NGNL Vol. 7 Chapter 4 Whydunit – Funny Taste Part 1

 Disclaimer: Novel bukan punya saya


…. Angin terus berhembus kencang di tengah-tengah tanah tandus itu. Pasir yang ikut berterbangan dibawa angin itu pun mengenai dua bayangan kecil yang tidak bergerak sama sekali. Keduanya hanya bergerak lemah layaknya mayat.

 

Twitch. Pasir itu sedikit bergerak, dan mayat—maaf, bayangan itu—ikut bergerak, seakan berpikir Itu adalah mangsa kita. Perlahan dan tanpa suara, salah satu bayangan memberi sinyal pada bayangan lainnya. Kemudian, seperti lumpur yang bergerak perlahan, seperti tanah yang bergetar pelan, mereka merangkak pelan menuju sang mangsa. Akan tetapi, mangsa yang memiliki pendengaran tajam dari hewan buas yang lemah itu pun mulai mundur saat mendengar gerakan mereka berdua. Kabur adalah pilihan bijaksana bagi makhluk lemah. Ya, saat dihadapkan dengan lawan yang tidak diketahui, lebih baik kabur daripada melawan. Masalahnya, yang tidak diketahui oleh sang mangsa adalah kebijaksanaan itu malah akan membawanya pada kematian.

Jika makhluk itu cukup bodoh untuk melakukan perlawanan pada musuh tidak dikenal itu dan bukan memilih pilihan bijaksana itu dan lari, tentu dia pasti bisa bertahan. jika sang mangsa berpikir jika dua bayangan it—dan makhluk lainnya yang lebih lemah—pasti akan lari, bukti yang jelas jika makhluk itu sebenarnya kuat.

Makhluk lemah tidak lari…. Karena mereka tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya. Sebaliknya mereka akan menanamkan berbagai macam trik sebelum membuat pilihan bodoh untuk menyerang.

 

Saat pekikan mangsa mereka menggema di udara, bayangan itu berhenti menggeliat seperti lumpur, berlari secepat kilat, dan mendengus: Kau adalah makhluk buas yang kuat dan bijaksana. Karena itu, dengan niat yang kau miliki—pilihan yang akan kau ambil, jalan yang akan kau lalui—sangat jelas untuk kami. Sebelum langkah bijakmu yang selanjutnya, kami harus meletakkan satu perangkap. Itu sudah cukup…. Untuk mengirimmu ke neraka..!!

Saat perangkap kayu itu menggigit kaki mangsa mereka, makhluk lemah itu langsung melesat dengan mulut tanpa taring—

 

…. Di tengah tanah tandus itu masih bergema pekikan angin. Dua binatang buas itu sudah menantang hukum alam yang mengatur antara yang kuat dan lemah. Mereka sudah memenangkan hak untuk hidup hingga hari ini. Itu adalah afirmasi untuk keberadaan mereka. Jiwa mereka berdesir, menunjukkan betapa bahagianya mereka saat berhasil menjadi makhluk terkuat diantara semua makhluk lemah lainnya. Ya, mereka adalah manusia primitif yang hanya akan mempertaruhkan kekuatan akalnya untuk bertahan hidup…!

“….S-Soraaaa…. Shirooooo! Apa kau baik-baik saja?”

Peradaban (yang juga dikenal dengan nama Steph) memanggil nama sepasang anak manusia yang seharusnya termasuk dalam ras manusia modern.

“ Growl?”

“……Screech?”

Mereka berdua langsung menoleh ke arah Steph dan kemudian menunjukkan hasil tangkapan mereka—daging anak rusa.

“Aku…. Aku menghargainya…. Tapi bisakah kau mengingat bahasa Immanity terlebih dahulu? Lalu pakai baju sana…”

Steph mundur selangkah sambil mengerang.

……

 

Sudah tujuh hari berlalu sejak game dimulai. Sora, Shiro, dan Steph sekarang berada di kotak 165, tanah tandus tak Bernama yang ada di perbatasan sebelah timur Elkia. Yang menyambut mereka bertiga yang sudah kelelahan adalah mangsa mereka dan Tugas imut yang diberikan Izuna.

 

—Tangkap semut kecil yang berbau seperti ikan tanpa menyakitinya, pecundang—desu.

 

Tugas itu mengharuskan mereka menangkap semut tertentu. Masalahnya mereka tidak tahu bagaimana bau seekor semut, karena itu mereka tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Sebagai gantinya mereka harus tetap berada di tanah tandus itu selama 72 jam tanpa makanan. Bisa dibilang Izuna menyuruh mereka untuk mati dengan cara yang imut.

Seora mengambil tabletnya, menggunakan petunjuk bertahan hidup di alam liar (yang jika bisa tidak akan dia gunakan), dan kemudian pergi berburu. Mereka mencoba untuk setidaknya menangkap tiga hewan buruan untuk 3 hari makan, dan jika mungkin berjalan cukup jauh untuk mencapai tepi kotak…. Tapi mereka tidak berhasil melakukannya.

…. Itu bukan hal yang aneh. Hewan macam apa yang akan membiarkan diri mereka ditangkap oleh dua orang amatir seperti kakak beradik itu? Tapi, disaat kegagalannya, rasa lelahnya, dan rasa laparnya semakin menumpuk, Sora berkata dengan senyum mengerikan.

“Mengejar dan dikejar…. Ini mirip dengan game.”

Kakak beradik itu saling tatap seakan ingin berkata, Kenapa kau tersenyum, bukannya kau sudah kalah telak dalam permainan ini? Mereka berdua menganggukkan kepala, dan dengan mata berkilat mereka mulai melakukan sebuah rencana. Dalam sekejap mereka meletakkan perangkap sempurna, membuat strategi, dan pada akhirnya melepas baju mereka untuk mempermudah pergerakan. Dengan tombak di tangan, mereka langsung memasukkan semua baju mereka ke dalam tas. Hanya butuh waktu dua hari hingga mereka menjadi semakin liar.

……

 

“Ngo-ngomong-ngomong, sepertinya kita sudah mendapat cukup bahan makanan untuk beberapa hari, iya kan? Apakah kalian bisa kembali?”

Panggilan peradaban sepertinya berhasil mencapai Sora yang mulai berhenti mencabik daging mentah di tangannya. Dia menatap Steph dengan tatapan kosong…

“Oh, oke. Kurasa…. Kita sudah memenangkan game ini, huh?”

…. Sepertinya kata-katanya berhasil membuatnya tersadar.

“Whoaaaa, adikku! Kenapa gadis—gadi—gadis muda sepertimu sepertimu tidak memakai baju sama sekali!?”

“…. Huh? …. Uhh…. Bukan…. Begitu…. Maksudku…..ka-kau… yang membuatku…. Memakai…. Kostum ini…”

Dua sosok (yang tidak bisa disebutkan namanya) yang terlihat seakan baru saja memakan buah Eden dan mendapatkan kembali peradaban itu pun akhirnya merasa malu dan berteriak keras saat melihat kondisi diri mereka sendiri: Hampir telanjang dengan sedikit kain yang hanya menutupi bagian pribadi mereka.

 

“…. Aku akan menyalakan api. Cepat ganti baju—atau sebaiknya kalian mandi dulu.”

Stepah melemparkan handuk basah kepada kakak beradik itu. Sora, yang tubuhnya dipenuhi kotoran pun akhirnya mendapat pencerahan: Buah Eden dari pohon pengetahuan…. Adalah makanan. Saat kebutuhan akan makanan dan pakaian terpenuhi, saat itulah manusia mengenal apa itu rasa malu. Betapa dalam arti kalimat itu. Sora dan Shiro langsung memakai pakaian mereka dan mendapatkan kembali kesopanan mereka.

XXXX

“Um…. Aku sangat berterima kasih karena kau sudah mencari makanan untuk kita semua…”

Steph terus menghela nafas sambil terus memperhatikan nyala api. Asap dari alat masak jadul yang dibuat Shiro dan dari lubang yang digali Sora membuat mata gadis itu terasa perih. Biasanya Steph lah yang menangani urusan makan, tapi sekarang dia benar-benar tidak melakukan apa-apa. Sora lah yang menyembelih dan membersihkan anak rusa yang mereka tangkap. Setelah itu Shiro memilih bagian mana yang bisa diawetkan, memotong-motong daging, dan kemudian mengasapinya.

“…. Tapi apa kau tidak punya martabat, harga diri, atau sesuatu?”

Steph menyuarakan pikirannya sambil memegang sate kalajengking. Sora sepertinya sudah melupakan kata-katanya saat Izuna membunuh monster. Sesuatu mengenai bagaimana mereka sebagai manusia harus bla bla bla. Sekarang jika kau bisa memakannya, kau harus memakannya. Heh! Sora hanya menyeringai saat mendengar pertanyaan Steph.

“Kami bisa meminum lumpur dan memakan pasir! Kami akan menarik kembali semua yang sudah kami katakan, mandi di dalam rasa malu, dan membuang harga diri kami!! Akan tetapi, kami akan tetap bertahan sambil terus memegang hal yang sangat berharga bagi kami…. Hal itu dan hanya itu yang bisa kami hitung sebagai harga diri, martabat yang harus dimiliki dan dijaga oleh semua manusia!”

Dia menjaga harga dirinya dengan cara membuang harga diri tersebut.

“Yang lainnya—kami akan menjualnya jika kami bisa, kami akan memakannya jika kami bisa—kami akan membuang semuanya jika hal itu menghalangi jalan kami.”

…. Keheningan datang setelah proklamasi Sora. Setelahnya pemuda itu menggigit sate kalajengking yang ada di tangannya.

“…. Nii, kau memenangkan…. Hidup ini…. Meski kau…. Itu pecundang…”

“…. Sesaat aku merasa sangat terkesan padamu. Tapi bener deh, kau sadar kan kalau kau baru saja mengatakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal…?”

Sora menerima tatapan dingin dari Shiro dan Steph.

Dan dia berkata dengan keren jika semua yang dia lakukan sama sekali tidak memalukan. Steph pun berkata.

“…. ‘Sangat tidak masuk akal’, ah, aku jadi ingat dengan sesuatu…. Sora.”

Apa prolog seperti itu benar-benar perlu? Pikir Sora, tapi dia tidak mengomentari apa yang sedang dilakukan Steph.

“Apa?”

Steph tidak menghiraukan air mata buaya si pemuda pun bertanya dengan nada tidak yakin.

“…. Ino-san tidak benar-benar mati, kan?”

Kita akan saling mengkhianati, tapi kita tidak akan saling bunuh. Steph sempat merasa lega saat mendengar aforisme dari Sora.

“Hmmm? Tentu saja. Dia masih hidup sekarang.”

…. Tapi masih ada sebuah pengecualian disana, sebuah pengecualian yang membuat wajah Steph terlihat lebih kelam. Sementara itu, Sora dan Shiro bercakap-cakap dengan santai sambil terus mengasapi daging.

“Jangan terlalu memikirkannya. Jika rencana kita hancur…”

“…. Kita semua…. Akan mati…”

“…. Ya, itu benar, iya kan? Jika kita tidak mencapai akhir itu, semuanya kecuali si pemimpin akan mati, bukan begitu?”

 

16: Jika game TIDAK BISA DILANJUTKAN, Old Deus memiliki hak untuk mengumpulkan semua yang dimiliki oleh semua pemain kecuali yang terdepan.

 

Jika game ini mengalami kebuntuan, semua orang kecuali pemimpin akan mati, tidak peduli apapun yang terjadi. Saat mengingat peraturan ini, Steph akhirnya mendapatkan kembali kesungguhannya untuk menyelesaikan game ini. Sora dan Shiro yang ada di sampingnya pun memberikan semangat pada gadis ini.

 

Chapter 3-5     Daftar Isi     Chapter 4-2


Komentar

Postingan Populer