Summary ::No Game No Life Vol. 9:: Chapter 1--The Halting Problem (Definitive)
Hari
debut besar Holou sebagai seorang idol akhirnya tiba. Gadis itu berdiri di atas
balkon tempat Sora dan Shiro melakukan pidato penobatan untuk pertama kalinya.
Holou mulai memperkenalkan dirinya dan mulai menyanyi dan menari (sambil
meneteskan air mata). Semua orang yang berada di alun-alun utama ibu kota
berteriak dengan kencang saat melihat gadis (dewa) manis itu melakukan aksinya.
Meskipun
begitu, kedua produser yang juga raja Elkia tidak merasa senang apalagi
bahagia. Semua itu terjadi karena pihak penyedia perlengkapan panggung yang berpusat di
Federasi Timur tiba-tiba membatalkan pengiriman alat-alat yang sudah dipesan
jauh-jauh hari.
Selagi konser berjalan, Sora,
Shiro, dan Steph pun terlibat pembicaraan seputar peran Holou sebagai seorang
idol dan pengaruhnya untuk masyarakat juga betapa pentingnya mempersiapkan diri
untuk menghalau serbuan musuh yang bisa sewaktu-waktu datang kepada mereka,
lalu keduanya tiba-tiba bertanya: ‘Siapa Sora dan Shiro bagi Steph?’. Steph
menyebutkan banyak hal, mulai dari raja Imanity, orang dari dunia lain, hingga
tukang tipu dan sebagainya. Sora pun menjelaskan jika Steph bisa menjawab
pertanyaannya karena dia tahu siapa mereka berdua, tapi kebanyakan orang tidak
tahu seperti apa sifat asli mereka. Mereka hanya tahu jika keduanya adalah
orang yang berhasil menyelesaikan krisis Imanity, memenangkan game Federasi
timur yang bahkan tidak bisa dimenangkan oleh Elf, mengalahkan Flugel, Dhampir,
Seiren, dan bahkan Old Deus. Mereka berhasil menjadi ‘pembunuh dewa’ ketiga di
dunia ini. Tapi, siapa yang akan percaya jika identitas mereka yang sebenarnya
hanyalah manusia biasa?
Lalu
keduanya membandingkan pertarungan pertama mereka dengan Kurami dan Fii saat memperebutkan
tahta Elkia. Jawaban Kuramisaat itu: Sora dan Shiro adalah mata-mata dari ras
lain. Alasannya karena tidak mungkin seorang manusia
biasa bisa melakukan semua itu dan mengalahkan sihir dari Elf (Fii).
Dan
hingga saat ini ‘gertakan’ itu masih aktif, bahkan mungkin menjadi semakin
kuat. Tentu saja ini menyebabkan ras-ras lain menjadi saling mewaspadai satu
sama lain dan membuat mereka tidak akan menyerang Elkia langsung di jantungnya
(Sora dan Shiro). Mereka harus mencari tahu ‘siapa yang ada di balik Imanity’ agar bisa mengalahkan mereka atau setidaknya mengendalikan mereka.
Keduanya
lalu melanjutkan penjelasan mereka. Gertakan itu, jika bisa digunakan dengan tepat—mungkin juga
bisa digunakan untuk membuat orang lain sebagai kambing hitam. Steph pun
bertanya, siapa kambing hitam itu. Sora pun menjawab jika Tet lah kambing hitam
yang dia maksud.
Saat
pembicaraan mereka selesai, tiba-tiba smartphone Shiro berdering. Sora yang
merasa tidak percaya dan tidak kenal dengan si pemanggil langsung berniat untuk
memutuskan panggilan tanpa mengangkatnya. Tapi…
Keduanya
pun sadar karena... bagaimana bisa smartphone mereka menerima panggilan masuk di Disboard?
Karena penasaran mereka akhirnya mengangkat panggilan itu.
Yang
mereka dengar hanya noise yang tidak bisa mereka pahami. Dan tidak lama kemudian, kalimat yang mereka dengar selanjutnya adalah:
“Kami ingin berbicara dengan anda, wahai raja Imanity. Oh,
Speiler. Kami adalah—Ex-Machina.”
Sora
menyetujui permintaan si penelpon, dan tiba-tiba di depan mereka muncul 13 orang yang mengenakan jubah hitam yang terdiri dari 1 laki-laki dan 12 gadis. Laki-laki
yang sepertinya adalah si pemimpin menjelaskan mereka bisa berteleportasi ke
hadapan Sora, Shiro, dan Steph. Dia juga meminta maaf jika apa yang dia lakukan
tidak sopan di mata ketiganya. Saat mereka menurunkan tudung mereka satu persatu Sora, Shiro, dan Steph sangat terkejut saat melihat jika tubuh mesin mereka. Ternyata yang mendatangi mereka adalah...
Exceed
peringkat ke-10. Ex-Machina.
Ke 13
Ex-Machina itu mengeluarkan aura yang menekan dan mengintimidasi, dan mereka
semua menatap Sora dengan tajam. Sang pemimpin—Einzig pun memperkenalkan
dirinya sebagai representatif dari ras Ex-Machina.
Sora
dan Shiro langsung paham saat mendengar Einzig berbicara. Ex-Machina—atau
setidaknya pemimpin mereka bukanlah mesin semata. Dia memiliki kecerdasan dan
perasaan. Dia adalah pemimpin dari ras yang bahkan bisa membunuh dewa para
Flugel, Artosh.
Dan
kakak beradik itu sadar…. Kemungkinan mereka berdua bisa menang melawan para
Ex-Machina adalah hampir tidak mungkin.
Dan
yang mereka bertiga tidak sangka adalah saat Einzig mendekati Sora, menyentuh
pipi pemuda itu dan lalu berkata:
“Aku ingin bertemu denganmu, Spieler ku tersayang. Aku datang
untuk memperdalam cinta kita berdua.”
Sora
langsung pingsan saat medengar pengakuan cinta dari Einzig. Saat dia sadar
beberapa saat kemudian yang dia lihat adalah laki-laki itu sedang beradu
argumen dengan seorang gadis Ex-Machina soal siapa yang akan mendapatkan
keperjakaan Sora.
Sora
pun mulai berteriak jika dia tidak akan memberikan keperjakaannya pada
siapapun. Dia lalu menunjuk Einzig dan memarahinya—dan juga para gadis
Ex-Machina yang lainnya. Sora bertanya (dengan suara tinggi) pada Einzig:
‘Dengan tampang khas android yang ganteng nan serius, pakaian ala butler, dan
orientasi homo, memangnya siapa yang mau dia jadikan target?’. Sang homo
butler, Einzig pun menjawab jika yang ingin dia target adalah Sora.
Sora
yang tidak sanggup menghadapi para Ex-Machina—karena terlalu stress—langsung memanggil
Jibril. Sora pun meminta penjelasan pada Jibril soal Ex-Machina. Jibril pun
menjelaskan kalau mereka adalah ras yang berhasil membunuh Artosh dan membantai
hampir setengah populasi Flugel, tapi dalam prosesnya mereka juga ikut
terbantai hingga menyisakan beberapa unit saja. Jibril juga menebak jika para
Ex-Machina yang tersisa mungkin kehilangan kemampuan untuk bereplikasi sehingga
tidak bisa menciptakan mesin baru.
Einzig
pun menanggapi pernyataan Jibril dan menjelaskan jika mereka bukannya kehilangan
kemampuan untuk bereplikasi, tapi mereka hanya menunggu orang yang ‘tepat’
untuk memulai proses tersebut. Dan orang yang mereka maksud adalah Sora.
Sora
yang tidak rela jika harus ‘menikah’ dengan Einzig pun mengizinkan Jibril untuk
menghabisi butler tersebut. Tapi, belum sempat mereka berdua beradu pedang,
salah satu Ex-Machina pun menghentikan amukan mereka berdua dan menggantikan
Einzig untuk bernegosiasi.
Robot maid itu maju dan menendang Einzig hingga membentur tembok. Saat Sora bertanya
kenapa dia bisa melakukannya, gadis itu menjawab jika semua Ex-Machina
terhubung pada 1 cluster dan tidak memiliki individualitas, jadi jika salah
satu dari mereka melukai salah satu yang lain—itu dihitung sebagai menyakiti
diri sendiri.
Gadis
itu—yang nantinya dipanggil ‘Emiline’ oleh Sora—lalu mengutarakan maksud
kedatangan mereka. Ex-Machina berkeinginan untuk meminta bantuannya untuk mencegah
kepunahan ras mereka. Emiline lalu melaporkan berapa unit Ex-Machina yang
tersisa pada akhir perang besar adalah 32 unit, tapi setelah 6000 tahun berlalu
jumlah mereka berkurang hingga 13 unit. Gadis itu juga menjelaskan jika fungsi
replikasi mereka masih aktif, tapi karena tumpukan eror yang terjadi selama
perang besar, sebuah ‘hardware lock’ muncul di setiap unit, karena itu mereka
harus mencari ‘orang yang tepat’ untuk membuka kunci
tersebut. Singkatnya mereka ingin Sora untuk melakukan hubungan seksual dengan
mereka.
Steph
lalu menyela pembicaraan mereka dengan 1 pertanyaan: kenapa harus Sora.
Emiline
pun menjawab jika yang menyebabkan mereka terkunci adalah eror bernama ‘hati’.
Awalnya mereka hanyalah makhluk yang merespon sekitarnya dengan pasif seperti
tanaman yang tidak memiliki tujuan. Tapi, saat perang besar berlangsung mereka
bersinkronisasi dengan unit yang mereka sebut ‘Prayer’ dan menerima ‘hati’ yang
telah di dapatkan unit tersebut. Dari ‘hati’ yang mereka terima itu semua unit
Ex-machina tahu jika Prayer mencintai 1 laki-laki, dan itu menyebabkan semua
Ex-Machina juga mencintai laki-laki tersebut. Sejak saat itu semua proses
replikasi (reproduksi) hanya bisa dilakukan dengan ‘laki-laki yang mereka
cintai’—dalam kasus ini Sora adalah orangnya.
Sora
pun membantah semua penjelasan Ex-Machina dan berkata jika orang yang mereka
cari bukan dia. Tapi, salah satu dari mereka berkata jika kecocokan antara
Spieler dan Sora adalah 96,23%. Einzig lalu melanjutkan jika mereka tidak perduli dengan berapa besar kecocokan Sora dan Spieler,
‘hati mereka’ sudah memutuskan jika Sora dalah orang yang selama ini mereka tunggu.
Tapi
karena Sora terus menolak ‘hal itu’, Einzig pun berkata jika semua Ex-Machina
ingin menantang Sora dalam sebuah game.
Jika
mereka menang, Sora ‘berkewajiban’ untuk memilih 1 unit dan membuat unit baru bersamanya.
Jika
Sora yang menang dia memiliki hak untuk memilih unit mana yang akan membuat
bayi dengannya.
Sora
dengan berat hati menyanggupi tantangan Einzig dan berkata jika dirinya akan
bermain bersama Shiro seperti biasanya. Tapi sayang semua Ex-Machina menolak permintaan
Sora. Sora harus bermain sendiri melawan semua Ex-Machina sekaligus.
Game
yang dipilih Ex-Machina adalah… Catur.
Mendengar
pernyataan Einzig dan Emeline membuat Sora bertanya. Sumpah ke-5 dari 10 sumpah
menyatakan jika pihak yang ditantanglah yang berhak menentukan permainan, tapi
kenapa mereka berdua yang menetukan permainan?
Emiline
menjawab, jika semua Ex-Machina punah maka hal itu akan membuat masalah untuk
Sora, karena itu mereka mengambil inisiatif pertama, dan Sora tidak bisa
menolaknya.
Sora
yang paham maksud dari para Ex-Machina pun tidak bisa menolak dan setuju dengan permainan mereka.
Sora
lalu menambahkan jika dirinya menang maka semua Ex-Machina harus langsung
membuka kunci hardware lock mereka dan berhenti percaya jika mereka harus
membuat bayi dengannya dan bereproduksi saat itu juga. Sora juga berkata jika
mereka harus bekerja untuk mempuat special effect untuk konser Holou
kedepannya.
Einzig
menyetujui permintaan Sora dengan beberapa tambahan lain jika pihaknya lah yang
menang.
XXX
Benua
Vallar, bekas daerah Tyrnog, Elven Garde.
Para Elf yang mendiami daerah itu
terpaksa pergi karena keberhasilan rencana Sora. Sekarang daerah itu menjadi
milik Elkia. Bisa dilihat beberapa kapal Elkia berlayar menuju pantai benua tersebut.
Avant
Heim melayang di atas kota itu. Azriel, sang representatif ras Flugel pun
curhat pada sahabat terbaiknya, Av-kun. Dia merasa jika semua Flugel lain
sedang membenci dirinya. Azriel berpikiran seperti itu karena tidak ada Flugel
lain yang membantunya saat sedang kesusahan. Tapi Azriel tahu, para Flugel
sedang sibuk sekarang. Mereka sibuk mengumpulkan dan mengkopi semua buku yang
ada di kota Elf tersebut dan waktu yang tersisa tinggal sedikit. gadis itu pun dikejutkan dengan kedatangan Jibril yang tiba-tiba.
Jibril
berkata jika dirinya sedang mencari buku yang sekarang sedang dipegang oleh
kakaknya itu—sebuah buku tentang Ex-Machina. Azriel pun bertanya kenapa Jibril
mencari buku itu. Jibril yang jujur pun menjawab jika ada beberapa boneka menyusahkan yang muncul di
hadapan tuannya dan dia ingin mencari beberapa petunjuk untuk membantu Sora.
Setelah Jibril pergi, Azriel
pun langsung menyuruh semua Flugel untuk menghadap dirinya. Representatif
Flugel itu langsung memberi perintah untuk melakukan teleportasi ke Elkia
sekarang juga bersama dengan Avant Heim dan berkata jika dirinya ingin
berbicara sebentar dengan para Ex-Machina—tentu saja dengan ancaman mereka akan
langsung dihabisi jika pembicaraan mereka menjadi membosankan.
Komentar
Posting Komentar