NGNL Vol.7 Chapter 4 Part 2
Disclaiemr lagi. Novel bukan punya sayaa.. Terjemahan belum tentu benar., so mohon pengertiannya aja, oke
“Tepat sekali! Semuanya kecuali si pemimpin—Old Deus—akan
mati. Jadi kita harus melakukan yang terbaikk!!”
“…. Ini bukan…. Waktu… untuk pilih-pilih….!.... Makan.”
“Apa…?”
“Apa….!?”
“….? Apa…?”
Steph terdiam di tempat. Sora memiringkan kepalanya dan
Shiro hanya sekedar mengikuti apa yang dilakukan mereka berdua.
“H-huuuuuhh!?? Apa….? Kenapa kau berkata semuanya kecuali
pemimpin…!?”
“Kenapa apanya? ‘Karena itu yang dikatakan Old Deus sejak
awal. ‘Aku akan menunggu di garis finish.’ Begitu!”
“…. Old Deus… juga… pemain… Pemimpin…game ini… sejak
awal adalah… Old Deus… krauk, krauk..”
Sora dan Shiro memberikan respon yang cepat, secepat angin
yang berhembus. Saat asumsinya dipatahkan, Steph langsung meledak. Akan tetapi
kakak beradik itu hanya menatapnya dengan tatapan aneh.
“Jika tidak ada yang bisa menyelesaikan game ini, persetan
siapa yang jadi pemimpin—toh, kita semua akan mati. Tapi siapa yang peduli
dengan semua itu? Itu tidak merubah apa yang harus kita lakukan di sini. Kami
punya rencana sendiri, dan peraturan tidak ada hubungannya dengan kami.”
“A-apa maksudmu!? Bukannya itu adalah alasan kenapa semua
orang bertarung untuk…!”
“Agar ada satu orang yang tidak mati. Ku beri tahu
saja, kami berdua pasti tidak akan pernah setuju dengan peraturan seperti itu.”
“…………!”
Sora menyipitkan matanya, Steph menghela nafas lelah.
“Jika semua berhasil, tidak akan ada yang mati. Karena itu
kami semua harus menyetujui…. apa yang harus kami semua setujui.”
Karena…
“Bukannya aku sudah bilang jika kita akan saling
mengkhianati untuk menang? Lihat saja Pluuuum. Meski dia tidak punya alasan
untuk memainkan game ini dan tidak punya cara untuk menang, dia tetap menjadi
pemain. Dia memasang perangkap supaya
dia bisa menang tanpa menyelesaikan game ini. Lihat Miko-sama, yang
seperti kata Ino, sudah membuat strategi untuk mencuri kemenangan kami—orang
yang sekarang nyawanya berada di tangan Old Deus. Lihat ke semua orang….
Itulah yang kita semua setujui agar bisa saling mengkhianati satu sama lain!”
“……”
Tawa Sora hanya dibalas oleh permohonan dalam diam dan
ketidakpahaman dari Steph.
“Baiklah, hanya itu yang perlu kau tahu.”
Sora tidak bertanya apakah Steph sudah memahaminya, dan
pemuda itu pun merangkum penjelasannya dengan santai.
“Semua orang, kami seeeemua mengaturnya agar mereka menang…”
Dalam game ini, jika seseorang berhasil menyelesaikannya,
tidak ada seorangpun yang mati. Tapi jika hanya ada satu orang yang mencapai
garis finish…
…. Kalau begitu, dengan Kumpulan orang seperti ini, tentu
mereka akan berpikir: Kalau begitu yang akan menang pasti aku, kan?
“Jadi pertanyaannya adalah—sekarang skenario siapa yang
sedang berjalan?”
“…. Nii… kita akan selesai…. Dalam dua jam…”
“Whooooa, man, tunggu sebentar! Kita bahkan belum mengasapi
semua daging ini! Shi-Shiro, kau berkemas saja, oke!?”
Setelah diberitahu oleh Shiro—yang membawa hp di tangannya—jika
Tugas Izuna akan menahan mereka di sini selama 72 jam, Sora mulai panik dan
mengipasi api agar daging matang lebih cepat.
Saat mereka masih memikirkan bagaimana pembagian dadu yang
paling efektif karena masing-masing dari mereka kehilangan satu dadu…
“Ka-kalau begitu bagaimana dengan Old Deus…?”
…. Steph memotong pekerjaan mereka.
“Jika semua orang memutuskan untuk merencanakan sesuatu….
Kalau begitu bukannya Old Deus akan melakukan sesuatu yang sama!?”
Jadi bukannya dia bisa merencanakan sesuatu yang tidak
mungkin diselesaikan? Itu adalah implikasinya. Sora mengabaikan teriakan
Steph dan terus mengipasi api yang ada di depannya.
“Hei…. Sebagai awalannya, apa kau pernah memikirkan apa itu Old
Deus?”
Steph hanya bisa menatap kosong saat menerima pertanyaaan
itu. Perlahan Sora menengadahkan kepalanya dan menatap langit yang seakan
terbagi-bagi menjadi banyak kotak—sebuah papan game yang terlalu menakjubkan.
“…. ‘Sebuah konsep yang mendapatkan identitas’… itu
sendiri…”
“Y-ya…. Itu yang kudengar…. Tapi aku masih tidak bisa
memahaminya.”
Ya, itu juga tertulis di buku milik Jibril yang sudah dibaca
oleh Shiro. Karena kebetulan yang lucu, baik Sora maupun Steph tidak memahami
apa yang dimaksud dengan itu dan mereka hanya bisa memegang kepala karena
pusing.
Itu adalah pertanyaan yang terus disimpan oleh Sora, Baiklah,
ada hal gila lagi yang muncul. Kekuatan transcendental yang tidak membentuk
kelompok atau memiliki pemimpin…. Itu artinya tidak ada cara untuk mengambil
bidak ras milik mereka.
Tidak sulit untuk
sampai pada kesimpulan itu, di dunia ini yang bisa menjadi pemain adalah para
dewa, makhluk lain hanyalah bidak untuk mereka. Kalau begitu…. Sora
menyeringai…. Dalam permainan
misterius ini, misteri yang paling besar adalah…
“…. Kenapa sosok yang menganggap makhluk lain sebagai bidak malah
bermain sebagai bidak bersama kita semua?”
Kenapa game ini bisa terjadi? Saat Steph menyadari
masalah yang sangat mendasar itu, dia terdiam.
Sumpah ketiga dari 10 Sumpah: Game akan dimainkan jika
pertaruhan kedua belah pihak memiliki nilai yang setara. Dalam game ini, jika
seseorang berhasil mencapai garis finish, mereka semua tidak akan mati dan
semua yang menjadi milik Old Deus akan menjadi milik mereka. Menurut dewa apa
yang memiliki nilai setara dengan semua hal yang dia miliki?
“Terutama dalam game dimana dia bisa kalah, dan dia
mengerti itu…. Kau tahu kan?”
“…. Di-dia apa?”
Old Deus tidak punya persiapan khusus untuk meraih
kemenangan. Steph tidak mengerti, tapi Sora hanya tersenyum.
Lagipula dalam game ini, mereka tidak bisa saling bunuh
dengan menggunakan dadu atau melalui Tugas. Mereka hanya bisa mengejar
keuntungan mereka dan mungkin akan menang tanpa perlu mati saat seseorang
sampai di garis finish. Terlebih lagi, kebanyakan peraturan adalah ide dari
mereka. Old Deus mau ikut bermain saja sudah sangat aneh, tapi dalam game ini…
Ada beberapa peraturan yang hanya bisa ditetapkan dengan
keinginan pribadi dari Old Deus: ada tiga. Jika tiga peraturan ini bisa
dikategorikan sebagai strategi milik Old Deus—keinginannya…
“Baiklah, waktunya kuis! Ini soal kenapa hanya pemimpin yang
akan diselamatkan!”
Sora tiba-tiba berteriak penuh semangat.
“Peraturan yang tidak akan kita setujui dan sama sekali
tidak berhubungan karena sejak awal pemimpinnya adalah Old Deus! Peraturan itu
tidak berlaku untuk Old Deus, tidak peduli siapa yang menang atau kalah! Jika
memikirkan semua itu: kira-kira siapa yang akan diuntungkan?”
Benar. Jika tidak ada orang yang bisa menyelesaikan game
ini. Old Deus itulah yang akan mendapatkan semuanya. Jika ada satu orang yang berhasil
menyelesaikannya, orang itulah yang akan mendapatkan semuanya. Jika seperti
itu, peraturan ini tidak ada gunanya untuk semua pemain…. Kalau begitu
kenapa…?
“Akan ku beri petunjuk yang besaaaaaar! Apa yang menghilang
bersama dengan Old Deus saat game baru dimulai?”
Steph berusaha
mengingat sesuatu yang sudah terjadi sebulan yang lalu, Sora berpikir: Entah kenapa aku merasa lega—karena aku
tidak perlu mengharapkan jawaban apapun dari Steph!
“…. Tubuh…. Miko-sama menghilang…. Bersamanya…”
“Ding-ding-ding, benar! Sebagai hadiah, aku akan memberimu
sebuah pelukan!!!”
Sora mengangkat tubuh Shiro—yang masih membawa daging asap
di tangannya—dan kemudian menari dan berteriak sambil terus mengabaikan Steph
yang terlihat kecewa karena tidak bisa menebak dengan benar, atau mungkin dia
kecewa karena alasan lain.
“Jika dia tidak benar-benar menghilang…. Tapi hanya dibawa
oleh Old Deus ke suatu tempat…”
Maka peraturan yang awalnya tidak ada artinya akhirnya
menjadi masuk akal.
“Kalau begitu Miko sama sekarang sedang bersama dengan
Old Deus di kotak terakhir, jadi tidak peduli siapa yang menang—atau meski
mereka kalah—Miko-sama akan tetap diselamatkan…. Oleh peraturan yang hanya bisa
dimasukkan oleh Old Deus.”
Ya. Hanya Old Deus
yang sudah mengumpulkan nyawa Miko-sama sebelum game dimulai dan bisa melakukan
apapun yang dia mau padanya. Tapi karena dia membuat peraturan seperti ini…. Itu
artinya apa yang dia mau adalah….
—Menyelamatkan nyawa
Miko-sama meski dia kalah. Dan untuk dua peraturan yang tersisa…. Jika kau
memperhitungkan maksudnya…. Sora
tertawa saat memikirkannya. Dia menurunkan Shiro dan mengangkat tas yang sudah
selesai dikemas.
“…. Apa itu dewa? Di dunia kami, kami tidak pernah melihat
mereka, jadi yang kami tahu hanya rumor.”
Misalnya: Komedian yang memulai dengan kalimat ‘Jangan
makan buah pengetahuanku, oke? Awas aja kalau kalian sampai makan’ dan lalu
marah saat orang lain memakannya. Atau si penggila atensi yang menghindari
tugasnya sebagai dewi matahari dengan cara mengurung diri dalam gua dan hanya
mengintip saat ada pesta di luar gua. Atau laki-laki yang hanya berpikir dengan
bagian bawah tubuhnya dan punya hubungan tidak sah dengan alasan jika apa yang
dilakukannya adalah untuk kebaikan dunia…. Jika rumor-rumor itu bisa dipercaya,
setidaknya salah satu dari dewa-dewa itu pasti manusia. Bahkan jujur saja, Sora
akan berkata jika mereka sangat manusiawi…. Akan tetapi…
“Meski begitu, sejak kami sampai di Disboard dan benar-benar
bertemu dengan dewa, sifatnya memang cocok dengan sifat dewa yang pernah kami
dengar…”
Ada kemungkinan jika rumor-rumor yang pernah mereka dengar
memang menyimpan sebuah kebenaran. Sora tertawa.
“Misalnya, salah satu dari mereka adalah dewa kesepian yang
kalah saat main catur melawan kami, lalu dia merasa kesal dan memanggil kami ke
dunia lain tanpa janji apapun.”
“…. Kupikir…. Aku lah…. Yang paling kesepian…. Tapi Tet….”
“Cepat atau lambat, kalian berdua akan mendapat balasan Ilahi….
Hh…. Apa yang kalian pikirkan soal Dewa Tunggal…?”
Memangnya dewa itu apa? Sora dan Shiro tidak punya ide untuk
menjawabnya, dan jujur saja mereka juga tidak begitu peduli. Akan tetapi, saat melihat
dewa itu menjelaskan peraturan game ini dan caranya menatap mereka semua, hal-hal
itu membuat mereka berpikir. Sepertinya Old Deus itu sama sekali tidak peduli pada
apapun, meski tatapan matanya menyiratkan jika dia tidak puas terhadap sesuatu….
Meski mungkin dia tidak tahu apa yang membuatnya merasa tidak puas.
“Dan yang lainnya adalah gadis kecil yang kesal setelah ditipu
untuk memainkan game ini…”
Sepertinya mereka tidak memasukkan definisi agung seperti ‘sebuah
konsep yang berhasil mendapatkan identitas’ ke dalam kasus gadis kecil itu. Para
dewa ini sangat manusiawi, sama seperti dewa-dewa yang ada di dunia lama Sora
dan Shiro.
Apa yang ingin dicapai oleh gadis kecil yang sedang menangis
itu, apa akhir yang dia cari? Pertanyaan seperti itu…
“…. Sepertinya itu tidak ada hubungannya dengan kalah dan
menang…. Setidaknya itu yang terlihat. Tidakkah kau setuju?”
Sora dan Shiro
berjalan berdampingan sambil menatap langit. Mereka berpikir, mengabaikan diri sendiri mungkin terdengar
sangat simpel—itu adalah sesuatu yang sangat fatal.
“Peraturan itu dibuat untuk mendapatkan kemenangan yang
mudah. Tapi jika kau menang dengan mudah…. itu juga bisa dianggap sebagai
kekalahan mu….”
“…. Misalnya…. Seperti balas dendam… kau tahu…”
Steph mengejar kakak beradik yang sedang sibuk bergumam itu
dengan wajah kebingungan…
Chapter 4-1 Daftar Isi Chapter 4-3
Komentar
Posting Komentar