ORV Chapter 161: Episode 31 – Tomb of the Scenario (5)
Disclaimer: Not mine
‘Aku akan mati dan Paradise akan hancur?’
Setelah Kim Dokja pergi, Reinheit menatap ke bawah bukit
dengan wajah datar. Dia tertawa saat pertama kali mendengarnya. Tapi dia
berhenti saat tidak melihat perubahan pada ekspresi Kim Dokja.
Reinheit merasa kesal.
Kim Dokja mungkin memiliki status sebagai konstelasi, tapi
dia sudah melewati batas. Dia bukan yang terkuat di Star Stream hanya karena
dia adalah konstelasi. Bahkan tidak aneh jika 72 raja iblis memangsa para
konstelasi muda yang muncul di Star Stream.
Apalagi Kim Dokja hanyalah setengah konstelasi.
[Konstelasi Abyssal Black Flame Dragon’ memperingatkanmu
agar tidak mengabaikan perkataan ‘Kim Dokja’.]
Reinheit merasa kaget saat melihat Abyssal Black Flame
Dragon membela Kim Dokja.
Siapa itu Abyssal Black Flame Dragon? Dia adalah konstelasi
yang sangat terkenal dalam sistem kejahatan absolut yang bahkan dihindari oleh
72 raja iblis.
Reinheit melihat ke bawah bukit dan tiba-tiba merasa gugup.
Karena itu dia sengaja bersikap tenang seakan tidak ada hal yang membuatnya
khawatir.
‘Paradise tidak akan hancur.’
Reinheit memang sudah tua, tapi dia masih hidup. Dia sudah
menjaga tempat ini sendirian selama 700 tahun. Karena itu, tempat ini akan
tetap baik-baik saja di masa depan. Skenario ini mungkin penuh dengan
orang-orang berbahaya, tapi dia tidak akan pernah kalah selama dia bertarung di
dalam Paradise.
‘Daripada itu, yang berbahaya adalah…’
Kim Dokja belum tahu seberapa mengerikan cerita-cerita yang
masuk ke dalam Dark Castle.
Buah Perpetual Motion yang busuk jatuh dan Reinheit
menghilang.
***
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika pertarungan
terjadi di tempat itu, tapi untungnya Reinheit tidak menyerang. Jika kami
benar-benar bertarung di tempat itu, Paradise pasti akan kacau balau.
Tentu aku tidak punya niatan untuk bertarung melawannya. Situasinya
akan menjadi lebih mudah jika aku mengalahkan Reinheit di sini, tapi
kerusakannya akan menyebar dan para inkarnasi di Paradise akan membenciku.
Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Jika Paradise
hancur, hal itu harus disebabkan oleh kemarahan para penduduknya sendiri, bukan
musuh dari luar. Para inkarnasi akan berakhir dalam situasi yang sama jika aku
tidak menunjukkan dimana kesalahan yang mereka lakukan.
“…. Apa pembicaraan kalian sudah selesai?”
“Ya.”
Jung Heewon sedang menungguku di bawah bukit. Dia masih
terlihat tidak yakin. Mungkin loyalitasnya kepadaku sedang bertarung dengan
kenyamanan yang dia temukan di Paradise.
Aku memutuskan untuk mengurangi kekhawatiran yang dia
rasakan. “Heewon-ssi, apa kau mau belanja bersamaku?”
Kami berjalan di jalan pasar. Mereka bisa mendengar
keributan yang datang dari setiap toko.
“…. Sudah lama sejak aku berjalan santai seperti ini.”
“Aku juga.”
Saat keheningan diantara kami menjadi semakin tidak nyaman,
Jung Heewon membuka mulutnya, “Apa kau tidak mau menanyakan apapun padaku?”
“Memangnya apa yang harus kutanyakan?”
Aku tahu apa yang dia inginkan. Tapi ada beberapa hal yang
tidak bisa kutanyakan karena aku sudah tahu jawabannya.
“Um…. Warna favoritku, atau makanan favoritku…?” jawab Jung
Heewon.
“Semua itu adalah pertanyaan yang ingin kau tanyakan pada
partner kencan buta mu.”
“…. Apa kau pernah mengikuti kencan buta?”
Aku mengabaikan serangan pada harga diriku dan balik
bertanya, “Apa kau sedang mengejekku?”
“Tidak…. Hanya saja itu bukan gaya Dokja-ssi. Aku merasa
jika kau menginginkan pertemuan yang spesial.”
Rasanya aku seperti baru menerima pukulan tepat di ulu
hatiku. Faktanya aku tidak pernah mengikuti kencan buta. Jung Heewon
melanjutkan perkataannya, “Kita tidak pernah menceritakan masa lalu kita. Apa
kau tidak penasaran?”
“…”
“Bagaimana hidupmu sebelum dunia hancur? Di mana SMA mu?”
Aku hanya mendengarkan tanpa mengatakan apa-apa.
“Berapa nomor hape mu dan dimana kau tinggal? Lalu…”
Pemandangan terus berubah dan suara Jung Heewon perlahan
menghilang. Jika pembicaraan ini terus berlanjut, dia pasti akan menyadarinya. Atau
mungkin…. Sudah terlambat untuk menceritakan kisah masa lalu seperti itu.
Area tempatnya tinggal dulu pasti sudah dihancurkan oleh
orang-orang yang mengingat masa lalunya…. Dan mungkin mereka sudah tidak ada di
dunia ini. Semua ini terjadi hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja.
Jung Heewon terdiam selama beberapa saat dan berkata, “Meski
kita kembali…. Tempat itu bukan Seoul yang kita kenal selama ini, kan?”
“Ya.”
Di akhir skenario ke-10, Dome Seoul akan menghilang dan para
inkarnasi dibebaskan.
Meskipun begitu, itu hanyalah awal dari neraka yang baru. Itu
artinya skenario tidak terbatas di ibu kota saja dan perlahan akan menyebar ke
seluruh dunia.
“Lalu…. Kenapa harus terus melanjutkan skenario-skenario
itu? Semua yang kita tahu tidak akan kembali. Kita tidak punya tempat untuk
kembali kesana.”
Inilah alasan kenapa dia ingin tetap berada di Paradise.
Wanita dari stasiun Geumho, Pink Kid Kim Yongpal…. Paradise adalah tempat berkumpulnya
orang-orang yang tersesat.
Jung Heewon menundukkan kepalanya. Aku sengaja mengatakan
ini tanpa menatap wajahnya. “Heewon-ssi adalah pedang yang hebat.”
Aku bisa mendengar nafasnya yang tiba-tiba tercekat.
“Kau lebih tenang saat menghadapi api pertempuran
dibandingkan dengan kami semua. tentu kau juga lebih sensitif pada tirani yang
dilakukan oleh orang-orang kuat.
Perlahan aku memulai ‘cerita’ yang kuketahui.
Hanya karena Jung Heewon tidak muncul di novel aslinya,
bukan berarti jika aku tidak mengenalnya. Hal itu hanya membuatku sedikit
kesulitan membaca perasaan dan hatinya.
“Kau selalu bertempur di garis depan dan tidak pernah
mengeluh betapa sulitnya hal itu.”
Jung Heewon mendengarkannya dengan mulut tertutup rapat. Aku
meneruskan ceritaku. “Kau tidak memberitahu orang lain saat kau terluka dan bahkan
saat ada hal yang mencurigakan kau memilih untuk mempercayai orang itu.”
Aku memikirkan sikap Jung Heewon selama ini. Jung Heewon
yang mempercayaiku meski perbuatanku sangat mencurigakan. Jung Heewon yang
bertarung denganku di stasiun geumho.
“Kau mungkin tidak mempercayai manusia lebih dari kami
semua, tapi kau selalu bertindak dengan kasih sayang. Kau adalah orang pertama
yang akan berlari jika salah seorang dari kami berada dalam bahaya.”
Jung Heewon adalah satu-satunya orang yang mati-matian
mencari kami semua saat dokkaebi memisahkan kami. Jung Heewon selalu bercanda,
tapi dia memastikan kami tidak akan terluka oleh candaan kecil itu.
“…”
“Jika begini, bukannya aku juga mengetahui sedikit soal Jung
Heewon-ssi?”
Kepala Jung Heewon tetap tertunduk saat dia memberikan
responnya. “Aku tidak seperti itu.”
Itu adalah Jung Heewon yang kulihat.”
Jung Heewon terus menghindari tatapanku.
“Tidak ada yang berkata seperti itu padaku…. Dokja-ssi pasti
ahli soal kencan buta. Ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba berkata seperti ini
padaku?
Jung Heewon menatapku sambil tersenyum tipis seakan tidak
ada yang terjadi…. Padahal ini bukan waktu yang tepat baginya untuk tersenyum.
“Ini adalah Jung Heewon-ssi yang kulihat karena kau melanjutkan
skenario.” Mulut Jung Heewon mengatup saat mendengarnya. “Karena itu aku
percaya kau akan melanjutkannya.”
Tidak ada tempat kembali untuk kami, dan mungkin tidak ada
tempat untuk beristirahat bagi kami…. Setidaknya itu yang akan terjadi saat semua
cerita ini masih berlanjut. Hanya ada sedikit hal yang bisa kami lihat di balik
semua ini.
Jung Heewon menjawab. “…. Aku tidak mengerti karena itu
terlalu sulit. Aku sudah memberitahumu sebelumnya. Aku tidak begitu pintar di
sekolah.”
“Aku tidak mengatakan semua ini karena berharap Heewon-ssi
akan melakukan apa yang kumau. Heewon-ssi harus hidup sesuai dengan keinginanmu
sendiri.”
Aku membuka opsi Exchange saat kami sedang berbicara.
[Item yang kau pesan sudah tiba.]
Timing nya sangat tepat. Item yang kucari-cari sudah tiba. Item
itu terbuat dari tulang naga api, jantung iblis, dan inti dari monster
tertentu.
Itu adalah item yang hanya bisa digunakan oleh Jung Heewon. Dalam
novel aslinya, hanya ‘3 hakim asli’ yang bisa menggunakan item itu. Aku membayar
100.000 koin untuk membuat item ini.
[Kau telah memberikan Sword of Judgment pada Jung
Heewon.]
Jung Heewon terkejut saat menerimanya.
“Ini…?”
“Bukannya kita memutuskan untuk pergi belanja bersama? Ini hadiah
dariku. Bukannya pedangmu sudah rusak?”
“Aku tidak berhak menerimanya.”
Aku menggelengkan kepalaku.
“Tidak. Hanya Heewon-ssi yang bisa menggunakan pedang ini.”
***
“Kim Dokja, sifatmu benar-benar buruk. Apa kau akan pergi
begitu saja?”
Kami pergi menjauh dari Paradise. Han Sooyoung yang berjalan
di sebelahku terus menoleh ke belakang.
Aku menjawab tanpa menatapnya. “Urusan kita di sini sudah
selesai.”
“Apanya yang selesai?”
Jika skenario ini berjalan sesuai novel aslinya, maka
Paradise mungkin akan benar-benar hancur. Kedamaian yang diimpikan para
inkarnasi akan dihancurkan dengan kejam.
Apakah aku harus menghentikannya? Aku tidak bisa
melakukannya. Skenario ini tidak akan pernah selesai jika Paradise masih
bertahan.
“Aku tidak akan ikut campur dalam masalah Paradise.”
“Ah, kau membiarkan cerita ini terjadi sama seperti di novel….
Kenapa kau tidak melakukannya sendiri?”
“Reinheit terlalu kuat untuk kita lawan dan aku akan
mendapat cerita buruk jika mengalahkannya di sini. Dia memiliki terlalu banyak
pendukung.
Cerita tidak hanya memiliki ‘efek bagus’ saja. Beberapa cerita
bisa membuat kekuatanmu menurun.
Han Sooyoung tahu mengenai hal ini, karenanya dia hanya bisa
menggigit bibirnya. “Ya, baiklah kalau begitu. Kalau begitu bagaimana dengan
keadaan mental companion yang kita tinggalkan di sana?”
“Mereka harusnya bisa istirahat.”
“Apa? Istirahat? Jujur katakan padaku. Kau sedang marah,
kan? Kau sudah melakukan semua pekerjaan berat tapi mereka semua malah jatuh ke
dalam pelukan iblis yang mereka temui untuk pertama kalinya. Terutama Jung
Heewon itu…”
“…. Jung Heewon pantas mendapatkannya. Semua skenario hingga
saat ini sudah terlalu menguras energi dan pikirannya.”
Han Sooyoung mendengus. “Jangan buat aku tertawa. Kau tidak
sadar apa yang baru saja kau lakukan? Paradise sebentar lagi akan menghilang. Dia
menerima pedang darimu tanpa mengetahui apapun.”
“Dia memilihnya sendiri, karena itu dia jugalah yang harus
bertanggung jawab.”
“Kau benar-benar iblis…”
Beberapa luka memang bisa menghancurkan kami, tapi beberapa
bisa membuat kami lebih kuat. Tidak ada yang bisa kulakukan meski dia
menyebutku sebagai iblis. Ini adalah jalan yang kupilih. Han Sooyoung
menggerutu selama beberapa saat dan kemudian berkata, “Hmm…. Ngomong-ngomong,
Kim Dokja.”
“Apa?”
“Kenapa kau membawaku bersamamu?”
“Kau akan membantuku.”
Han Sooyoung menggigit bibirnya dan kemudian memanggil klon
nya.
…. Wajah mereka terlihat mirip denganku. Aku jadi ingat, dia
bisa mengubah wajah klon miliknya dengan bebas.
“Apa yang kau lakukan?”
“Latihan.”
Daripada latihan lebih tepatnya ini adalah serangan sepihak.
Terlebih lagi, Han Sooyoung memusatkan semua pukulan klon nya ke tempat yang
sangat sakit. Dia memukuliku selama beberapa jam dan kemudian bertanya, “Apa
yang akan kau lakukan sekarang?”
“Aku akan mengesampingkan skenario ini selama 3 atau 4 hari
lalu mengumpulkan cerita untuk kepingan tersembunyi.”
Han Sooyoung tersenyum saat mendengar ‘kepingan tersembunyi’.
“Kenapa? Bukannya kau itu tipe orang yang selalu fokus pada
skenario utama?”
“Kali ini aku akan menyerahkannya pada orang lain. Melakukannya
sendiri ternyata terlalu berat untukku.”
Saat aku memikirkannya lagi, aku memang mencoba terlalu
keras. Yoo Joonghyuk sialan itu sepertinya sedang bekerja keras, tapi dia sama
sekali tidak membantu di momen penting. Dia pasti sudah mati saat diserang Disaster
of Floods atau saat berada di Peace Land jika aku tidak membantu. Sama seperti
aku yang mati-matian menyelesaikan skenario utama, dia bekerja keras untuk
menemukan semua kepingan tersembunyi.
Karena itu, ini waktu yang tepat baginya untuk bekerja. Aku
tersenyum dan berkata, “Kita akan berpura-pura menjadi regressor sialan itu.”
Chapter 160 Daftar Isi Chapter 162
Komentar
Posting Komentar