I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 401

 Disklaimer dulu.... Novel ini bukan punya saya.


…. Pikiranku kosong.

Aku ingin kembali ke Duelkiss sekarang. Aku ingin meninggalkan semua yang kulakukan di sini dan pergi menemui kakek Will. Tapi…. Ada terlalu banyak hal yang harus kulakukan di sini.

Aku sudah berjanji untuk menolong Rio. Aku tidak bisa mengkhianati mereka.

Aku akan beristirahat di desa Kushana sebentar, lalu pulang untuk menemui Rio. Sekarang energiku benar-benar sudah habis. Jika aku tidak makan sesuatu dan beristirahat selama beberapa jam, aku pasti tumbang.

Karena sekarang Rio dan Leon sudah menjadi tanggung jawabku, aku tidak boleh mengecewakan mereka.

Dan aku perlu waktu lama untuk berlatih supaya aku bisa menjadi lebih kuat lagi.

Kakek Will tidak akan pernah meremehkanku. Aku sangat mengkhawatirkannya, tapi aku tidak mau menjadi wanita yang mengingkari kata-katanya sendiri.

“Aku…. Aku belum bisa pergi.”

Jawabku dengan tegas sambil menatap mata Duke-sama.

Jika aku ini heroine yang punya banyak waktu luang, aku pasti akan langsung pergi menemui kakek Will sekarang juga. Bisa saja ini adalah momen pertemuan terakhirku dengan guruku tercinta.

Aku akan meninggalkan Rio dan Leon di tangan orang-orang yang kupercaya…. Duke-sama, Victor, Vian, dan aku akan langsung pergi ke Duelkiss.

Tapi ini adalah peranku, dan aku sudah berjanji untuk menolong Rio dengan cara mengambil Maddie di kerajaan Ravaal. Aku harus bertanggung jawab kepadanya.

Duke-sama hidup di dunia seperti ini sejak dia lahir.

Kakek Will adalah orang yang membuatku menjadi aku hari ini. Dia sudah seperti anggota keluarga favoritku.

Duke-sama menatapku dengan wajah sedih dan alis tertekuk. Apa dia berpikir aku akan menangis?

Setidaknya aku ingin menjadi lebih kuat. Aku tidak ingin Duke-sama melihat sisi lemahku, meski itu hanya kebohongan.

Aku hanya menunjukkan senyum kecut di wajahku.

“Karena itu yang akan dilakukan oleh wanita jahat. Dia tidak akan pergi menemui orang yang dia sayang meski mereka akan meninggal, iya kan?”

Aku tidak ingin menjadi wanita jahat yang seperti itu.

Suaraku bergetar, tapi aku mencoba untuk menyembunyikan ekspresiku dengan menggunakan sebuah topeng. Beberapa saat yang lalu langit terlihat sangat cerah, tapi sekarang langit sudah dipenuhi oleh awan dan air hujan mulai jatuh di atas wajahku.

Aku berteriak pada Duke-sama yang terus diam, tidak peduli meski hujan sudah membasahi seluruh tubuhnya.

“Kenapa kau tidak membenciku!? Marahi aku, teriyaki aku. Bilang jika aku adalah wanita menjijikkan!!”

Suaraku menjadi lebih keras.

Aku ingin seseorang menghukumku karena tidak pergi mengunjungi kakek Will saat kondisinya sedang kritis. Aku ingin Duke-sama menyalahkanku karena tidak menunjukkan ekspresi apapun saat aku kehilangan orang yang sangat kuhormati.

Hujan menjadi semakin deras dan sebelum aku menyadarinya tubuhku sudah basah kuyup.

Duke-sama berjalan mendekatiku dan memelukku dengan lembut. Hatiku hancur saat merasakan kelembutan dan kehangatan yang diberikan oleh Duke-sama.

“Kenapa…? Kenapa kau sangat baik pada wanita jahat sepertiku…?”

“Karena kau kelihatan hampir menangis.”

Suara tenang Duke-sama menimpali suara serakku.

Aku sudah memutuskan untuk tidak menangis…. Aku sudah mencoba menahan air mataku setengah mati…

Duke-sama sudah menghancurkan semuanya.

Perlahan, tubuhku menjadi rileks dan aku sadar jika aku berada di depan Duke-sama, aku boleh menangis…. Aku boleh menunjukkan kelemahanku, hatiku kepadanya.

Saat itulah air mataku mulai mengalir…

Kakek Will…. Aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku dan rasa sayangku padamu. Aku ingin menunjukkan seberapa besar perkembanganku kepadanya.

Aku ingin berkata padamu jika semua hal yang kau ajarkan adalah harta yang sangat berharga untukku.

Meski aku tidak menginginkannya, air mata terus berjatuhan membasahi pipiku. Aku tidak pernah berpikir jika kehilangan seseorang akan sesakit ini….

Duke-sama memelukku dengan lembut saat aku menangis seperti anak kecil, dan saat itulah aku sadar jika aku selalu bergantung pada bantuannya sejak dia sampai di Ravaal.

Gilles, apa kau melalui semua ini sendirian?

Meski begitu, kau terus menahan rasa sakit ini sambil terus berusaha membuat obat untuk kakek?

Tangisku semakin menjadi saat aku memikirkan Gilles.

 

Chapter 400     Daftar Isi     Chapter 402


Komentar

Postingan Populer