dewan menganggap jika aku sudah tidak berguna, mereka bilang jika keberadaanku sama sekali tidak berarti bagi kerajaan. Aku mungkin pernah dipuji sebagai anak jenius, tapi saat sihirku hilang aku hanya dianggap sebagai pengganggu."
"Apa karena itu raja memutuskan untuk menikah lagi?"
Paman Will menggelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Gilles.
"Tidak. Dia tidak menikah lagi. Dia hanya memiliki anak dengan selirnya."
"Tunggu. Kurasa aku salah dengar, paman." potongku dengan suara agak keras. "Raja terdahulu punya selir!?"
... Bukannya kerajaan ini melarangnya?
"Dia memang ayah yang tidak begitu perhatian." jelas paman Will dengan raut kesepian di wajahnya.
Memang susah membayangkan jika seseorang yang tidak memiliki kemampuan sihir bisa menjadi penerus kerajaan ini... Itupun jika melihat kondisi saat ini. Meski begitu, hal itu bukan alasan yang tepat untuk menghamili selirnya!
"Tapi dewan tidak mungkin menerima anak dari seorang selir..."
"Pilihan apa yang mereka punya? Aku sudah tidak bisa lagi menggunakan sihir dan raja tidak punya keturunan lain selain kami berdua." potong paman Will saat Gilles sedang berbicara.
Hatiku terasa sangat sakit saat mendengarnya... Apa yang dipikirkan paman saat mengalami semua itu? Dari seorang yang didaulat sebagai sang jenius, dia harus kehilangan semuanya... Rasanya pasti sangat menyakitkan. Terlebih lagi, adik tirinya malah merebut tahta yang seharusnya menjadi miliknya... Seberapa sakit perasaan paman saat itu?
Setelah merasakan berbagai cobaan berat dan juga menghabiskan belasan bahkan puluhan tahun di tempat ini... Bagaimana bisa paman tetap tersenyum dan menolong orang lain tanpa pamrih? Kenapa dia masih bisa tersenyum lembut seperti itu?
"Ayah berkata jika tugasku adalah mendukung raja yang baru, karena itu setelah aku tidak bisa mengunakan sihirku, aku mulai menenggelamkan diri dalam studiku. Setiap hari aku membaca semua buku yang bisa kutemukan dan terus menumpuk semua pengetahuan yang bisa kudapatkan. Saat melakukannya aku mulai berpikir jika alasan semua orang menyebutku jenius bukan karena kemampuas sihirku, tapi karena kemampuan otak dan kecerdasanku... Dan saat itu aku juga merasa jika keberadaanku masih dibutuhkan oleh kerajaan ini. Tapi mungkin itu hanya khayalanku saja." jelas paman Will dengan senyum pahit di bibirnya.
Gilles sama sekali tidak tersenyum saat mendengarnya. Kernyitan alisnya terlihat sangat dalam saat dia medapati paman terlihat sedih dan kesepian. Tidak hanya Gilles, semua orang desa yang ada di alun-alun juga menunjukkan ekspresi serupa... Mereka semua sangat peduli pada paman Will.
"... Luke menjadi raja di usia 17 tahun, saat itu usiaku sudah 28 tahun. Awalnya aku melakukan hampir semua tugas dan pekerjaan raja... Dan dulu desa ini tidak separah sekarang."
Paman Will meringis saat mengatakan kalimat terakhir.
Ah... Itu alasan kenapa deskripsi tempat ini dalam buku dan kenyataannya sangat berbeda.
Itu artinya, desa ini menjadi semakin terbengkalai setelah paman Will didepak dari istana?
Yah, aku juga tidak boleh terlalu menyalahkan yang mulia... Usia 17 tahun adalah usia yang terlalu muda bagi seseorang yang harus memikul semua beban negara ini.
"Lalu, suatu hari aku dan Luke berselisih pendapat mengenai sesuatu. Sejak saat itu hubungan kami tidak harmonis lagi."
Paman Will menatap ke arah ufuk seakan dia sedang melihat masa lalunya. Tatapannya dipenuhi dengan rasa sedih, penyesalan, dan kerinduan yang mendalam... Seakan dia ingin kembali ke masa itu dan memperbaiki semuanya...
Komentar
Posting Komentar